Ekspedisi Ungkap 'Bom Panas' Berbahaya Telah Memasuki Samudra Arktik

By Utomo Priyambodo, Kamis, 6 Mei 2021 | 09:00 WIB
(Scripps Oceanography/YouTube)

Berkat ekspedisi SODA dan keseluruhan pengukuran ilmiahnya, pemahaman para ilmuwan atas proses-proses fisik itu kini jadi semakin bertambah. Pemahaman atas proses-proses fisik itu juga jadi semakin jelas berkat upaya analisis citra satelit dan berbagai pembacaan di dalam air dari sensor-sensor dan kendaraan-kendaraan bawah laut.

Menurut hasil pengamatan baru tim tersebut, Air Musim Panas Pasifik (Pacific Summer Water/PSW) yang asin dan lebih padat, yang disebut oleh tim itu sebagai "jet hangat di lautan dingin", meluncur di bawah perairan Samudra Arktik yang lebih sejuk dan segar di permukaannya melalui proses subduksi.

Baca Juga: Gunung Es Seluas Pulau Bali dan Seberat 1 Triliun Ton Mencair Hilang

Selain efek pencairan jangka panjang yang diberikan oleh pusaran panas ini ke lapisan es laut di atasnya, masuknya perairan Pasifik juga memasukkan campuran bahan organik dan kimia ke lingkungan Arktik, yang dampaknya masih belum diketahui.

Pengetahuan baru yang didapat di masa depan terkait pengaruh bahan organik dan kimia yang masuk ke Arktik itu mungkin akan membantu kita dalam mengembangkan model yang lebih baik untuk memprediksi proses-proses fisik yang mendasari perubahan jumlah es laut Kutub Utara secara lebih akurat. Namun, dalam hubungan yang paling sederhana, perkiraan jangka pendek terkait mencairnya es kutub itu sebenarnya sudah bisa ditentukan.

"Saat kandungan panas PSW meningkat, kombinasi subduksi PSW, pergerakan lateral, dan pencampuran vertikal ke atas akan menghasilkan pola percepatan pencairan es laut yang menyebar keluar dari aliran Pasifik, seperti yang telah diamati dalam beberapa dekade tulis tim peneliti amenyimpulkan.