Matahari Semakin Berbadai, Akan Mencapai Puncak untuk Gerhana Total

By Fikri Muhammad, Senin, 17 Mei 2021 | 21:14 WIB
Pesawat luar angkasa ESA Solar Orbiter mengambil gambar matahari ini dalam ultraviolet ekstrim pada tanggal 30 Mei 2020. Gambar dalam panjang gelombang ini membantu mengungkap atmosfer bagian atas matahari, atau korona, yang bersuhu satu juta derajat. (FOTO OLEH SOLAR ORBITER/EUI TEAM/ ESA & NASA; CSL, IAS, MPS, PMOD/WRC, ROB, UCL/MSSL)

Para ilmuwan terus mencermati temperamen matahari karena semburan matahari dapat merusak jaringan listrik dan sistem komunikasi kita, serta penjelajah manusia dan robotik di orbit dan sekitarnya.

Namun memahami benang yang sering tak terlihat yang mengikat matahari ke sistem planetnya itu rumit. "Ada banyak hal lain yang tidak kami mengerti," kata fisikawan matahari NASA James Klimchuk kepada National Geographic

Sekarang siklus matahari berikutnya telah menyala, dengan aktivitas puncak diperkirakan sekitar tahun 2025. Dan kali ini, matahari akan melepaskan tidurnya.

Pengorbit matahari Badan Antariksa Eropa juga berputar mengelilingi matahari. Hingga misi ini, sebagian besar ilmuwan hanya meneliti wajah matahari yang dapat kita lihat dari bumi dan mengamati kutubnya sangat penting untuk memahami aktivitas magnetis dan intensitas aktivitas selama setiap siklus 11 tahun. 

Mungkin yang mendebarkan lagi, puncak siklus ini diperkirakan akan terjadi sangat dekat dengan waktu gerhana matahari total akan terlihat dari Amerika Utara pada April 2024. 

Saat bulan menghilangkan matahari, orang-orang akan melihat lingkaran cahaya hening dari atmosder atas matahari atau korona dan itu menjadi pemandangan spektakuler. 

Baca Juga: Polemik Sci-Hub: Penolong atau Penghambat Perkembangan Sains Dunia?

Sementara para ahli tata surya setuju bahwa siklus berikutnya telah dimulai, perdebatan berputar-putar tentang seberapa kuat kemungkinan itu.

Pada September 2020, panel prediksi siklus 25 matahari mengumumkan bahwa siklus 25 telah dimulai. Dan mereka memperkirakan akan ringan.

Secara tradisional, prediksi ini didasarkan pada penghitungan petak gelap dan sementara di permukaan matahari yang dikenal sebagai bintik matahari. Muncul di daerah yang medan magnetnya kuat, bintik matahari mekar dan menyusut saat aktivitas matahari bertambah dan berkurang.