Untuk hasil panen seluruh petani kopi dari enam desa di Lembah Colol menurut Ronaldi Igu, Ketua Komunitas Gejur yang menjadi tempat berkumpulnya anak-anak muda Colol yang aktif di pertanian, menyebut angka lebih dari 800 ton hasil panen kopi untuk semua varietas.
Jumlah yang besar! Maka kopi menjadi penting bagi kehidupan warga Colol. Tak heran munculah tradisi dan ritual yang berhubungan dengan kopi. Seperti ritual Adak Pua Kopi ini.
Ritual belum lagi dimulai, Bapak Mensi masuk kebun dan mulai memanen sedikit buah kopi yang sudah matang untuk disertakan dalam ritual. Selain buah kopi ada juga sirih pinang, rokok dan ayam jantan yang masih hidup.
Sirih pinang dan rokok diwadahkan dalam piring makan, khusus kopi dalam piring tembaga. Api unggung disiapkan di tengah-tengah anggota keluarga yang berkumpul. Ritual pun dimulai, tetua adat Mikael Human memimpin prosesinya sambil memegang ayam jantan yang siap disembelih.
Baca Juga: Berjumpa di Maghilewa: Cerita Sebuah Kampung di Pinggang Inerie
Dari mulutnya terdengar lantunan doa orang Manggarai yang dalam bahasa lokalnya dinamakan Torok Manuk. Torok berarti doa atau juga mantra, sedangkan Manuk berarti ayam atau unggas. Biasanya dalam anggota keluarga selalu ada yang bisa membaca Torok.
Lantunan doa di tengah kebun kopi itu membuat suasana menjadi magis, semua khusyuk mendengar doa dalam bahasa Manggarai itu.
Makna doanya adalah ungkapan rasa syukur dan terimakasih atas hasil panen tahun ini. Sampai kemudian di penghujung Torok Manuk , Mikael Human, pemimpin ritual memekik dalam bahasa Manggarai ,”Di a urat manuk!”
Yang hadir menjawab serempak, “Di aaaaa!”
Baca Juga: Untold Flores: Berbagi Cerita Tentang Makna Sebuah Perjalanan