Mengungkap Identitas Orang-Orang yang Membangun Piramida Mesir Kuno

By Utomo Priyambodo, Selasa, 18 Mei 2021 | 14:00 WIB
Pada awalnya piramida berlapis batu kapur putih cemerlang, sehingga berkilauan saat ditempa surya di Gurun Sahara. (sculpies)

"Kami tidak memiliki petunjuk, bahkan satu kata pun, tentang orang-orang Israel awal di Mesir: baik dalam prasasti-prasasti monumental di dinding kuil, maupun dalam prasasti-prasasti makam, atau dalam papirus-papirus," tulis Israel Finkelstein dan Neil Asher Silberman, dua arkeolog, dalam buku mereka yang berjudul "The Bible Unearthed: Archaeology's New Vision of Ancient Israel and the Origin of its Sacred Texts" terbitan The Free Press tahun 2001.

Terlebih lagi, tidak ada bukti arkeologi yang pernah ditemukan untuk kota Atlantis yang hilang dalam periode waktu mana pun, dan banyak ahli percaya bahwa cerita tersebut adalah fiksi. Adapun alien, ide itu terlalu liar untuk sejarah dalam dunia ini.

Faktanya, semua bukti menunjukkan bahwa orang-orang Mesir kunolah yang membangun piramida, kata para ahli Mesir Kuno. Tapi bagaimana para pembangun piramida itu hidup, bagaimana mereka diberi kompensasi, dan bagaimana mereka diperlakukan adalah misteri yang masih diselidiki para peneliti.

Piramida-piramida Mesir dan para pembangunnya

Piramida Giza, Mesir. Temuan naskah papirus yang menunjukkan pola makan yang kaya nutrisi dari para pembangun piramida, bukti perawatan medis dan menerima tekstil sebagai bentuk pembayaran, telah membuat para ahli Mesir Kuno setuju bahwa para pekerja tersebut bukanlah orang-orang yang diperbudak. (Thinkstockphoto)

Mesir memiliki lebih dari 100 piramida kuno, tetapi yang paling terkenal termasuk piramida bertingkat pertama, dibangun pada masa pemerintahan firaun Djoser (sekitar 2630-2611 Sebelum Masehi), dan piramida sejati pertama yang memiliki sisi-sisi halus, dibangun di bawah kekuasaan tentang firaun Snefru (sekitar 2575-2551 Sebelumnya), tulis Mark Lehner dalam bukunya, "The Complete Pyramids: Solving the Ancient Mysteries" terbitan Thames & Hudson tahun 2008).

Piramida Agung dibangun di Giza pada masa pemerintahan firaun Khufu (sekitar 2551-2528 Sebelum Masehi). Adapun dua penerusnya, Khafre (sekitar 2520-2494 Sebelum Masehi) dan Menkaure (sekitar 2490-2472 Sebelum Masehi), juga memiliki piramida-piramida lain yang dibangun di Giza.

Para firaun secara bertahap berhenti membangun piramida selama Kerajaan Baru (1550-1070 Sebelum Masehi). Mereka memilih untuk dimakamkan di Lembah Para Raja, yang terletak sekitar 300 mil (483 kilometer) di selatan Giza, kata Lehner dalam bukunya. Selama beberapa dekade terakhir, para arkeolog telah menemukan bukti-bukti baru yang memberikan petunjuk tentang siapa para pembangun piramida itu dan bagaimana mereka hidup.

Catatan-catatan tertulis yang masih ada, termasuk papirus-papirus yang ditemukan pada 2013 di Wadi al-Jarf di pantai Laut Merah Mesir, menunjukkan bahwa sekelompok besar pekerja—terkadang diterjemahkan sebagai "geng"—membantu membawa material ke Giza. Papirus-papirus yang ditemukan di Wadi al-Jarf menceritakan tentang sekelompok 200 pria yang dipimpin oleh seorang inspektur bernama Merer. Sekelompok pekerja mengangkut batu kapur dengan perahu menyusuri Sungai Nil yang berjarak sekitar 11 mil (18 kilometer) dari Tura ke Piramida Agung, tempat batu-batu itu digunakan untuk membangun selubung luar piramida tersebut.

Baca Juga: Ilmuwan Ungkap Gunung Padang Sebagai Struktur Piramida Tertua di Dunia