Kisah Kremasi Mayat Pria AS yang Tubuhnya Mengandung Zat Radioaktif

By Utomo Priyambodo, Kamis, 20 Mei 2021 | 07:00 WIB
Krematorium, ruang tempat kremasi mayat. (Marcin Białek/Wikimedia Commons)

Meskipun tidak ada bukti pasti yang secara spesifik mengaitkan dosis radiofarmasi pasien dengan tingkat radiasi yang terdeteksi di krematorium, ini jelas merupakan penjelasan yang paling mungkin tentang bagaimana tingkat jejak lutetium Lu 177 bisa ada di sana. Namun itu bukan bagian yang paling memprihatinkan dari kisah ini.

Ketika para peneliti menganalisis urine operator krematorium untuk melihat apakah karyawan tersebut juga telah terkontaminasi oleh paparan radiasi, mereka tidak dapat menemukan jejak lutetium Lu 177.

Namun, mereka menemukan sesuatu yang mengkhawatikan, yakni isotop radioaktif yang berbeda yang disebut technetium Tc 99m. Pekerja tersebut mengatakan bahwa mereka tidak pernah terpapar senyawa tersebut sebagai bagian dari prosedur pengobatan nuklir.

Baca Juga: Studi Tunjukkan Otak Astronaut Alami Kerusakan Jangka Panjang Akibat Radiasi

Karena itu, para peneliti mengatakan masuk akal bahwa operator bisa saja terpapar technetium Tc 99m yang mudah menguap saat mengkremasi jenazah manusia lainnya. Jika ini benar, kita dapat melihat masalah yang lebih luas di sini.

Mengingat lebih dari separuh orang Amerika akhirnya dikremasi, manajemen postmortem individu yang menerima obat radioaktif adalah area yang perlu ditangani oleh sistem kesehatan AS, kata para peneliti.

Manajemen yang dimaksud termasuk penerapan cara-cara yang lebih baik untuk mengevaluasi radioaktivitas pada pasien yang meninggal (sebelum mereka dikremasi), dan juga cara-cara standar untuk memberi tahu krematorium tentang klien mereka.