Kepunahan Massal di Usus Manusia Terungkap Berkat Kotoran 2.000 Tahun

By Utomo Priyambodo, Jumat, 21 Mei 2021 | 11:00 WIB
Jenis-jenis mikroba yang kini hidup di usus manusia ternyata jauh kurang beragam dibandingkan 2.000 tahun yang lalu. (Thinkstockphoto)

Mikrobioma manusia adalah mesin yang menarik dan kompleks. Dan dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan telah menemukan bahwa mikrobioma memainkan peran yang jauh lebih penting dalam menjaga kesehatan tubuh kita daripada yang kita sadari sebelumnya. Namun pemahaman kita tentang bagaimana mikrobioma manusia telah berubah dari waktu ke waktu sungguhlah terbasan.

Temuan feses-feses yang membatu menjadi menjadi fosil ini, yang secara ilmiah dikenal sebagai koprolit, menjadi masukan bagi pemahaman baru bagi kita. Meskipun mungkin tampak agak tidak menyenangkan, fosil-fosil ini dapat menjadi sumber informasi yang kaya tentang bagaimana hewan purba hidup, mengungkapkan informasi kompleks tentang makanan dan parasit dan penyakit usus.

Mereka juga mengandung beberapa mikroba yang melapisi usus, memungkinkan siapa pun dengan alat yang tepat dapat menyusun cuplikan mikrobioma pada masa itu. Itulah yang telah dilakukan oleh tim mikrobiologi internasional yang dipimpin oleh Joslin Diabetes Center di AS, dengan sangat mendetail untuk setiap mikrobioma usus manusia purba.

Baca Juga: Darwin Berkata Usus Buntu Organ Nirfaedah, Peneliti Kini Menyangkalnya

 

Para peneliti mengambil koprolit yang terawetkan dengan sempurna di tiga tempat perlindungan batu. Ketiga tempat itu adalah Boomerang Shelter di Utah, lokasi yang tidak diketahui di suatu tempat di Barat Daya Amerika (sampel dikumpulkan hampir 100 tahun yang lalu dan diberi label yang buruk), dan situs La Cueva de los Muertos Chiquitos di Durango, Meksiko.

Koprolit-koprolit ini telah tervalidasi sebagai feses manusia dengan menggunakan analisis menu makan, dan dilakukan penanggalan menggunakan analisis radiokarbon. Para ilmuwan kemudian melakukan pekerjaan rumit untuk mengekstraksi DNA terawetkan yang berharga yang dapat mengidentifikasi mikroba di dalamnya.

Para peneliti kemudian berhasil merekonstruksi 498 genom mikroba. Dari jumlah tersebut, 181 di antaranya paling mungkin berasal dari usus manusia, bukan dari tanah di sekitarnya.

Dari urutan ini, 158 tampaknya mewakili spesies mikroba yang berbeda dari beberapa jenis. Ini kemudian dibandingkan dengan 789 mikrobioma dari komunitas saat ini, baik dari komunitas industri maupun non-industri.

Hasilnya sangat mengejutkan. Mikrobioma purba tidak hanya lebih mirip dengan mikrobioma dari komunitas non-industri modern, tetapi juga mengandung spesies yang tidak terlihat pada mikrobioma modern mana pun. Dari 158 genom, 61 sama sekali tidak diketahui sains. Itu hampir setara 40 persen.

Baca Juga: Cek Kotoran Pertama Bayi Anda untuk Tahu Apakah Dia Punya Alergi