Kepunahan Massal di Usus Manusia Terungkap Berkat Kotoran 2.000 Tahun

By Utomo Priyambodo, Jumat, 21 Mei 2021 | 11:00 WIB
Jenis-jenis mikroba yang kini hidup di usus manusia ternyata jauh kurang beragam dibandingkan 2.000 tahun yang lalu. (Thinkstockphoto)

Para peneliti meyakini, keragaman dalam mikrobioma ini pmungkin ada hubungannya dengan keragaman dalam makanan.

"Dalam budaya kuno, makanan yang Anda makan sangat beragam dan dapat mendukung kumpulan mikroba yang lebih eklektik," kata ahli mikrobiologi Alexsandar Kostic dari Joslin Diabetes Center, seperti dikutip dari Science Alert.

"Tapi saat Anda bergerak menuju industrialisasi dan lebih banyak menu toko bahan makanan, Anda kehilangan banyak nutrisi yang membantu mendukung mikrobioma yang lebih beragam."

Ada juga beberapa perbedaan menarik di dalam mikroba-mikroba di usus manusia purba. Mereka memiliki lebih sedikit gen yang terkait dengan resistensi antibiotik, tetapi mereka juga memiliki lebih sedikit gen untuk memproduksi protein yang mendegradasi glikan, molekul gula yang ditemukan dalam lendir.

Degradasi lendir usus besar dikaitkan dengan penyakit seperti penyakit Crohn, penyakit celiac, dan kolitis ulserativa.

Mikroba purba juga memiliki jumlah transposase yang lebih tinggi. Trasnposase adalah enzim yang dapat memotong-dan-menempel dan mereplikasi elemen DNA, mengubah berbagai hal untuk membantu beradaptasi dengan perubahan kondisi.

"Kami pikir ini bisa menjadi strategi bagi mikroba untuk beradaptasi di lingkungan yang bergeser lebih banyak daripada mikrobioma industri modern, di mana kita makan hal yang sama dan menjalani kehidupan yang sama kurang lebih sepanjang tahun," kata Kostic.

Baca Juga: Penemuanya Tentang Bahaya Kotoran Menyelamatkan Banyak Nyawa

"Padahal di lingkungan yang lebih tradisional, banyak hal berubah dan mikroba-mikroba perlu beradaptasi. Mereka mungkin menggunakan koleksi transposase yang jauh lebih besar untuk mengambil dan mengumpulkan gen yang akan membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda."

Bagaimana mikrobioma yang berevolusi dapat mengubah kesehatan kita tidak jelas, dan ukuran sampelnya cukup kecil. Namun penelitian ini menunjukkan bahwa kita dapat menggunakan koprolit-koprolit yang ditemukan untuk menjelajahi isi perut nenek moyang kita untuk mencari tahu apa yang berubah. Pada gilirannya, hal ini dapat menghasilkan kondisi kesehatan yang lebih baik di masa mendatang.

"Studi-studi serupa di masa depan yang memanfaatkan kekayaan palaeofeses tidak hanya akan memperluas pengetahuan kita tentang mikrobioma manusia, tetapi juga dapat mengarah pada pengembangan pendekatan untuk mengembalikan mikrobiom usus saat ini ke keadaan leluhur mereka," tulis tim peneliti dalam laporan studi mereka yang telah dipublikasikan di jurnal Nature tersebut.