Para peneliti mendapatkan mumi-mumi tersebut dari Abusir el-Meleq , sebuah komunitas di kawasan sungai Nil yang berada di tengah-tengahmesir. Mereka lalu mengambil sampel tulang, gigi, dan jaringan lembut untuk dipersiapkan dan disinari dengan ultraviolet selama satu jam di sebuah ruang steril di Jerman agar tidak terkontaminasi.
Johannes Krause, seorang peneliti dari University of Tubingen yang tergabung dalam penelitian ini berkata bahwa mereka melihat adanya kesinambungan genetik selama 1300 tahun lamanya.
Hal ini merupakan sesuatu yang aneh karena Mesir telah ditaklukan berkali-kali oleh Yunani, Roma, Arab, dan Asyur. Selain itu, Mesir juga diapit oleh Afrika, Eropa, dan Asia secara geografis.
Krause melanjutkan, kejutan lainnya adalah kita tidak menemukan terlalu banyak garis keturunan yang berasal dari Afrika Sub-Sahara.
Baca Juga: Ilmuwan Menciptakan Kembali Suara Nesyamun, Mumi Pendeta Mesir Kuno
Sebaliknya, masyarakat Mesir kuno justru memiliki hubungan yang sangat dekat dengan masyarakat Mediterania timur. Mereka juga memiliki beberapa kesamaan genetik dengan masyarakat Turki dan Eropa pada masa tersebut.
Membandingkan sampel DNA tersebut dengan 100 masyarakat Mesir modern dan 125 masyarakat Eropa modern, para peneliti juga menemukan bahwa pengaruh Afrika Sub-sahara kepada genetika masyarakat Mesir baru menguat selama 1500 tahun belakangan.
“Jika Anda tanya kepada orang-orang Mesir, mereka akan bilang bahwa mereka menjadi semakin mirip dengan orang Eropa. Namun, kita melihat sebaliknya,” ucap Krause.
Walaupun demikian, para peneliti tidak ingin menutup kemungkinan adanya asal-usul lain pada masyarakat Mesir kuno. “Semua data genetik kita diambil dari satu area di tengah Mesir dan mungkin tidak bisa menjadi perwakilan untuk semua masyarakat Mesir kuno,” tulis mereka.
Terutama di daerah Mesir selatan, para peneliti menduga bahwa pengaruh Afrika Sub-Sahara akan lebih kuat.