Sains Terbaru: Ada Zat Kimia Berbahaya yang Ditemukan di Anak Orca

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 26 Mei 2021 | 20:17 WIB
Paus orca atau paus pembunuh (dpruter)

"[Zat-zat] Ini sepertinya muncul di laut lewat aliran lokal, air limbah, dan lain-lain. Kemudian muncul ke permukaan tinggi dan terakumulasi dalam rantai makanan, sampai mencapai tingkat tertinggi atau predator puncak seperti orca," papar Jourdain.

Hingga saat ini para ilmuwan belum tahu betapa berbahayanya zat-zat itu pada orca. Tetapi penelitian menemukan menghubungkan sisa kontaminasi seperti PCB terhadap gangguan sistem kekebalan, dan reproduksi paus, terang Jourdain.

Baca Juga: Peneliti Manfaatkan Levitasi untuk Deteksi Air yang Terkontaminasi

 

"Ini berarti paus pembunuh mungkin lebih rentan terhadap patogen dan penyakit, dan kecil kemungkinannya untuk berkembang biak," Jourdain berpendapat.

"Ini mengkhawatirkan karena mereka belum diatur dan karena kita hanya tahu sedikit tentang betapa berbahayanya zat-zat ini bagi satwa liar."

Kontaminasi PCB pada orca bukanlah hal pertama, sebelumnya pada 2016 juga ditemukan pada Lulu di lepas pantai Skotlandia. Konsentrasi PCB-nya adalah 100 kali lebih tinggi daripada kadar yang dianggap aman bagi mamalia laut, menurut para ilmuwan dari Scottish Marine Animal Stranding Scheme at Scotland's Rural College yang menelitinya.

Sebelumnya National Geographic memberitakan bahwa PCB juga sempat ditemukan pada bangkai orca yang terperangkap di bekas tumpahan minyak Exxon Valdex Supertanker. Tumpahan ini terjadi pada 1989.

Baca Juga: Tumpahan Minyak Exxon Valdez Menghancurkan Populasi Paus Pembunuh

Sebelum terjadi tumpahan, setidaknya ada 22 ekor orca yang ditemukan. Tetapi bencana itu membuat sebagian dari mereka hilang dan diperkirakan tewas. Para peneliti memperkirakan kematiannya disebabkan mereka telah menalan atau menghiru minyak mentah.

Selain PCB, dalam lemak paus bangkai orca itu juga ditemukan zat kimia Pestisida DDT. Keduanya adalah zat dari minyak yang tumpah itu.