Menurut laman Space, pada fase penumbra bayangan bumi menghalangi sinar matahari secara tidak sempurna. Alhasil, bulan masih terlihat namun sedikit redup.
Fase umbra yang lebih pendek dan lebih menakjubjan terjadi saat bulan memasuki bayangan penuh bumi.
Gerhana total terjadi di tengah-tengah perjalanan tiga jam ini. Kali ini, totalitas berlangsung selama 16 menit dan mengubah bulan menjadi merah (efek yang disebabkan oleh atmosfer bumi).
Observatorium dari AS ke Australia mengarahkan telesop mereka ke bulan dan berbagi pengalaman dengan audiens mereka dalam rangkaian webcast Super Flower Blood Moon.
Pemandangan dari Observatorium Griffith di California Selatan, terkadan tertutup awan, menunjukkan bayangan Bumi merayap perlahan di cakram bulan. Menenggelamkannya dalam kegelapan.
Bumi akan menangkap gerhana bulan berikutnya pada 18 November, meskipun yang ini tidak akan sempurna karena sepotong kecil cakram bulan akan tetap berada di luar umbra.
Menurut Diana Hannikainen, dari Sky & Telescope, pengalaman penonton biasa hampir tidak bisa dibedakan dari gerhana total.
"Secara teknis, peristiwa November akan bersifat parsial, tetapi hanya bagian tertipis dari cakram bulan yang akan tetap berada di luar umbra, jadi untuk semua maksud dan tujuan itu akan menjadi seperti gerhana total," kata Hannikainen dalam sebuah pernyataan.
Gerhana bulan total berikutnya akan berlangsung pada 15-16 Mei 2022 dan akan paling terlihat dari bagian barat Eropa dan Afrika, dan sebagian besar Amerika.
Sementara itu, para pengamat langit dapat menantikan gerhana matahari yang akan datang pada 10 Juni. Saat itu, bulan akan lewat di depan matahari seperti yang terlihat dari bumi, tetapi akan terlalu dekat dengan planet kita untuk menutupi matahari sepenuhnya. Hasilnya adalah gerhana matahari annular, juga dikenal sebagai gerhana "cincin api" dengan cincin tipis matahari yang masih bersinar mengelilingi bulan.