Tugu Peringatan Perang Berusia 4.000 Tahun Teridentifikasi di Suriah

By Eric Taher, Senin, 31 Mei 2021 | 10:00 WIB
Gundukan yang dikenal sebagai situs ekskavasi Tel Banat, yang dikenal juga dengan sebutan 'White Monument'. (Antiquity)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah gundukan kuburan massal asal Mesopotamia diduga oleh arkeolog sebagai tugu peringatan perang tertua di dunia. Gundukan yang disebut sebagai Tell Banat Utara tersebut diketahui telah berusia lebih dari 4.000 tahun.

Sebelumnya, gundukan ini dinyatakan sebagai kuburan massal dari tentara musuh yang dikalahkan dalam perang. Hipotesis ini sejalan dengan budaya perang Sumeria yang tertulis dalam Prasasti Burung Hering. Dalam prasasti tersebut, gundukan berisi mayat-mayat musuh adalah simbol hukuman bagi tentara musuh, sekaligus menjadi simbol kejayaan bagi pemenang pertempuran.

Namun, hasil analisis lapangan berkata lain. "Penyusunan tulang dan benda yang rapi dan sistematis mengisyaratkan bahwa gundukan ini merupakan peringatan akan tentara yang mati membela wilayahnya, bukan kuburan tentara musuh," tulis Anne Porter, dkk. dalam artikel yang dipublikasikan melalui jurnal Antiquity pada 28 Mei 2021.

Bagian Prasasti Burung Hering yang menunjukkan mayat-mayat tentara musuh yang dikubur secara massal. (Eric Gaba)

Baca Juga: Hashshashin, Pembunuh Terampil Sekte Muslim Rahasia Persia dan Suriah

Rupa interior gundukan yang diukir sedemikian rupa juga memberikan petunjuk bahwa gundukan ini bukan semata-mata kuburan untuk menghina tentara musuh.

Di gundukan tersebut, tidak hanya tulang belulang manusia saja yang ditemukan. Beberapa mayat disandingkan dengan sejumlah tulang kunga, hewan sejenis kuda blasteran keledai dan onager. Kunga merupakan hewan yang sangat berharga bagi orang-orang Mesopotamia, dan tidak jarang digunakan sebagai hadiah mewah yang diberikan oleh kerajaan satu ke kerajaan lainnya (Dolce, 2014). Lebih daripada itu, kunga juga digunakan sebagai penarik kereta perang.

Selain itu, ditemukan pula sejumlah batu pelet kecil berbentuk kerucut. Batu-batu pelet ini lazim digunakan sebagai proyektil yang dilempar melalui umban. Sebagai senjata perang, mereka biasanya digunakan untuk menyerbu pasukan yang berlindung di balik tembok kota.

Baca Juga: Zenobia, Ratu Pemberontak di Suriah yang Menantang Kekaisaran Romawi

Batu pelet yang ditemukan di Tell Banat Utara. Batu-batu ini digunakan sebagai proyektil umban dalam perang zaman dahulu. (Euphrates Salvage Project)

Gundukan Tell Banat Utara merupakan sebuah gundukan dengan tinggi 22 meter dan berdiameter 100 meter. Nama gundukan ini berasal dari letaknya yang berada di sebelah utara pemukiman kuno Tell Banat yang juga tengah diekskavasi.

Oleh para arkeolog, Tell Banat Utara juga dikenal sebagai "Monumen Putih". Julukan ini berasal dari warna gipsum dan kapur yang menjadi material pembangunan gundukan ini. Gipsum dan kapur yang terkikis selama bertahun-tahun membuatnya memancarkan warna putih yang berkilau oleh sinar matahari.

"Orang-orang zaman dulu juga menghormati mereka yang terbunuh dalam perang, sama seperti kita," kata Porter.

"Kami tidak tahu apakah mereka yang menang atau kalah dari pertempuran itu. Namun yang pasti, kami tahu bahwa mereka mengambil mayat dari berbagai tempat, mungkin lama setelah kejadian, dan menguburkan mereka di gundukan besar yang bisa terlihat bermil-mil jauhnya," pungkasnya.

Analisis terhadap artefak di Tell Banat Utara menguak tabir baru tentang bagaimana peradaban masa lalu memperingati perang. Selain itu, penemuan ini juga membuka babak baru dalam pencarian monumen peringatan perang yang serupa, serta misteri-misteri lain yang masih belum terungkap di Mesopotamia.

Baca Juga: Kisah Dua Pengantin Anak Suriah yang Menikah di Usia 14 Tahun