Nationalgeographic.co.id - Seorang tentara salib Italia, Condrad of Montferrat, sedang mempersiapkan penobatannya sebagai raja Yerusalem di Tyre pada April 1192. Saat menyusuri jalan sempit kota, ia diserang oleh dua pria yang menyamar sebagai biarawan. Kedua orang itu membawanya pada kematian.
Meskipun para sejarawan masih berspekulasi mengenai siapa yang memerintahkan penyerangan tersebut, tidak ada keraguan mengenai identitas para pembunuhnya.
Mereka bukan biarawan, melainkan anggota sekte muslim rahasia yang terletak di pegunungan Persia dan Suriah.
Baca Juga: Misteri Segitiga Bermuda: Ketika Kapal Terbesar AS Hilang Tanpa Jejak
Agen-agen ini mengkhususkan diri dalam pembunuhan terarah dan spionase--menyusupi barisan musuh saat akan menyerangnya. Mereka sering kali menggunakan pisau dan rela mati demi misi.
Mereka terkenal dengan sebutan hashashin atau yang lebih dikenal oleh tentara salib Eropa dengan sebutan assassin.
Dalam National Geographic dikatakan, mungkin orang Eropa pertama yang tahu tentang hashashin ialah seorang rabi Spanyol, Benjamin dari Tudela, yang melakukan perjalanan melalui Suriah pada tahun 1167.
Dia menceritakan tentang seorang pemimpin misterius, Pak Tua Gunung, yang memimpin sekte prajurit yang tinggal di gunung tersembunyi benteng.
Pada 1092 para Assassin melakukan pembunuhan penting: yakni wazir Nizam al-Mulk, seorang anggota yang kuat dari Kesultanan Seljuk.
Catatan mengatakan bahwa seorang hashashin menyamar sebagai seorang mistik sufi dan menikamnya. Tak lama kemudian, sultan Seljuk, Malik Shah, juga terbunuh.
Baca Juga: Bung Hatta: Stalin Memarahi Semaoen Karena Konvensi Nasionalis
Para sejarawan percaya bahwa pembunuhan sultan ini mungkin dilakukan oleh sekte lain. Meskipun demikian, pembunuhan tersebut memiliki efek domino, dan Seljuk mengalami kekacauan.
Serangkaian serangan hashashin diikuti oleh para penguasa, jenderal, gubernur, dan ulama. Hashashin sepertinya ada di mana-mana.
Musuh mereka mulai mengambil tindakan ekstra untuk melindungi diri mereka sendiri: mempekerjakan pengawal dan mengenakan surat berantai di bawah pakaian mereka.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR