Nationalgeographic.co.id—Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1926 mungkin tidak seramai Madiun 1948 atau peristiwa 1965. Pemberontakan itu merupakan hasil nafsu rapat pimpinan PKI di Prambanan, tanpa suatu dukungan objektif di baliknya. Akibatnya, dalam satu minggu dapat dilibas oleh Pemerintah Hindia Belanda.
PKI menghadapi kehancuran oleh Pemerintah Hindia Belanda kala itu. Maka timbulah percakapan. Sebaik-baiknya, Perhimpunan Indonesia-lah yang mengambil alih pergerakan nasional.
Perhimpunan Indonesia akan membuat suatu partai nasional baru. Tidak begitu radikal, namun tetap pada politik non-kooperatif.
Pada Desember 1926, Semaun yang menjadi eksternir Pemerintah Hindia Belanda memang datang ke Den Haag dari Moskow untuk menemui Mohammad Hatta. Percakapan itu adalah bentuk reaksioner dari kejadian pemberontakan PKI yang "sudah jadi bubur" dan meneruskan perlawanan terhadap kolonialisme.
"Setelah Semaun dan aku bertukar pikiran tentang yang kukemukakan itu, aku mengusulkan kepada Semaun membuat suatu "konvensi" sebagai dasar mendirikan partai nasional baru itu. Semaun menyetujuinya," tulis Hatta pada memoir Untuk Negeriku.
Pada rapat anggota Perhimpunan Indonesia yang pertama dalam bulan Januari 1927, Hatta menganjurkan seorang ketua baru yang menggantikanya. Berhubung dengan partai nasionalis baru yang akan didirikan, ia katakan agar cepat menyelesaikan studi dan kembali ke Indonesia.
Namun rapat enggan memilih ketua baru dan memintanya meneruskan pimpinan. Karena Perhimpunan Indonesia sedang gencar memperluas perlawanan melalui Kongres Internasional Menentang Kolonialisme di Brussels 10-15 Februari 1927 atas desakan Kuo Min Tang.
Baca Juga: Menjaga Habitat, Cara Terbaik Lindungi Orangutan dari Kepunahan
Pertemuan Hatta dengan Semaun mengenai konvensi kiranya telah bocor dan sampai ke telinga Stalin di Moskow. Semaun dimarahi dan dipecat dari Partai Komunis.
"Aku mendengar kemudian bahwa Semaun dipanggil oleh Stalin, dimarahi, dan dipecat dari Partai Komunis dan Komunis Internasional. Ia diperintahkan membatalkan konvensi itu di depan pers internasional Moskwa. Hal itu dilakukanya," tulis Hatta.
Semaun mengatakan pada Hatta, bahwa menandatangani konvensi itu adalah kesalahan. Ia lupa bahwa perbuatanya telah menjadikan gerakan komunis di bawah pergerakan nasionalis.
Tak Hanya Cukupi Kebutuhan Gizi, Budaya Pangan Indonesia Ternyata Sudah Selaras dengan Alam
Source | : | Untuk Negeriku: Biografi Mohammad Hatta |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR