Sebuah mimbar di gedung Chuo Sangi In yang kini menjadi Gedung Pancasila menjadi saksi Soekarno menjelaskan lima gagasan Negara Indonesia selama satu jam. Pidato mengenai lima dasar Negara Indonesia dilakukan di hadapan 65 anggota Dokuritsu Junbi Cosakai (BPUPKI) pada Rapat Besar BPUPKI yang dipimpin oleh Radjiman Wedyodiningrat.
Dikutip dari laman Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, pidato Soekarno berisi harapan besar Soekarno bagi Indonesia untuk merdeka.
“Nanti kita, bersama-sama, sebagai bangsa yang bersatu padu, berjoang terus menyelenggarakan apa yang kita cita-citakan di dalam Panca Sila. Dan terutama di dalam zaman peperangan ini, yakinlah, insyaflah, tanamkanlah dalam kalbu saudara-saudara, bawa Indonesia Merdeka tidak dapat datang jika bangsa Indonesia tidak mengambil risiko, -- tidak berani terjun menyelami mutiara di dalam samudera yang sedalamdalamnya. Jikalau bangsa Indonesia tidak bersatu dan tidak menekad-mati-matian untuk mencapai merdeka, tidaklah kemerdekaan Indonesia itu akan menjadi milik bangsa Indonesia buat selama-lamanya, sampai ke akhir jaman! Kemerdekaan hanya-lah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa, yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad „Merdeka, -- merdeka atau mati"! Penggalan pidato Soekarno pada 1 Juni 1945.
Setelah Soekarno membacakan gagasan dan menutup pidato tersebut, seluruh peserta rapat besar BPUPKI menyambut dengan riang gembira dan penuh semangat. Para peserta rapat melihat harapan dan masa depan untuk Indonesia.
Namun ada hal menarik di balik pidato Soekarno yang berkesan tersebut.
“Pada malam sebelum Rapat Besar BPUPKI, dengan ciri khas Soekarno yaitu ketika membuat sesuatu melalui tahap berpikir tanpa menulis. Namun, pada akhirnya semua akan tergambar untuk disampaikan ke bangsa Indonesia. Itulah bagaimana seorang arsitek bekerja,” papar Ar. Bambang Eryudhawan IAL, seorang Anggota Tim Ahli Cagar Budaya DKI Jakarta dan Kepala Divisi Persada Sukarno memulai diskusi mengenai Pancasila dalam diskusi daring, Webinar.
Webinar pada 1 Juni 2021 yang diadakan pukul 20.00 - 21.00 WIB melalui media Instagram Live Sukarno Way dengan tajuk Camkan Pancasila tersebut, menghadirkan tiga tokoh utama, yaitu Dr. dr Rusdhy Hoesein Sejarawan Senior Indonesia, Bambang Eryudhawana, Anggota Tim Ahli Cagar Budaya DKI Jakarta dan Kepala Divisi Persada Sukarno serta Sigit Aris Prasetyo, penulis buku Bung Karno dan Revolusi Mental. Webinar ini dipandu oleh Sigit Lingga seorang praktisi komunikasi.
Bagi Bambang Eryudhawan, sosok Soekarno mewakili dua sisi yang berbeda. Satu sisi sebagai arsitek, Soekarno adalah seseorang yang akurat serta akuisisi. Tetapi di sisi lainnya, Soekarno memiliki jiwa seniman yang dipenuhi dengan mimpi. Dari secarik kertas, Soekarno mampu membuat sesuatu. Hal ini juga terjadi pada malam pembacaan lima gagasan dasar Negara Indonesia. Sosok Soekarno seperti ini yang ingin disampaikan pada buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
Pancasila merupakan buah pemikiran Soekarno selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, Soekarno sangat yakin dengan Pancasila. Menurut Soekarno, Pancasila mampu menyatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari beratus-ratus suku. Pancasila merupakan ideologi terbaik, terhebat, dan universal yang mampu mengikuti perkembangan jaman dan menyelamatkan manusia.
Soekarno memikirkan Pancasila dengan sangat mendalam. Memikirkan bangsanya untuk bertahun-tahun ke depan. Sehingga Soekarno sangat bangga dan selalu membawa misi untuk menjelaskan Pancasila ke seluruh dunia.