Nationalgeographic.co.id - Jika menilik kultur populer tentang kuliah di luar negeri masa kini, banyak mahasiswa kita yang hanya sekedar mencari ego diri. Seolah-olah kuliah di luar negeri adalah suatu kebanggaan dan hidup dalam fasilitas yang mewah.
Hal itu berbeda dengan Ibrahim, atau yang lebih dikenal dengan Tan Malaka. Meski ia berkuliah di Harleem, Belanda—bahkan berkenalan banyak tokoh politik di sana—ia tidak semerta-merta jadi eksklusif. Ia melanjutkan perjuangannya untuk membela rakyat yang tertindas atas idealismenya.
Ia bahkan mengkritik anak muda yang berpendidikan, tetapi memiliki sekat dengan masyarakat lewat bukunya, Madilog:
"Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali."