"Terlepas dari keterbatasannya, penelitian ini menunjukkan bahwa atrofi otak dapat diperlambat secara substansial oleh gaya hidup yang terkait dengan risiko penyakit kardiovaskular yang sangat rendah, dan bahwa ada banyak ruang untuk intervensi untuk meningkatkan kesehatan otak, bahkan di hadapan peradangan sistemik kronis yang tinggi," tulis para peneliti menjelaskan dalam makalah mereka yang terbit di The Journals of Gerontology, Series A: Biological Sciences and Medical Sciences pada 26 Mei 2021.
Pada akhirnya, perbandingan menunjukkan gaya hidup industri datang dengan perkiraan peningkatan 70 persen dalam tingkat pengurangan volume otak yang bergantung pada usia. Meski begitu, para peneliti mencatat perbandingan statistik di sini melibatkan sejumlah keterbatasan (termasuk pencocokan data yang diturunkan dari CT dengan volume otak berdasarkan MRI).
Baca Juga: Bahaya Krisis Iklim: Dapat Mengubah Hutan Hujan Amazon Menjadi Sabana
Untuk alasan itu, angka 70 persen itu mungkin paling baik dilihat sebagai panduan saja. Namun tetap saja ini merupakan bukti kontras yang substansial dan mencolok dalam kesehatan otak populasi yang menua di Tsimane versus rekan-rekan moderen mereka di negara-negara lain.
"Gaya hidup kita yang tidak banyak bergerak dan pola makan yang kaya akan gula dan lemak dapat mempercepat hilangnya jaringan otak seiring bertambahnya usia dan membuat kita lebih rentan terhadap penyakit seperti Alzheimer," kata Hillard Kaplan, antropolog dari Chapman University yang terlibat dalam studi ini.
Selam dua dekade terakhir, Kaplan telah mempelajari orang-orang Tsimane yang hidup secara tenang dan terisolasi di Amazon. Menurutnya, "Orang-orang Tsimane ini dapat memberi contoh dasar untuk penuaan otak yang sehat."