Nationalgeographic.co.id—Bangunan segitiga bernama piramida merupakan tengara khas Negara Mesir. Ia dibangun pada peradaban firaun, dan bukan dikerjakan oleh para budak. Malah, pembangunan piramida dikerjakan oleh orang-orang yang melayani firaun, dan mereka dikenakan upah.
Sama seperti tentara atau pendeta, dan pekerja tempat ibadah lainnya, mereka juga diberikan upah. Pada zaman dahulu, Mesir kuno belum mengenal uang. Para pekerja diberikan ransum, juga roti dan bir yang biasa mereka konsumsi sehari-hari.
Ransum yang diberikan terdiri dari paket untuk sepuluh hari pengerjaan piramida. Berkat dokumen yang ditemukan di benteng Nubia Uronarti, dapat diketahui bahwa tentara yang melindungi perbatasan selatan Mesir, turut mengerjakan pembangunan piramida selama berminggu-minggu (seminggu pada zaman Mesir kuno berarti sepuluh hari).
Diet memiliki arti: aturan makanan khusus untuk sebuah tujuan tertentu. Para pekerja yang membangun piramida diberikan upah sesuai jatahnya masing-masing.
Jatah mereka pada masa mengerjakan piramida adalah 60 unit ransum matang, terdiri dari 2,25 kg beras dan 3,75 kg gandum yang dimasak. Jumlah ini akan memberi mereka 2.136 kalori sehari, yang jelas tidak mencukupi kebutuhan kalori harian mereka.
Oleh karena itu, mereka juga diberikan upah berupa makanan sereal, Ditambahkan juga jatah bir dan beberapa protein hewani. Tanpa tambahan tersebut, mereka tidak dapat melakukan pekerjaan patroli di padang pasir.
Keberadaan suplemen protein ini diverifikasi di kota pembangun Piramida di Giza. Saat ini telah ditemukan sekitar dua ratus ribu fragmen tulang milik ikan, burung, dan mamalia. Temuan terakhir mereka adalah beberapa tulang babi. Yang paling banyak ditemukan adalah tulang domba jantan yang berusia muda, kambing, juga sapi.
Baca Juga: Lukisan ini Singkap Cara Angkut Batu-batu Pembangunan Piramida Mesir
Tentu saja, selain daging, mereka juga menerima upah gandum dan beras yang diubah menjadi roti dan bir. Hanya dengan cara ini mereka mencapai lebih dari tiga ribu kalori yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan berat mereka.
Upah tambahan diberikan kepada mereka yang melakukan pekerjaan berat lainnya, seperti menyelesaikan dekorasi makam Antefoker (Thebes, dinasti XII). Firaun juga membayar upah dengan cara lain, misalnya dengan membagikan persembahan kepada dewa. Hal tersebut dilakukan dua kali sehari, dan sering dilakukan.
Sebagai penggambaran volume tempat persembahan dewa, ruang kuburan Neferirkare (dinasti V) selalu diisi 660 burung sebulan (8.000 setahun), dan 30 lembu sebulan (360 setahun).
Mereka menghabiskan beberapa jam di altar dan memberi makanan kepada para dewa. Makanan tersebut dipindahkan dan dibagikan di antara semua pekerja kuil dan para imam.
Tentu saja pembagiannya mengikuti skala yang ketat, di mana seorang imam menerima lebih banyak bagian daripada pekerja lain, misalnya yang bekerja menguliti lembu. pendistribusian semacam ini adalah salah satu latihan dasar yang harus dipelajari seorang sekretaris kerajaan, karena berfungsinya administrasi Firaun bergantung kepadanya.