Fosil Hutan Berusia 385 Juta Tahun, Ditemukan di Cairo, New York

By Bella Jingga Ardilla, Sabtu, 19 Juni 2021 | 12:00 WIB
Fosil Hutan Tertua ditemukan di Cairo, New York. (William Stein & Christopher Barry)

 

William Stein menambahkan, "sepertinya bagi saya, di seluruh dunia, banyak dari lingkungan semacam ini dilestarikan dalam fosil tanah. Saya ingin tahu apa yang terjadi secara historis, bukan hanya di Catskills, tetapi di mana-mana."

Perjalanan kapan dan bagaimana sistem akar dan vaskular mulai mengembang ke arah modern serta pertumbuhan tegak lurusnya masih menjadi misteri. Namun sistem akar Archaeopteris yang memanjang menjadi identik pepohonan penghuni hutan rawa pada periode Karbon.

Pohon-pohon tersebut menarik karbon dioksida dari atmosfer dan mengubahnya menjadi ion karbonat di air tanah. Ion-ion tersebut melakukan perjalanan yang mengalir ke lautan dan kemudian menempel pada sebuah batu kapur, mencegah kembali ke atmosfer.

Sesungguhnya, kandungan karbon dioksida di atmosfer mencapai lebih dari 95 persen. Setelah adanya tanaman vaskular dan hutan, level ini berubah menjadi modern. Pada Zaman Karbon, kadar oksigen tertinggi sepanjang masa mencapai 35 persen. Berkat tanaman vaskular, kadar oksigen bumi menjadi layak huni yaitu pada 21 persen.

 Baca Juga: Temuan Pohon yang Membatu Ungkap Keberadaan Banyak Fosil Hewan Purba

Salah satu tanaman kelas Lycopsida yang diduga sudah ada di hutan tertua dunia. (Wikimedia)

Tanaman vaskular juga mengubah siklus geologis planet, mulai dari deposisi dan erosi, karakteristik fisik tanah, dan siklus air tawar.

"Efeknya adalah dalam hal perubahan ekosistem, apa yang terjadi di permukaan bumi dan lautan, konsentrasi CO2 di atmosfer dan iklim global. Begitu banyak perubahan dramatis terjadi pada waktu itu sebagai hasil dari hutan-hutan awal itu, pada dasarnya, dunia tidak pernah sama sejak itu."

Setelah terkubur jutaan tahun lamanya, sisa-sisa tanaman raksasa ini berada di bawah panas dan tekanan sehingga menciptakan batu bara yang mampu menciptakan Revolusi Industri. Faktanya, nama Carboniferous merupakan batu bara yang ditemukan di lapisan geologis.

Dengan terus membakar fosil purba ini, berarti melepaskan karbon dioksida yang terperangkap untuk kembali ke atmosfer. Hal tersebut dapat memanaskan planet melalui “efek rumah kaca”. Ironisnya, sisa-sisa tanaman justru membuat kerja keras hutan pertama di dunia jadi sia-sia.