Nenek Moyang Manusia Melakukan Perkawinan Dini dan Berpoligami

By Fadhil Ramadhan, Minggu, 20 Juni 2021 | 08:00 WIB
Penemuan dua tengkorak di Ethiopia memberi petunjuk perihal praktik poligami dan perkawinan dini di sana. (Michael J. Rogers)

Nationalgeographic.co.id—Akeolog baru-baru ini menemukan tengkorak Homo erectus terkecil di Afrika yang pernah ada. Menurut laporan yang diterbitkan di Science Advances, tengkorak tersebut ditemukan di Etiopia, beberapa mil dari tempat mereka juga menemukan tengkorak serupa yang lebih besar, dengan fitur yang sedikit lebih kokoh. 

Para arkeolog yang mengerjakan proyek ini berpendapat bahwa, kedua tengkorak ini berasal dari jenis manusia purba yang sama, H. erectus, dan hanya berbeda pada jenis kelaminnya. "Perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan, berkaitan dengan perkawinan manusia purba," ujar Michael Rogers, arkeolog dari Southern Connecticut State University, kepada Discover. 

Temuan ini bisa menghidupkan kembali bahan pembicaraan oleh para antropolog selama bertahun-tahun. "(Tengkorak kecil) dapat membuka kembali perdebatan tentang seberapa besar variabilitas yang mungkin ada dalam satu spesies nenek moyang manusia," kata Rogers. 

H. erectus adalah salah satu manusia purba yang sangat mirip dengan kita saat ini. Bentuk lengan lebih pendek daripada kaki, dan tubuh yang lebih mudah berjalan tegak daripada memanjat pohon. 

Pendahulu kita ini telah mati lebih dari 100.000 tahun yang lalu. Para arkeolog sebelumnya telah menemukan beberapa tulang pinggulnya, di Afar, Etiopia, pada sebuah proyek penggalian yang telah beroperasi selama lebih dari 20 tahun. 

Baru-baru ini, arkeolog melakukan dua penggalian di area yang sama. Mereka berhasil menemukan satu tengkorak di masing-masing lokasi penggalian, salah satu tengkoraknya berukuran lebih besar.

Kumpulan fragmen tengkorak yang satu berasal dari sekitar 1,5 juta tahun yang lalu. Sedangkan potongan tengkorak yang lebih besar berusia sedikit lebih muda, yakni sekitar 1,25 juta tahun yang lalu. 

 

"Bila kedua tengkoraknya disejajarkan, terlihat jelas betapa berbedanya ukuran kedua tengkorak tersebut," kata Rogers. Berdasarkan ukuran fragmen, para arkeolog berpikir tengkorak yang lebih kecil memiliki volume sekitar 36 inci³, sedangkan tengkorak yang lebih besar bervolume sekitar 50-55 inci³.  "Jika kedua tengkorak tersebut adalah H. erectus, perbedaan ukuran itu mungkin mirip dengan perbedaan antara tengkorak simpanse atau gorila,  berjenis jantan dan betina," kata Rogers. "Kebanyakan primata dengan perbedaan ukuran yang signifikan antara jenis kelamin, juga melakukan poligami; mereka memiliki lebih dari satu pasangan dalam satu waktu." Para arkoelog juga mengakui bahwa, mungkin saja tengkorak yang lebih kecil milik spesies manusia purba yang berbeda. Mungkin juga kedua tengkorak tersebut berbeda zaman; yang mana tengkorak besar berusia lebih muda dari tengkorak yang satunya, disebabkan oleh volume otak.

"Namun, petunjuk perbedaan ukuran antara jenis kelamin muncul pada primata pramanusia lainnya," kata rekan Sileshi Semaw, arkeolog Pusat Penelitian Evolusi Manusia Nasional. "Temuan terbaru dari tengkorak kecil yang serupa, turut meyakinkan tim bahwa temuan tersebut sesuai dengan pola perbedaan jenis kelamin dalam ukuran tubuh, antara H. erectus laki-laki dan perempuan."

 

Kesimpulan terkait tengkorak nenek moyang manusia kali ini masih hanya didasarkan pada beberapa tengkorak. "Cara terbaik untuk lebih meyakinkannya adalah dengan menemukan lebih banyak tengkorak," kata Semaw, yang berarti membutuhkan lebih banyak penggalian. 

"Dan ketika para arkeolog menemukan semakin banyak tengkorak," kata Rogers, "Kemungkinan kita memeliki peluang bagus untuk mendapat temuan baru lagi, yang akan memberi tahu kita sesuatu yang tidak kita ketahui sebelumnya."