Spesies Baru Kadal Ditemukan Setelah Sebelumnya Diduga sebagai Burung

By Utomo Priyambodo, Selasa, 15 Juni 2021 | 16:01 WIB
Oculudentavis naga, spesies baru kadal yang sebelumnya diduga sebagai burung era dinosaurus. (STEPHANIE ABRAMOWICZ/PERETTI MUSEUM FOUNDATION/CURRENT BIOLOGY)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah tim peneliti internasional telah melaporkan penemuan spesies baru kadal Oculudentavis. Sebelumnya fosil spesies ini diduga sebagai burung dari era dinosaurus yang memiliki ukuran tubuh seperti burung kolibri.

Spesies baru ini diberi nama Oculudentavis naga. Nama ini dipakai untuk menghormati orang-orang Naga di Myanmar dan India.

Fosil spesies ini diwakili oleh kerangka parsial yang mencakup tengkorak lengkap, terawetkan dengan indah dalam damar dengan sisik dan jaringan lunak yang terlihat. Spesimen tersebut berada dalam genus yang sama dengan Oculudentavis khaungraae, yang dalam deskripsi aslinya disebut sebagai burung terkecil yang diketahui. Kedua fosil tersebut ditemukan di daerah yang sama dan berusia sekitar 99 juta tahun.

Para peneliti telah menerbitkan temuan mereka ini di jurnal Current Biology pada 14 Juni 2021. Tim yang dipimpin oleh Arnau Bolet dari Institut Catal de Paleontologia Miquel Crusafont Barcelona ini mengerjakan studi dengan ​​menggunakan CT scan untuk memisahkan, menganalisis, dan membandingkan setiap tulang dalam dua spesies secara digital, mengungkap sejumlah karakteristik fisik yang menandai hewan kecil itu sebagai kadal.

 

Oculudentavis sangat aneh. Namun, sulit untuk mengkategorikan spesies ini tanpa melakukan pemeriksaan dekat terhadap bagian-bagian tubuhnya, kata Bolet.

"Spesimen itu membingungkan kita semua pada awalnya karena jika itu kadal, itu sangat tidak biasa," katanya dalam siaran pers institusinya, seperti dilansir EurekAlert!.

Bolet dan sesama ahli kadal dari seluruh dunia pertama kali mencatat spesimen tersebut saat mempelajari koleksi fosil amber yang diperoleh dari Myanmar oleh ahli permata Adolf Peretti. Penambangan dan penjualan amber Burma sering terjerat dengan pelanggaran hak asasi manusia. Namun Peretti membeli fosil tersebut secara legal sebelum konflik pada tahun 2017.

Herpetologis Juan Diego Daza memeriksa tengkorak kecil yang tidak biasa yang terawetkan dari spesimen tersebut. Ada juga sebagian kecil tulang belakang dan tulang bahunya.

Daza bingung dengan fitur-fitur yang aneh dari spesimen tersebu. Mungkinkah itu sejenis pterodactyl atau mungkin kerabat purba kadal monitor?

"Sejak kami mengunggah CT scan pertama, semua orang memikirkan apa yang bisa terjadi," kata Daza, asisten profesor ilmu biologi di Sam Houston State University. "Pada akhirnya, melihat lebih dekat dan analisis kami membantu kami memperjelas posisinya."

Baca Juga: Langka, Kadal Lidah Biru Berkepala Dua Ditemukan di Australia

Pencitraan CT memungkinkan peneliti untuk memeriksa setiap fitur Oculudentavis naga pada resolusi tinggi tanpa merusak atau menghancurkan spesimen. ((Edward Stanley / Peretti Museum Foundation)

Petunjuk utama bahwa hewan misterius itu adalah kadal antara lain keberadaan sisiknya. Selain itu, spesies tersebut memiliki gigi yang menempel langsung ke tulang rahangnya, bukan bersarang di rongga mulutnya seperti gigi dinosaurus. Petunjuk lainnya adalah struktur mata dan tulang bahunya yang seperti kadal dan juga tulang tengkoraknya yang berbentuk tongkat hoki yang secara universal dimiliki oleh reptil bersisik, yang juga dikenal sebagai squamates.

Tim juga menentukan tengkorak kedua spesies telah berubah bentuk selama pengawetan. Moncong Oculudentavis khaungraae terjepit menjadi lebih sempit. Profilnya lebih mirip paruh sementara tempurung otak O. naga yang terkompresi.

Distorsi-distoris tersebut menyoroti fitur mirip burung di satu tengkorak dan fitur mirip kadal di tengkorak lainnya, kata rekan penulis studi Edward Stanley, direktur Digital Discovery and Dissemination Laboratory di Florida Museum of Natural History.

 

"Bayangkan mengambil kadal dan mencubit hidungnya menjadi bentuk segitiga," kata Stanley. "Itu akan terlihat lebih seperti burung."

Proporsi tengkorak burung Oculudentavis, bagaimanapun, tidak menunjukkan bahwa itu terkait dengan burung, kata rekan penulis studi Susan Evans, profesor morfologi vertebrata dan paleontologi di University College London.

"Meskipun memperlihatkan tengkorak berkubah dan moncong panjang dan meruncing, itu tidak menunjukkan karakter fisik yang berarti yang dapat digunakan untuk mempertahankan hubungan dekat dengan burung, dan semua fiturnya menunjukkan bahwa itu adalah kadal," katanya.

Sementara tengkorak kedua spesies tidak mirip satu sama lain pada pandangan pertama, karakteristik bersama mereka menjadi lebih jelas ketika para peneliti secara digital mengisolasi setiap tulang dan membandingkannya satu sama lain. Perbedaan diminimalkan ketika bentuk asli kedua fosil direkonstruksi melalui proses melelahkan yang dikenal sebagai retrodeformation, yang dilakukan oleh Marta Vidal-García dari University of Calgary di Kanada.

Baca Juga: Mengapa Kadal di Papua Nugini Memiliki Darah Berwarna Hijau?

Bagian amber yang diawetkan dari Oculudentavis naga yang termasuk tengkorak, sisik, dan jaringan lunaknya. (Adolf Peretti / Peretti Museum Foundation))

"Kami menyimpulkan bahwa kedua spesimen cukup mirip untuk dimiliki oleh genus yang sama, Oculudentavis, tetapi sejumlah perbedaan menunjukkan bahwa mereka mewakili spesies yang berbeda," kata Bolet.

Dalam spesimen O. naga yang terawetkan dengan lebih baik, tim juga dapat mengidentifikasi jengger yang terangkat di bagian atas moncong dan lipatan kulit longgar di bawah dagunya, kata Evans. Namun, para peneliti gagal dalam upaya mereka untuk menemukan posisi tepat Oculudentavis di pohon keluarga kadal.

"Ini benar-benar hewan yang aneh. Tidak seperti kadal lain yang kita miliki saat ini," kata Daza. "Kami pikir itu mewakili sekelompok squamates yang tidak kami sadari."

Zaman Kapur, 145,5 hingga 66 juta tahun yang lalu, memunculkan banyak kelompok kadal dan ular di planet saat ini. Namun menelusuri fosil dari era ini hingga kerabat terdekat mereka yang masih hidup bisa jadi sulit, kata Daza.

"Kami memperkirakan bahwa banyak kadal berasal dari masa ini, tetapi mereka masih belum mengembangkan penampilan moderen mereka," ujar Daza. "Itulah sebabnya mereka bisa menipu kita. Mereka mungkin memiliki karakteristik kelompok ini atau itu, tetapi pada kenyataannya, mereka tidak cocok dengan sempurna dengan kelompok manapun."

Baca Juga: Dia yang Sedang Mekar, Habitat Kadal Purba yang Kerap Terlewat