Hulptroepen, Satuan Lokal Hindia-Belanda dalam Perang Dipanagara

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 16 Juni 2021 | 21:55 WIB
Hulptroepen yang terdiri dari pasukan lokal yang membantu militer Hindia Belanda dalam setiap ekspedisi penaklukan. (Peter Carey)

Pada 11 November 1829, Dipanagara sendiri disergap di pegunungan Gowong. Pasukan Minahasa pun merebut tombak pusakanya, setelah sang pangeran melompat dari kuda ke lembah dan bersembunyi.

Selanjutnya, Dipanagara sendiri dikejar lima unit Pasukan Gerak Cepat yang memiliki hulptroepen yang mayoritas dari Minahasa. Perjalanan Dipanagara dari pegunungan Gowong sampai ke Banyumas selama November 1829 hingga Februari 1830.

Hingga akhirnya, mereka bisa melacak dan mengajak Dipanagara untuk melakukan negosiasi damai dengan Jenderal de Kock di Magelang.

"Awalnya dia [Dipanagara] jadi buronan, lalu dikawal pada April 1830. Di Menoreh, banyak para pengikutnya yang ikut seperti magnet untuk mengiring negosiasi dengan Jenderal de Kock," terang Carey.

Baca Juga: Sebuah Kado Sial di Hari Ulang Tahun Dipanagara

Hermanus Willem Dotulong (1795-1888) mayor pasukan Minahasa dalam hulptroepen yang berperan untuk menangkap Pangeran Dipanagara dalam lukisan Raden Saleh. (Raden Saleh)

"Tetapi sampai Magelang, ia justru ditangkap, ditangkap dengan cara yang khianat."

Keberadaan hulptroepen juga terekam dalam dua lukisan peristiwa penangkapan Pangeran Dipanagara, baik oleh Raden Saleh maupun Nicolaas Pieneman.

Pemimpin pasukan dari Minahasa yang sangat jelas terpampang itu adalah Benjamin Thomas Sigar alias Tawjlin Sigar (1790-1879) dan Hermanus Willem Dotulong (1795-1888).

Peninggalan mereka pun masih tersisa dalam memorial atas Hermanus Willem Dotulong di Cilincing, Jakarta.

Hulptroepen kemudian dilanjutkan pada periode kolonial selanjutnya ketika Belanda membuat KNIL. Berpihaknya para orang lokal dalam militer Hindia Belanda, membuat sentimen para nasionalis dengan 'anjing Belanda' yang biasanya ditorehkan pada KNIL yang mayoritas dari kawasan timur koloni.

Baca Juga: Dipanagara, Benarkah Sebuah Nama Pembawa Sial?

Sampul majalah National Geographic Indonesia edisi Agustus 2014. Berkisah tentang suratan tragis Dipanagara dan kecamuk Perang Jawa 1825-1830. Dalam edisi ini pula ditampilkan rupa tulisan tangan Sang Pangeran dan peta pergerakan terakhir laskarnya di Tanah Mataram. (National Geographic Indonesia)