Fontenelle membuktikan ada audiens untuk sains yang dapat diakses dalam bahasa lokal. Setelah karya Fontenelle, muncul lusinan buku baru.
Seperti Newtonianism for Ladies oleh Francesco Algarotti, membuat prinsip matematika rumit menjadi lebih jelas. Kemudian Encyclopedia of Diderot and d'Alembert yang membahas segala hal dari aljabar hingga operasi.
Literasi berkembang pesat di seluruh Eropa, begitu pula mesin cetak. Pembaca tidak hanya menemukan penelitian ilmiah tidak hanya di buku, tetapi juga di surat kabar dan pertunjukkan jalanan di mana para pemain sandiwara mendemonstrasikan sifat-sifat listrik.
Saat itu, mengumpulkan pengetahuan tentang ilmu-ilmu alam juga memberi cap tertentu kepada seseorang menurut Michael Lynn, profesor sejarah di Purdue University Northwest di laman Smithsonian. Mengetahui apa yang terjadi di dunia sains dianggap membuat seseorang lebih berbudaya dan mampu mengambil keputusan secara rasional.
Baca Juga: Kerja Dari Rumah Selama Wabah London, Newton Temukan Teori Gravitasi
Mengingat keberhasilan Fontenelle menerjemahkan sains untuk masyarakat umum, beberapa peneliti menyarankan bahasa Prancis menjadi bahasa sehari-hari untuk berpartisipasi dalam transformasi besar-besaran saat itu.
Seperti yang dikatakan Marc Fumaroli dalam When the World Spoke French, sebagian besar komunitas internasional berbicara atau membaca bahasa Prancis pada 1700-an.
Peneliti Johanthan Topham dan Simon Burrows bahkan membuat database untuk penerbit Swiss abad ke-18 Société Typographique de Neuchatel, yang mengungkapkan puluhan ribu buku sains populer yang ditulis dalam bahasa Prancis yang dibeli di seluruh Eropa.
"Saya pikir dapat diperdebatkan bahwa lingua franca Pencerahan (Renaissance) adalah bahasa Prancis," kata Lynn. "Tetapi ada banyak buku yang ditulis tentang bagaimana pencerahan bukan hanya bahasa Prancis. Setiap negara memiliki gayanya sendiri. Ada pencerahan Italia, Pencerahan Jerman Utara dan Selatan."