Nationalgeographic.co.id—Seorang petani yang tinggal di dekat Ismailia di Mesir tak sengaja menemukan sebuah prasasti berusia 2.600 tahun. Prasasti ini dibuat dan didirikan oleh firaun Apries yang memerintah Mesir kuno dari sekitar tahun 589 Sebelum Masehi hingga 570 Sebelum Masehi, sebagaimana dinyatakan oleh Kementerian Barang Antik Mesir.
Petani itu menemukan lempengan batu pasir kuno ini saat mempersiapkan lahan tanahnya untuk ia tanami. Lahan tanah itu berada sekitar 100 kilometer timur laut dari Kairo.
Setelah menemukan prasasti batu pasir ini, si petani kemudian menghubungi Polisi Pariwisata dan Purbakala Mesir (Tourism and Antiquities Police). Ia kemudian menceritakan tentang penemuannya tersebut. Prasasti tersebut memiliki panjang 91 inci atau 230 sentimeter, lebar 41 inci atau 103 sentimeter, dan tebal 18 inci atau 45 sentimeter.
Di bagian atas prasasti terdapat ukiran cakram matahari bersayap, cakram yang kadang-kadang dikaitkan dengan dewa matahari Ra, dengan cartouche firaun Apries. Ada 15 baris tulisan hieroglif di bawah ukiran gambar tersebut, ujar pihak kementerian sebagaimana dilansir Live Science.
Apries, sang firaun juga dikenal sebagai Wahibre Haaibre, memerintah selama dinasti ke-26 Mesir. Ia memerintah di periode ketika Mesir merdeka dan ibu kotanya sering terletak di Sais di Mesir utara.
Saat ini para arkeolog Mesir sedang berusaha menerjemahkan tulisan hieroglif dari prasasti tersebut. Mostafa Waziri, sekretaris jenderal Dewan Tertinggi Purbakala Mesir, mengatakan bahwa prasasti itu tampaknya terkait dengan kampanye militer yang dilakukan Apries di timur Mesir.
Sejarawan Yunani kuno Herodotus yang hidup sekitar 484 hingga 425 Sebelum Masehi mengklaim bahwa Apries kalah perang melawan Fenisia yang menyebabkan banyak tentara Mesir tewas dan memicu perang saudara di Mesir. Kejadian ini akhirnya menyebabkan Apries terbunuh dan digantikan sebagai firaun bernama Amasi.
Baca Juga: Narmer atau Menes, Firaun Pertama Yang Berhasil Menyatukan Mesir
Tidak jelas apakah prasasti yang baru ditemukan ini menceritakan peristiwa tersebut. Sebab, kini para peneliti masih sedang berusaha mengartikan hieroglif yang terukir pada prasasti batu pasir kuno itu.
Hieroglif sendiri adalah tulisan yang membuka tabir sejarah Mesir Kuno sekaligus merupakan tulisan bangsa Mesir Kuno. Hieroglif adalah aksara Mesir Kuno yang terdiri dari kombinasi elemen logograf dan alfabet.
Karakter tersebut terdiri atas gambar dalam bentuk manusia, hewan, atau benda, dan lambang tulisan yang bersifat rahasia atau sulit dipahami maknanya. Ada juga sejenis hieroglif yang lebih sederhana atau hieroglif kursif, yang digunakan untuk menulis literatur keagamaan pada papirus, sejenis kertas di Mesir kuno. Kedua jenis hieroglif tersebut dipakai hingga sekitar tahun 400 Masehi.
Hieroglif berasal dari bahasa Yunani, hieros yang artinya suci dan glufe berarti ukiran. Secara etimologis, hieroglif bisa diartikan sebagai ukiran suci. Sedangkan Bangsa Mesir menyebutnya "aksara dewa", merujuk pada asal-usul tulisan hieroglif yang dipercaya berasal dari para dewa.
Baca Juga: Tanda Perbatasan Pertama dalam Sejarah Ditemukan, Milik Raja Scorpion