Jejak Kuburan Massal Korban Pembantaian Perang Dunia II di Singapura

By Utomo Priyambodo, Rabu, 23 Juni 2021 | 15:25 WIB
Sekelompok pasukan Inggris, Australia, India dan Cina ditangkap oleh pasukan Jepang selama jatuhnya Singapura, 15 Februari 1942. (Paul Popper)

Hal lainnya dibawa keluar dan dibunuh secara sistematis, tulis Haines dalam surat empat halaman yang menggambarkan pembantaian tersebut. Surat itu sempat dilelang oleh putrinya pada 2008.

Mayat-mayat dari pembantaian di rumah sakit itu diperkirakan kemudian dikuburkan di kuburan massal di belakang gedung rumah sakit. Area yang sekarang ditutupi oleh halaman rumput itulah yang kini sedang diselidiki oleh para arkeolog.

Para arkeolog telah memulai penyelidikan situs tersebut pada Desember 2020, kata juru bicara badan pemerintah Singapura. Sejauh ini, tim telah mensurvei halaman dengan peralatan radar penembus tanah (GPR), yang dapat mengungkapkan di mana tanah di bawahnya telah terganggu di masa lalu dari penggalian atau konstruksi.

Baca Juga: Gejolak Perjuangan Buruh dalam Masa Kolonialisme Belanda dan Jepang

Pertempuran di Singapura berlangsung dari tanggal 8 hingga 15 Februari 1942. Kemenangan Jepang begitu menentukan. Akibatnya, Singapura direbut oleh Jepang, yang diikuti penyerahan Inggris terbesar dalam sejarah. (Stephen Wynn)

"Survei berusaha untuk menemukan dan menentukan tingkat dan sifat dari setiap fitur lapisan tanah yang tidak normal, seperti fondasi dan dinding bangunan tua, rongga tanah, penimbunan dan layanan yang mungkin dikaitkan dengan aktivitas masa lalu," kata juru bicara tersebut.

Arkeolog John Miksic dari National University of Singapore mengatakan kepada Straits Times bahwa survei tersebut dapat berkontribusi pada pengetahuan tentang periode kolonial di Singapura dengan mengungkapkan lebih banyak tentang hubungan antara militer Inggris dan masyarakat lokal Singapura. Namun, menurutnya, "akan sulit untuk menetapkan penemuan arkeologis spesifik pada peristiwa pembantaian itu sendiri, meskipun mungkin saja menemukan kuburan massal para korban pembantain itu."

Baca Juga: Penuturan Dua Penyintas: Bagaimana Cara Mandi dan Makan di Kamp Tawanan Jepang?

Letnan Jenderal Percival dan kesatuannya membawa bendera Union dalam perjalanan mereka untuk menyerahkan Singapura kepada Jepang. (Public Domain)