Nationalgeographic.co.id—Dua studi baru mengungkapkan bahwa sekelompok manusia purba yang sebelumnya tidak diketahui telah ditemukan di Israel. Manusia purba ini mungkin telah hidup berdampingan bersama manusia modern dan Neanderthal, melakukan kawin silang dengan kedua kelompok, dan berbagi pengetahuan dan alat dengan mereka juga.
Fosil manusia purba itu baru ditemukan pada tahun 2010 di dekat kota Ramla di Israel tengah. Penemuan terjadi setelah adanya penggalian di area pertambangan pabrik semen Nesher dan lokasi penemuan itu kini dikenal sebagai situs prasejarah Nesher Ramla.
Setelah menggali sekitar 26 kaki atau 8 meter, para peneliti menemukan alat-alat batu dan tulang-tulang manusia. Mereka juga menemukan sejumlah besar tulang hewan, termasuk sisa-sisa kuda, rusa, dan hewan ternak yang sudah punah yang dikenal sebagai auroch.
Butuh lebih dari satu dekade bagi para ilmuwan untuk mencari tahu apa yang sedang mereka miliki itu. "Orang-orang berpikir itu mudah untuk menganalisis fosil dengan cepat, tetapi itu membutuhkan banyak waktu," kata Israel Hershkovitz, ahli paleoantropologi dari Tel Aviv University yang menjadi penulis utama dalam salah satu dari dua laporan studi tentang penemuan itu. Dua studi tersebut telah terbit di jurnal Science pada 25 Juni 2021.
"Begitu Anda menemukan fosil, Anda harus membersihkannya dan merekonstruksinya dan kemudian mengumpulkan bahan yang sebanding di seluruh dunia untuk memahaminya dengan benar," jelas Hershkovitz, seperti dilansir Live Science.
Setelah semua pekerjaan itu, para peneliti mengidentifikasi tulang-tulang dari Nesher Ramla itu sebagai milik tipe baru Homo, atau anggota pohon keluarga manusia, yang sebelumnya tidak diketahui sains. Fosil manusia purba ini berusia sekitar 120.000 hingga 140.000 tahun.
Baca Juga: Mengenal Ardi, Spesies yang Diduga sebagai Nenek Moyang Manusia
Tulang-tulang manusia Nesher Ramla ini berbagi fitur yang mirip dengan Neanderthal, manusia purba yang hidup di Eropa, terutama pada bagian gigi dan rahang. Namun manusia purba misterius ini memiliki tengkorak yang lebih mirip dengan garis keturunan manusia yang lebih kuno, catat para ilmuwan.
Spesies Homo jenis baru ini juga sangat berbeda dengan manusia moderen. Menusia purba ini memiliki struktur tengkorak yang sama sekali berbeda, tak memiliki dagu, tapi punya gigi-gigi yang sangat besar.
Setelah membandingkan tulang-tulang manusia purba itu dengan fosil-fosil lain yang sebelumnya ditemukan di Israel yang telah membingungkan para ilmuwan selama bertahun-tahun —seperti tulang-tulang berusia 160.000 tahun dari gua Tabun, sisa-sisa kerangka berusia 250.000 tahun dari gua Zuttiyeh, dan spesimen berusia 400.000 tahun dari gua Qesem— tim "menyadari bahwa mereka semua berasal dari kelompok yang sama," beber Hershkovitz. "Mereka adalah populasi yang sangat besar di wilayah itu dari setidaknya sekitar 400.000 tahun yang lalu hingga sekitar 100.000 tahun yang lalu."
Baca Juga: Teori Kognisi Komplementer, Rantai Pelengkap Teka-teki Evolusi Manusia
Yossi Zaidner, arkeolog dari Hebrew University of Jerusalem, dan rekan-rekannya menemukan alat-alat batu yang terkait dengan tulang-tulang dari Nesher Ramla, misalnya batu-batu kecil tajam yang nantinya dapat dipasang di batang kayu untuk membentuk tombak atau panah. Cara khusus membuat artefak ini sebelumnya hanya terlihat di antara manusia moderen dan Neanderthal.
Temuan baru ini menunjukkan bahwa dua kelompok manusia yang berbeda hidup berdampingan di Timur Tengah selama lebih dari 100.000 tahun antara sekitar 100.000 dan 200.000 tahun yang lalu. Mereka adalah orang-orang Nesher Ramla tersebut yang hidup di wilayah tersebut mulai sekitar 400.000 tahun yang lalu dan manusia moderen yang tiba di sana sekitar 200.000 tahun yang lalu.
Mereka kemungkinan tidak hanya berbagi pengetahuan dan alat tetapi juga melakukan kawin silang. Fosil-fosil yang sebelumnya ditemukan di gua Skhul dan Qafzeh di Israel utara yang berusia antara 80.000 dan 120.000 tahun yang lalu dapat mewakili kelompok dari garis keturunan campuran manusia moderen dan manusia Nesher Ramla, catat para ilmuwan dalam studi mereka itu.
Baca Juga: Menguak Alasan Migrasi Pelayaran Manusia ke Kepulauan Terpencil
Para peneliti berpendapat bahwa manusia Nesher Ramla ini mungkin adalah nenek moyang manusia Neanderthal. "Sebagian besar peneliti percaya bahwa Neanderthal bermula, berkembang, dan akhirnya selesai di Eropa. Di sini, kami mengatakan bahwa mungkin Neanderthal bukan orang Eropa - bahwa mungkin ada komponen kuat dari Timur Dekat dalam populasi Neanderthal di Eropa," ujar Hershkovitz.
Duduk di persimpangan Afrika, Eropa, dan Asia, kelompok Nesher Ramla mungkin juga bermigrasi ke arah timur. "Ini mungkin membantu menjelaskan temuan fosil-fosil kuno yang ditemukan di Asia dengan fitur mirip Neanderthal," kata Hershkovitz.
Hershkovitz mengakui ide-ide ini provokatif. "Saya bisa mendengar ahli paleoantropologi sedang mengasah pisau mereka sekarang," candanya.
Yang kini menjadi misteri bagaimana orang-orang Nesher Ramla itu mati dan punah. "Kami tidak tahu mengapa, tetapi sebagian besar kelompok Pleistosen Tengah menemui ajalnya ketika populasi besar manusia moderen keluar dari Afrika sekitar 70.000 hingga 80.000 tahun yang lalu dan akhirnya menguasai seluruh dunia," kata Hershkovitz. "Apakah itu karena para pendatang baru itu atau tidak, saya tidak tahu."