Riset Menunjukkan Kita Tak Bisa Mengakali Penuaan dan Kematian

By Utomo Priyambodo, Rabu, 30 Juni 2021 | 20:30 WIB
Bagi sebagian orang, kematian adalah hal yang menakutkan. (Yuriria/Wikimedia Commons)

 

Untuk mengeksplorasi hipotesis tersebut, para peneliti dalam riset ini menganalisis hubungan antara angka harapan hidup dan kesetaraan umur. Angka harapan hidup adalah usia rata-rata di mana individu meninggal dalam suatu populasi. Sementara kesetaraan umur adalah angka mengukur bagaimana kematian terkonsentrasi di sekitar usia yang lebih tua.

Hasil riset mereka menunjukkan bahwa, dengan meningkatnya angka harapan hidup, tingkat kesetaraan umur pun naik. Jadi, kesetaraan umur sangat tinggi ketika sebagian besar individu dalam suatu populasi cenderung meninggal pada usia yang hampir sama seperti yang diamati di Jepang atau Swedia moderen, yaitu sekitar 70-an atau 80-an tahun.

Namun, pada tahun 1800-an kesetaraan umur sangat rendah di kedua negara tersebut. Sebab, kematian kurang terkonsentrasi pada usia tua atau kesetaraan umurnya rendah sehingga mengakibatkan angka harapan hidup di sana juga lebih rendah.

Baca Juga: Empat Perubahan Gaya Hidup Ini Bisa Meningkatkan Angka Harapan Hidup

Orang-orang di Okinawa, Jepang, cenderung memiliki umur panjang. (mykeyruna/Getty Images/iStockphoto)

"Angka harapan hidup telah meningkat secara dramatis dan masih terjadi di banyak bagian dunia. Tetapi ini bukan karena kita telah memperlambat laju penuaan kita. Alasannya adalah semakin banyak bayi, anak-anak, dan remaja yang bertahan hidup dan ini meningkatkan rata-rata angka harapan hidup," beber Fernando Colchero, seperti dikutip dari laman resmi University of Southern Denmark.

Penelitian sebelumnya dari beberapa peneliti dalam riset terbaru in telah mengungkap juga keteraturan yang mencolok antara angka harapan hidup dan kesetaraan umur di antara populasi manusia dari negara-negara Eropa pra-industri, kelompok pengumpul pemburu, hingga negara-negara industri moderen.

Namun, dengan menjelajahi pola-pola ini di antara kerabat terdekat kita, yakni para primana non-manusia, riset terbaru ini menunjukkan bahwa pola ini mungkin universal di antara primata. Selain itu, riset ini juga memberikan wawasan unik tentang mekanisme yang menghasilkan keteraturan tersebut.

“Kami mengamati bahwa tidak hanya manusia, tetapi juga spesies primata lain yang terpapar lingkungan berbeda, yang berhasil hidup lebih lama dengan mengurangi kematian bayi dan remaja mereka. Namun, hubungan ini hanya berlaku jika kita mengurangi kematian dini, dan bukan dengan mengurangi laju penuaan," ungkap Fernando Colchero.

 

Baca Juga: Manusia Tertua Berusia Lebih Dari 100 Tahun, Sebenarnya Berapa Lama Kita Bisa Hidup?