Paling Energik, Ledakan Radio Cepat dari Bima Sakti yang Terekam

By Fikri Muhammad, Selasa, 6 Juli 2021 | 17:00 WIB
Impresi seniman tentang peristiwa ledakan yang letaknya hanya 30.000 tahun cahaya dari planet kita, namun masih berada di dalam Bima Sakti, berlangsung beberapa milidetik. (SPACE.COM)

 

Nationalgeographic.co.id—Pada 28 April 2020, dua teleskop radio berbasis darat mendeteksi gelombang radio yang intens. Itu hanya berlangsung beberapa milidetik, tapi para astronom tercengang. Pertama kalinya Fast Radio Burst (FRB) atau ledakan radio cepat terdeteksi begitu dekat dengan Bumi.

Peristiwa itu letaknya hanya 30.000 tahun cahaya dari planet kita dan berada di dalam Bima Sakti. 

The Canadian Hydrogen Intensity Mapping Experiment (CHIME) dan the Survey for Transient Astronomical Radio Emission 2 (STARE2) pun menangkap momen itu.

"CHIME bahkan tidak melihat ke arah yang benar dan kami masih melihatnya dengan jelas dalam penglihatan tepi kami," tutur Kiyoshi Masui, asisten profesor fisika di Massachusetts Institute of Technology di laman Space. "STARE2 juga melihatnya, dan itu hanya beberapa antena radio yang benar-benar terbuat dari loyang kue."

Sampai saat itu, semua FRB telah diamati di luar galaksi kita. "Mereka berada miliaran tahun cahaya jauhnya, membuat mereka jauh lebih sulit untuk dipelajari," kata kandidat doktor fisika Pragya Chawla dari McGill University di Kanada.

Penemuan April 2020 juga terkenal sebagai ledakan radio paling energik yang pernah direkam oleh para astronom di Bima Sakti. Namun yang membuatnya menarik, para ilmuwan sekarang lebih dekat untuk menentukan asal-usul FRB daripada titik mana pun sejak pertama kali ditemukan.

Duncan Lorimer dan David Narkevic sedang mempelajari data yang diambil oleh parabola Parkes di Australia. Mereka menemukan bahwa FRB yang begitu dekat menjadi terobosan yang diinginkan para astronom.

"Kita bisa belajar lebih banyak dari sumber yang berjarak 30.000 tahun cahaya daripada sumber yang jaraknya satu miliar tahun cahaya atau lebih," tegas Masui 

Salah satu masalah utama dalam mendeteksi FRB, selain sebagian besar dari mereka sangat jauh, mereka sangat cepat berlalu.

Baca Juga: Akhirnya, Astronaut Tiongkok Bisa 'Spacewalk' di Stasiun Baru Mereka

Terselubung debu kosmik, Bima Sakti membusur di atas Kawah Haleakala, Maui, AS. Cakram berbintang Bi (Wally Pacholka)

FRB pergi dalam sekejap mata meskipun 100 juta lebih kuat daripada matahari. Idealnya, para astronom akan menemukan sebuah objek dan memfokuskan satu atau lebih teleskop yang berbeda, sifat fana dari ledakan ini juga menghilangkan kesempatan tersebut.

Terlepas dari tantangan ini, para astronom telah berhasil membangun bank pengetahuan tentang FRB, yan sebagian besar didasarkan pada lusinan peristiwa yang direkam dari luar galaksi kita sendiri.

Sebagian permulaan, kita tahun bahwa itu adalah kilatan cahaya radio yang berlangsung selama mikrodetik hingga milidetik.

Baca Juga: Inilah Alasan Mengapa Kita Belum Menemukan Keberadaan Alien

 

"Pencarian di seluruh langit juga menunjukkan bahwa ribuan ledakan ini terjadi setiap hari," tambah Chawla. 

Astronom masih mencari, apa yang memberi kekuatan pada FRB untuk memancarkan energi. Mungkin elektron berinteraksi dengan medan magnet yang menciptakan semacam mesin.

Para astronom juga akan terus melihat bagaimana emisi sinar-X dan semburan energi terang ini dapat terjadi pada saat yang bersamaan.

"Apakah semua FRB diciptakan melalui mekanisme yang sama dalah pertanyaan yang luar biasa, dan itu menjadi bahan perdebatan di antara para astronom," kata Masui. 

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Gelembung Gas Cahaya Raksasa di Galaksi Bima Sakti