Ukiran di Tulang Rusa, Karya Seni Tertua Manusia Purba Neanderthal

By Utomo Priyambodo, Rabu, 7 Juli 2021 | 13:08 WIB
Penampakan ukiran tulang rusa dari berbagai sisi, karya seni manusia purba Neanderthal. (V. Minkus/Leder et al., Nat. Ecol. Evol., 2021)

Nationalgeographic.co.id—Para arkeolog mengumumkan penemuan ukiran tulang rusa raksasa berusia 51.000 tahun yang dibuat oleh manusia purba Neanderthal. Tulang artistik itu ditemukan di Pegunungan Harz, wilayah yang sekarang jadi bagian Jerman utara. Ukiran pada tulang rusa itu dibuat secara presisi dan artistik berbentuk pola chevron atau pola berbentuk "V".

Sebelumnya, temuan arkeologi yang menunjukkan karakter simbolis dan artistik manusia purba Neanderthal masihlah langka. Temuan baru ini menunjukkan karakter tersebut sekaligus menimbulkan pertanyaan menarik tentang seberapa kompleks perilaku Neanderthal sebenarnya.

Temuan ini menambah bukti dari penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan Neanderthal memiliki sifat perilaku yang kompleks. Misalnya, manusia purba ini memiliki kapasitas untuk mendengar dan menghasilkan suara bicara manusia modern, meproduksi alat dan teknologi mereka, dan ikut berduka atas kematian sesamanya.

Arkeolog Dirk Leder, Thomas Terberger, dan rekan-rekan mereka telah melakukan penanggalan karbon pada ukiran tulang rusa itu. Mereka mengidentifikasi bahwa tulang tersebut berusia 51.000 tahun. Analisis mikroskopis dan replikasi eksperimental menunjukkan bahwa tulang itu sebenarnya telah direbus lebih dulu agar melunak sebelum pengukiran dilakukan.

 

Sampai sekarang, bukti tertua dan fenomenal yang diyakini sebagai karya artistik Neanderthal adalah motif minimalis dan stensil tangan di dinding gua di tiga situs Spanyol, yakni di La Pasiega, Maltravieso, dan Ardales. Dengan adanya temuan terbaru, ukiran pada tulang rusa ini mungkin bisa dinyatakan juga sebagai salah satu karya seni tertua Neanderthal.

Para peneliti dalam studi baru mengenai temuan tulang rusa itu percaya bahwa ukiran garis-garis dalam desain chevron yang dikombinasikan dengan fakta bahwa rusa raksasa ini (Megaloceros giganteus) langka di utara pegunungan pada waktu itu, memperkuat gagasan bahwa ukiran ini memiliki makna simbolis.

Mereka juga meyakini bahwa ukiran tulang ini menunjukkan bukti mengenai kemampuan imajinasi konseptual pada Neanderthal.

 

Baca Juga: Neanderthal Mampu Mendengar dan Berbicara seperti Manusia Modern

Rekonstruksi manusia Neanderthal. Neanderthal adalah spesies atau subspesies manusia purba yang telah punah yang hidup di Eurasia hingga sekitar 40.000 tahun yang lalu. (S. ENTRESSANGLE/E. DAYNES/SCIENCE PHOTO LIBRARY)

"Temuan arkeologis ukiran seniman jarang ditemukan dan, dalam beberapa kasus, ambigu. Bukti dekorasi artistik akan menyarankan produksi atau modifikasi objek untuk alasan simbolis di luar fungsi belaka, menambahkan dimensi baru pada kemampuan kognitif kompleks Neanderthal," tulis Silvia Bello dari Natural History Museum di London.

Dia menuliskannya dalam lapiran artikel News & Views yang diterbitkan di Nature. Artikel itu menyertai laporan studi atas temuan ukiran tulang tersebut yang telah terbit di jurnal Nature Ecology and Evolution pada 5 Juli 2021.

"Pilihan bahan, persiapannya sebelum mengukir dan teknik terampil yang digunakan untuk mengukir semuanya menunjukkan keahlian canggih dan kemampuan hebat dalam pengerjaan tulang," tambah Bello, sebagaimana dilansir Science Alert.

 

nSebuah pertanyaan di jantung penelitian ini adalah apakah Neanderthal ini dipengaruhi oleh H. sapiens purba sezaman dalam produksi jenis tulang berukir ini.

Leder, yang bekerja di State Service for Cultural Heritage Lower Saxony, dan rekan-rekannya percaya bahwa Neanderthal memiliki kemampuan manual dan intelektual untuk menghasilkan artefak secara independen dari pengaruh manusia modern.

Baca Juga: Manusia Modern dan Manusia Purba Neanderthal Bertemu 50.000 Tahun Lalu

Tulang Neanderthal ditemukan di gua Gibraltar yang menunjukkan mereka hampir serupa manusia modern. (Kenneth Garret/National Geographic)

Mereka mendukung hipotesis mereka itu dengan bukti arkeologis yang menunjukkan bahwa H. sapiens tiba di Eropa Tengah beberapa abad setelah keberadaan ukiran tulang tersebut. Namun, mengingat adanya bukti terbaru bahwa pertukaran gen antara Neanderthal dan manusia modern telah terjadi lebih dari 50.000 tahun yang lalu, Bello berpikir, kita tidak dapat mengesampingkan kemungkinan Homo sapiens memiliki pengaruh pada Neanderthal yang memproduksi jenis artefak ini.

"Mengingat pertukaran awal gen ini, kita tidak dapat mengecualikan pertukaran pengetahuan awal yang serupa antara manusia modern dan populasi Neanderthal," tulisnya.

"Kemungkinan pengetahuan yang diperoleh dari manusia modern tidak meremehkan, menurut pendapat saya, kemampuan kognitif Neanderthal. Sebaliknya, kapasitas untuk belajar, mengintegrasikan inovasi ke dalam budaya sendiri, dan beradaptasi dengan teknologi baru dan konsep abstrak, harus dipahami sebagai elemen-elemen dari kompleksitas perilaku."