Bagaimana Seharusnya Seni Merespons Teknologi di Tengah Pagebluk?

By Eric Taher, Sabtu, 10 Juli 2021 | 18:47 WIB
Seniman musik dalam pertunjukan langsung daring selama pandemi. Dunia seni tidak lepas dari disrupsi yang disebabkan oleh pagebluk Covid-19. Lantas, bagaimana pegiat dan akademisi seni merespons keadaan ini? (Business-Standard)

 

Nationalgeographic.co.id—Dunia seni tidak lepas dari disrupsi yang disebabkan oleh pagebluk Covid-19. Sejumlah acara pertunjukan harus dibatalkan atau ditunda, belum lagi dengan terhambatnya pertemuan dan pertukaran pikiran antara para pegiat seni.

Akibatnya, banyak acara seni yang dipentaskan secara virtual. Setiap karya seni apapun berusaha unjuk gigi di melalui fasilitas internet. Lantas, bagaimana pegiat dan akademisi seni merespons keadaan ini?

Topik inilah yang dibawakan oleh Seminar Dies Natalis ke-37 Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, yang bertajuk Seni dan Kehidupan Normal Baru. "Webinar ini merupakan respons kondisi kontekstual dari dunia seni dan dunia pendidikan tinggi seni pada masa [pagebluk] Covid-19," ungkap Rektor ISI Yogyakarta Prof. Dr. M. Agus Burhan, M.Hum. dalam pembukaan webinar ini.

Selain itu, webinar ini juga ditujukan untuk mencari cara terbaik bagi dunia seni untuk menghadapi perubahan masyarakat akibat pagebluk. "Saat ini kita mengalami pandemi yang luar biasa, untuk itu kita perlu membuat satu gerakan yang mampu mengantisipasi persoalan tersebut dan menjalani kehidupan normal baru," jelas Mikke Susanto, kurator seni dan pengajar di ISI Yogyakarta, yang sekaligus menjadi moderator webinar ini.

Penampilan opera Carmen di Berlin State Opera yang kosong akibat pandemi. (Peter Adamik)