Sang Kuda Jantan

By , Jumat, 27 Februari 2009 | 17:24 WIB

Menurut teori, lahan yang ada haruslah cukup untuk berbagai keperluan, tetapi pada kenyataannya, sejak para perintis mulai bermukim di sini, sumber daya telah direnggut dengan tidak sabar, semua penghalang disingkirkan untuk meraup dolar. tidak—dan sejak dulu pun tidak pernah. Ini bukanlah lahan yang dikelola untuk demi segala macam kepentingan secara setara, tetapi untuk hal-hal yang jadi prioritas di masa kini.

Berdasarkan sejarah, prioritasnya hewan ternak dan pada tahun 2006, sapi dan domba melahap hijauan 20 kali lipat di lahan BLM jika dibandingkan dengan yang dilahap kuda liar dan keledai liar. Namun dalam 30 tahun terakhir, corak budaya telah berubah. Para peternak di banyak daerah kawasan Barat kehilangan pengaruhnya dan suara paling lantang sekarang berasal dari perusahaan minyak. Dengan semakin besarnya tekanan untuk menjadikan AS lebih mandiri dalam bidang energi, BLM telah melepas 180.000 km2 lahan untuk minyak dan gas, sekitar 20.000 km2 di antaranya di daerah yang diperuntukkan bagi kuda liar. Ini adalah penggunaan lahan yang tak bisa diganggu gugat: Meskipun ditutupi, sumur minyak tidak akan pernah bisa disingkirkan.

“Energi berada di tempatnya ditemukan,” kata Tom Gorey, pejabat humas untuk program kuda liar BLM. Dia seakan-akan tidak berdaya dan mau tak mau harus menerima fakta itu.

Dinas yang dikelola Gorey menangani sekitar 30.000 ekor kuda liar yang menghuni 117.000 km2 daerah pengelolaan kawanan satwa (HMA, herd management area) yang terdiri atas beberapa petak lahan terpisah.

Menurut undang-undang 1971, BLM harus menjaga agar kawanan satwa itu jumlahnya cocok dengan tingkat pengelolaan yang sesuai (appropriate management level, AML). Sejumlah pembela kuda yakin bahwa AML terlalu rendah dan hal tersebut mengancam keberlangsungan hidup genetis; sebaliknya, para peternak mengatakan bahwa AML terlalu tinggi dan ini mengancam ketersediaan rumput yang amat dibutuhkan.!break!

Jatah padang rumput (lahan BLM yang disewakan kepada peternak) Pat O’Toole bertumpang tindih dengan HMA di bagian tengah-selatan Wyoming dan barat laut Colorado, dan dia memiliki ketenangan dan kekuasaan terkendali yang biasanya dimiliki oleh orang yang sudah mengenal baik prioritasnya dari pengalaman pahit. “Ketika dulu kuda liar secara berkala diburu peternak,” katanya, “satwa itu tidak menyusutkan padang rumput. Kemudian kuda liar dilindungi dan kemampuan untuk mengendalikan jumlahnya dirampas dari tangan para peternak—kenyataannya sekarang jumlah kuda liar terlalu banyak.” Dia berpikir sejenak. “Wilayah ini pernah mengalami kekeringan selama sepuluh tahun.

Di samping itu, perkembangan minyak dan gas menimbulkan tekanan yang luar biasa besar pada lahan publik, kemudian ada anggapan bahwa kuda liar sudah melahap padang rumput dengan mubazir. Memang sulit bagi semua pihak—kuda liar, peternak, margasatwa, semuanya.” Namun, meskipun O’Toole berbicara tentang kekesalannya pada kerakusan kuda liar, dia membela hak keberadaan hewan itu sebagai sebuah lambang. “Kuda liar berhak tinggal di lahan padang rumput ini,” katanya, “tetapi, apabila mereka melahap semua rumput hingga hanya menyisakan lahan gersang, sulit untuk merasakan bahwa mereka telah dikelola dengan semestinya.”

Jay Kirkpatrick dari ZooMontana sependapat bahwa kuda liar “dapat melampaui daya tampung sejumlah tempat dan menimbulkan masalah bukan hanya bagi ternak dan margasatwa, tetapi bagi kuda liar itu sendiri. Namun,” ujarnya, “kunci untuk memahami mengapa kuda liar dijadikan kambing hitam pengelolaan lahan yang buruk dan keputusan politik yang lebih buruk adalah bahwa, tidak seperti hewan ternak serta margasatwa yang pantas diburu, kuda liar tidak memiliki nilai ekonomi.”

Jadi, perdebatan tentang kuda liar dan sumber daya yang digunakannya mengerucut menjadi pertanyaan berikut: apakah kita memiliki ruang—fisik maupun emosi—untuk mereka? Sementara para pelindung kuda dan peternak sering mempertikaikan keuntungan dan kerugian relatif mustang dengan alasan yang lebih bersifat emosional, para ilmuwan bertikai berdasarkan fakta yang hakiki: jika kuda liar dapat dikelompokkan sebagai satwa asli Amerika Utara, maka binatang itu berhak menggunakan lahan. Jika bukan hewan asli, kuda liar tidak punya hak.

“Kuda yang berkelana bebas adalah spesies liar yang eksotik, bukan spesies asli” ujar Joel Berger, seorang ahli biologi kehidupan liar yang tinggal di Teton Valley, Idaho. “Mereka bersaing langsung dengan kehidupan liar asli untuk mendapatkan habitat.” Berger menyarankan agar anggaran BLM untuk kuda liar lebih baik digunakan untuk meneliti dan melindungi spesies asli. Namun, Kirkpatrick dan mitra kerjanya yang sesekali bekerja sama dengannya, Patricia Fazio, seorang penulis masalah lingkungan, sudah lama mengatakan bahwa kuda liar adalah spesies asli dan harus dipandang sebagai satwa asli oleh badan-badan pemerintah negara bagian dan federal. “Kuda modern ber-evolusi di benua ini 1,6 juta tahun yang lalu, tetapi kemudian menghilang,” kata Kirkpatrick. “Dua unsur penting dalam mengelompokkan binatang sebagai satwa asli adalah dari mana dia berasal dan apakah dia ber-evolusi bersama-sama dengan habitatnya. Kuda liar dapat memenuhi kedua syarat itu di Amerika Utara.”!break!

Meski para ilmuwan berbeda pendapat tentang di mana kuda masa kini Equus caballus muncul, disepakati bahwa sejumlah anggota awal genus Equus muncul di Amerika Utara sekitar 5 juta tahun yang lalu. Beberapa di antaranya berkelana menyeberangi jembatan darat Bering dan menyebar ke Asia (di benua ini, satwa itu akhirnya dijinakkan), Afrika, dan Eropa. Namun, kuda-kuda ini menghilang dari tanah kelahiran mereka di Amerika Utara sekitar 12.000 tahun yang lalu. Salah satu teori mengatakan bahwa manusia Pleistosen yang memasuki Amerika Utara pada sekitar masa tersebut, memburu kuda hingga punah. Ilmuwan lain berteori bahwa penyakit yang mematikan atau mungkin gabungan antara perubahan iklim, penyakit, dan perburuan menyapu habis kuda tersebut. Pada 1519, kuda dibawa ke daratan Amerika Utara ketika Hernán Cortés tiba di Meksiko. Sejumlah ilmuwan mengemukakan bahwa kuda milik para penakluk Spanyol (conquistadores) bertemu dan berkembang biak dengan sisa-sisa populasi kuda asli, tetapi tidak ada bukti yang mendukung teori ini.

Beberapa kawanan kuda adalah keturunan langsung kuda yang dibawa conquistadores, terutama kawanan kuda di Pegunungan Pryor di Montana dan bagian utara Wyoming dengan trah Spanyolnya yang sudah berusia ratusan tahun dibuktikan melalui uji darah pada 1992. Kuda-kuda ini cenderung lebih primitif dan memiliki tanda keliaran yang eksotis—kaki mereka belang-belang seperti zebra dan punggungnya bergaris-garis, sementara warnanya cokelat muda dan abu-abu.