Sang Kuda Jantan

By , Jumat, 27 Februari 2009 | 17:24 WIB

“Dalam beberapa kejadian,” kata Kathrens, “aku pernah melihat kuda jantan kehilangan para betinanya ketika berlangsung penangkapan BLM. Bagi si jantan yang telah bertarung mempertaruhkan nyawa untuk mendapatkan para betina itu, hidupnya telah berakhir. Dia akan sebatang kara dan menurutku tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa ada sejumlah kuda jantan yang begitu merana hingga menderita semacam depresi.”

Kirkpatrick menyatakan bahwa pembatasan kelahiran menawarkan alternatif yang lebih manusiawi daripada menangkapi satwa itu, tetapi BLM tidak sependapat. Menurut Kirkpatrick, dinas itu terlalu pelit mengeluarkan dana untuk mempelajari pengendalian kesuburan tetapi terlalu menghambur-hamburkan uang untuk penangkapan dengan menggunakan helikopter. Ketika dia menyarankan kepada pejabat BLM agar dinas itu menyuntik kuda betina dengan vaksin kontrasepsi margasatwa, porcine zona pellucida (PZP), dia masih ingat jawaban yang diterimanya, “Bukan begitu cara kami menangani hal tersebut. Kami menanganinya dengan melibatkan kuda dan tali.” Menurut Tom Gorey, juru bicara BLM, vaksin kontrasepsi PZP (porcine zona pellucida) sudah diberikan dalam penelitian percobaan kepada sekitar 1.800 kuda betina sejak 2004. “Pengaruhnya pada pertumbuhan populasi sedang dipantau,” begitu katanya.Kathrens meragukan segala jenis campur tangan manusia dalam menangani jumlah kuda liar.

Di saat kami sedang bercakap-cakap, seekor betina kurus berkulit hitam arang berbaring di dekat anaknya. Kathrens menjelaskan, kuda betina itu sudah divaksinasi PZP hampir tujuh tahun yang lalu. Ketika kekuatan vaksin itu menyurut enam tahun kemudian, kuda itu bunting di luar musimnya. Anak kuda itu lahir pada bulan September, terlalu dekat ke awal musim dingin sehingga keduanya menghadapi musim semi yang dingin dan bersalju dalam kondisi yang tidak bersahabat. Kathrens mengatakan, kelahiran di luar musim adalah efek samping yang menyedihkan dari pemberian PZP kepada betina-betina Pryor. Namun, pengamatan tersebut dengan gigih ditolak Kirkpatrick yang mengatakan, selalu ada kelahiran di luar musim, dengan atau tanpa PZP. Kathrens mengarahkan kameranya ke si kuda betina, yang sekarang kepalanya terkulai lemah ke tanah. Si anak menyenggol induknya. “Oh, lihat itu,” seru Kathrens. “Jika cuaca dingin ini terus berlangsung, entah apakah induk dan anak ini akan mampu bertahan hingga datang musim panas.”!break!

Ketika Kathrens kutanya, apa yang menurutnya merupakan alternatif terbaik, penangkapan atau PZP? Dia menjawab tegas: “Alam. Seleksi alam oleh puma, keterpaparan, kelaparan. Mungkin terdengar kejam jika kita mengatakan, biarkan alam yang bekerja. tetapi cara ini berhasil. Kesehatan kawanan kuda liar ini secara keseluruhan jauh lebih baik manakala alam yang menentukan hewan mana yang mampu bertahan dan mana yang tidak, daripada manusia yang memutuskan hal itu.”

Kathrens punya seekor kuda liar asal kawanan daerah Pryor dan tengah mempersiapkan diri untuk memiliki seekor lagi. Sekitar 5.000 ekor kuda liar dimiliki oleh perseorangan setiap tahun melalui proses adopsi BLM. (Pat O’Toole mengadopsi delapan ekor, termasuk Dot.) Dari jumlah itu, setidaknya 500 ekor akhirnya terdampar di pusat penyelamatan kuda atau di balai lelang. Di kedua tempat itu, ada risiko kuda liar dijual kepada “pembeli-pembunuh,” yang menjual satwa itu ke rumah jagal. Meskipun perjanjian adopsi tidak menyarankan para pemilik untuk menjual mustang mereka ke rumah jagal, BLM tidak berwenang secara hukum untuk mencegahnya. Para pemilik yang tidak berpengalaman yang merasa kewalahan oleh naluri kuat kuda liar itu untuk bertahan hidup, atau oleh dana besar yang harus dikeluarkan untuk memiliki sekelumit romantisme Kawasan Barat Lama kadang-kadang mengirimkan mustang mereka ke balai lelang, dengan tidak sabar ingin melepaskan diri dari kerepotan itu.

Hanya sedikit orang yang mengadopsi kuda untuk kemudian menjualnya ke rumah jagal semata-mata demi meraup keuntungan. Tapi, memang ada. Pada tahun 2005, seorang penduduk Oklahoma yang mengatakan ingin membeli kuda liar untuk program pemuda gereja, mengadopsi setengah lusin dengan harga $50 per ekor, lalu menjualnya ke rumah jagal di Illinois untuk mendapatkan sedikit keuntungan.

Dua tahun kemudian, Pengadilan Banding A.S. Wilayah Ketujuh mengukuhkan keputusan pengadilan Illinois untuk melarang penjagalan kuda untuk dikonsumsi manusia, dan rumah jagal terakhir di AS pun ditutup. Konsekuensi yang tidak diperkirakan sebelumnya dari undang-undang baru adalah bahwa semakin banyak kuda, lebih banyak daripada sebelumnya, yang dikirim untuk dijagal di Kanada dan Meksiko dan sama sekali tidak bisa diketahui seberapa banyak yang diekspor dalam kereta yang penuh sesak itu sebenarnya adalah kuda liar. “Aku tidak melihat adanya cap,” kata seorang pegawai Departemen Pertanian AS yang tidak mau disebutkan namanya. “Aku hanya menghitung kudanya. Sudah sulit mengetahui jenis kelamin kuda itu, apalagi mengetahui asal-usul keturunannya.”

Menurut cerita Pat O’Toole, Nelson Quispe bekerja menggembalakan dombanya lagi pada musim dingin 2006. Tentu saja penggembala muda itu bersikeras menunggang Dot. Setidaknya, bagi satu orang, keganasan angin musim dingin Wyoming telah mengubah kuda liar dari yang semula lambang kemuliaan dan kemampuan untuk bertahan hidup menjadi makhluk berjantung yang berdetak, yang menyiratkan lambang tersebut. Namun, O’Toole tidak punya waktu untuk memikirkan romantika kisah itu. “Entah apakah kami masih dapat terus memelihara domba,” katanya. “Kami pernah menjalani masa-masa sulit, tetapi yang ini sama sulitnya seperti yang pernah kualami.” Cukup lama terdiam, kami berdua merenungkan masalah yang dihadapinya—lahan yang menyusut karena adanya pengembangan gas dan minyak, persaingan dengan kuda liar untuk mendapatkan padang, kekeringan, dan harga pakan yang semakin mahal. Kemudian, kami membicarakan hal apa saja yang hilang jika O’Toole menutup usahanya: domba, pemeliharaan padang terbuka oleh peternak, penggunaan kuda liar.

Kemungkinan kuda akan selalu ada selama manusia masih duduk di atas sadel. Yang belum dapat dipastikan adalah apakah akan selalu ada alam liar yang cukup luas bagi mustang untuk berlari dengan aman, berfungsi, dan sehat secara genetis. Ketika berkendara pulang dari aktivitas penangkapan kuda liar di Rock Springs melalui Pinedale ke Jackson, kulihat berhektar-hektar dataran tinggi yang dialihfungsikan untuk pengembangan minyak dan gas, mesin pengebor minyak yang menjulang tinggi dari semak Salvia yang beku, daerah pinggiran kota yang dipenuhi kemah dan lapangan mobil trailer untuk para pekerja. Kendaraan pekerja ladang minyak sibuk berseliweran di jaringan jalan, tampak meluncur dengan mulus melintasi fatamorgana yang tepinya seperti perak. Bangkai hewan yang terlindas di jalan, kebanyakan pronghorn (Antilocapra americana) dan kijang Odocoileus hemionus, tergeletak memucat, nyaris dalam jumlah yang luar biasa banyaknya.

Hingga kira-kira 20 tahun yang lalu, masih dapat dijumpai kawanan kuda liar di luar sana, berkeliaran santai di pinggiran kota di musim semi dan ditangkapi secara berkala oleh peternak lokal. Tak satu orang pun yang kuajak bicara dapat mengingat kapan persisnya kuda liar itu menghilang.