Paus Sikat: Yang Terpuruk, Yang Berkembang

By , Jumat, 27 Februari 2009 | 17:07 WIB

Mereka menyelam sedalam 180 meter, menggosokkan kepala yang dihiasi sejumlah tonjolan kulit mirip kutil di sepanjang dasar laut dan sesekali berenang telentang. Tubuh mereka besar laksana kapal karam, berdarah panas, dan mereka menahan nafas dalam kegelapan yang pekat dan dingin, di saat air pasang terbesar di Bumi menerpa. Lalu, mereka membuka mulut yang luar biasa besar agar arus air menyapu makanan masuk ke dalam mulut mereka. Inilah salah satu cara makan paus sikat Atlantik Utara di Teluk Fundy yang ada di antara Maine, New Brunswick, dan Nova Scotia. Atau, begitulah dugaan para pakar setelah mengamati satwa berbobot 40 hingga 70 metrik ton yang muncul ke permukaan dengan kepala berlumuran lumpur. Namun, menurut para pakar, lumuran lumpur dapat saja berasal dari kegiatan yang lain—kegiatan yang belum terbayangkan oleh siapa pun.!break!

Ilmu pengetahuan menyebut satwa ini dengan Eubalaena glacialis, “paus es sejati, atau tulen.” Cerita yang sangat ironis tersirat dari namanya dalam bahasa Inggris, yakni right whale, nama yang diberikan oleh para pemburu paus yang mendaulat satwa tersebut sebagai paus yang tepat (right) untuk dibunuh. Menyukai perairan pesisir yang dangkal, paus sikat melintas di dekat pelabuhan, berenang dengan lamban, dan kerap berlambat-lambat di permukaan laut. Kebiasaan seperti itu membuat paus sikat gampang diharpun dan raksasa laut tersebut cenderung terapung dengan amat baik ketika sudah mati berkat lapisan lemak yang teramat tebal. Lemak paus (blubber) itulah yang oleh para pemburu dicairkan menjadi minyak. Sebagai jenis paus besar pertama yang diburu secara komersial, E.glacialis-lah yang menyalakan lampu bagi Dunia Lama sejak sejak Abad Gelap hingga Renaisans. Hingga abad ke-16, bangsa Eropa telah membunuh sebagian besar paus sikat Atlantik Utara bagian timur, kemudian mereka beralih ke pantai Amerika Utara. Di wilayah ini, para pemburu paus mendirikan sejumlah pangkalan di Labrador dan menangkap 25.000 hingga 40.000 paus kepala busur (Balaena mysticetus) yang masih serumpun dan entah berapa banyak paus sikat (catatan resmi jarang membedakan antara kedua hewan raksasa yang tampilannya mirip ini).

Di kala penduduk New England mulai menerjuni bisnis perburuan paus sikat, yang mereka buru hanyalah sisa-sisanya. Para Yankee itu membunuh sekitar 5.000 ekor lainnya, antara lain disebabkan paus menjadi semakin berharga untuk balinnya (baleen) dibandingkan minyaknya. Ratusan lempengan yang liat dan lentur ini, masing-masing sepanjang dua sampai tiga meter dan berjumbai halus, terjuntai dari rahang atas. Balin membentuk saringan besar yang membuat paus dapat menjaring krustasea kecil dari air untuk dilahap—satu miliar kopepoda sebesar kutu dalam sehari memasok 400.000 kalori, jumlah minimum yang diperlukan paus dewasa (rasio massa tubuh paus terhadap massa tubuh mangsanya adalah 50 miliar berbanding satu). Meski begitu, orang berpendapat bahwa balin paling tepat digunakan sebagai penyangga korset, pengencang gaun modis, jari-jari payung, dan pecutan kuda.

Saat abad ke-20 dimulai, jumlah spesies paus ini yang masih tersisa mungkin hanya tinggal puluhan ekor. Perburuan komersial dengan menggunakan harpun baru dilarang pada 1935. Sejak saat itu, pulihnya jumlah paus sikat dapat diibaratkan pemulihan dari orang yang menjadi korban kekerasan keji: kemajuan yang lambat dan susah payah, ada saat di mana kondisinya memburuk lagi, dengan hasil akhirnya yang tidak pasti.

Masih ada sekitar 350-400 ekor paus sikat Atlantik Utara saat ini. Paus yang bertahan hidup tersebut bermigrasi di sepanjang Pantai Timur Amerika Utara, antara wilayah sarat makanan di Teluk Maine dan kawasan tempat melewatkan musim dingin yang jauh lebih ke selatan—sekitar 2.200 kilometer sekali jalan bagi betina bunting yang menempuh perjalanan ke kawasan persalinan tradisionalnya di lepas pantai Georgia dan Florida. Paus-paus itu menempuh perjalanan melalui bentang samudra yang sarat aktivitas manusia.!break!

Sebuah tim penelitian dari Akuarium New England Boston bertugas di Lubec, Maine, selama musim panas dalam rangka meneliti kawanan paus sikat yang berkumpul untuk makan dan bersosialisasi di Teluk Fundy dan di dekat Basin Roseway, yang terletak di lepas pantai ujung selatan Nova Scotia. Para ilmuwan yang menyusun arsip dari sekitar 390.000 foto dapat mengenali hampir setiap paus dalam populasi itu melalui pola kulit kapalannya (tonjolan mirip kutil di kepala) yang unik, parut, dan perbedaan lainnya, serta semakin mengandalkan sampel DNA.

Salah satu paus favorit para ilmuwan adalah #2223 yang tampak untuk pertama kali di perairan ini pada tahun 1992. Saat itu, si #2223 masih bayi dan gemar berenang-renang di sekitar kapal sehingga mereka menamainya Calvin, nama tokoh kartun yang terkenal suka usil. Pada tahun yang sama, seorang nelayan melaporkan ada seekor anak paus mengelilingi induknya yang sedang sekarat dan ketika tim menemukan kembali bangkai paus betina itu, mereka mengenalinya sebagai #1223—Delilah, induk Calvin. Urat-urat daging pada bangkai itu hancur akibat benturan hebat, mungkin dengan salah satu kapal kargo yang secara rutin lalu-lalang di alur pelayaran yang pada saat itu rutenya langsung melintasi bagian tengah teluk, tempat berkumpulnya kawanan paus. Masa depan anak paus berusia delapan bulan itu tampak suram karena masih perlu mendapatkan susu hangat yang sarat gizi selama beberapa bulan lagi dari induknya, Delilah.

Pada bulan Juli 1993, para peneliti yang sedang mengkaji beberapa foto baru dari teluk Fundy menemukan beberapa gambar yang tampaknya cocok dengan gambar Calvin ketika masih bayi. Benar! Paus piatu itu ternyata berhasil bertahan hidup sendirian. DNA dari sampel kulit yang diambil pada 1994 menunjukkan bahwa Calvin yang sifatnya selalu ingin tahu dan tahan banting itu ternyata seekor betina. Pada tahun berikutnya muncul laporan pertama tentang bergabungnya Calvin dengan kelompok yang aktif di permukaan, atau SAG. Dalam kelompok tersebut, hewan betina dan jantan bergaul sambil berkecipakan, mendorong, menggelinding, dan saling belai, pertanda sedang bercumbu. Meskipun Calvin baru akan matang secara seksual saat usianya berkisar sepuluh tahun, paus-paus sebayanya yang belum dewasa tampak tertarik pada keceriaan kelompok SAG dan mulai melatih perilaku yang mungkin tak berapa lama lagi akan mempengaruhi keberhasilan mereka dalam berkembang biak. Betina-betina dewasa yang subur merupakan bagian yang paling berharga dalam populasi paus dan jumlahnya tidak sampai seratus ekor. Calvin tampaknya akan segera menambah jumlah paus betina dewasa tersebut.

Selama tiga tahun berturut-turut, para peneliti mengukur ketebalan lemak paus betina muda dengan alat ultrasonik. Cara pengukuran seperti itu rumit. “Seekor paus pernah bereaksi dengan menepiskan perahu kami begitu kerasnya sampai-sampai saya terlempar keluar kapal,” kata Amy Knowlton, seorang anggota tim peneliti. Meski demikian, para peneliti mendapati Calvin tumbuh gemuk dengan menggembirakan yang merupakan ukuran utama kesehatan. Pada malam tahun baru 1999, untuk pertama kalinya paus betina ini terekam di Georgia Bight yang merupakan perluasan pantai dangkal di lepas pantai Georgia dan Florida, tempat paus sikat melahirkan.!break!

Pada musim panas 2000, sekali lagi Calvin berada di Teluk Fundy, tetapi kali ini dia terperangkap dalam peralatan penangkap ikan. Tali polyblend yang tak bisa putus melilit tubuhnya, memarut kulitnya, dan menyeretnya hidup-hidup, melambatkan pergerakannya. Selanjutnya, para peneliti kehilangan jejak paus betina muda ini.

Biasanya dua sampai enam paus sikat ditemukan mati per tahun dan paling sedikit, separuhnya tewas akibat tertabrak kapal atau terbelit. Beberapa ekor lainnya hilang begitu saja. Karena lebih dari tiga perempat paus sikat Atlantik Utara menunjukkan luka parut akibat terkena peralatan penangkap ikan, para peneliti pun bertanya-tanya: Berapa banyakkah dari paus yang hilang itu terjerat tali, jaring, atau perangkap kepiting dan lobster selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, dengan cadangan lemak yang membantu satwa itu tetap mengapung terus menyusut seraya dilanda kelaparan, berjuang lebih keras untuk mencapai permukaan untuk setiap kali bernafas, hingga akhirnya paus-paus itu tidak sanggup lagi menahan rasa sakit dan keletihan, lalu tenggelam?

Bulan demi bulan terasa berlalu dengan lambat. Akhirnya ada yang melihat Calvin di Teluk Cape Cod dalam perjalanannya yang terseok-seok untuk kembali ke selatan. Tim pelepas belitan peralatan penangkap ikan dari Provincetown, Massachusetts yang lokasinya tidak jauh, bergegas datang dan dua kali berusaha memotong tali yang membelitnya. Tim itu tak berhasil melepaskan semua tali pembelit, tetapi ketika Calvin terlihat selama 2001, paus betina itu telah berhasil membebaskan dirinya dari sisa-sisa tali.

Tiga tahun berlalu dan Calvin muncul sesekali—namun, tidak di tempatnya yang biasa di musim panas. Apakah pengalaman buruk telah menggiringnya melintasi rute yang tidak baik bagi dirinya? Pada akhir Desember 2004, di dekat pantai North Carolina, dia terlihat—bersama seekor anak paus yang baru. Tujuh bulan kemudian, pada 2005, keduanya berada di Teluk Fundy, tempat Delilah melahirkan Calvin.!break!