Panen Minyak Kanada

By , Kamis, 5 Maret 2009 | 11:07 WIB

Dampak industri pasir minyak di Lembah Athabasca gampang dilihat dari helikopter. Setelah beberapa menit lepas landas dari Fort McMurray, menuju utara menyusuri tepian sungai sebelah timur, sampailah di tambang Millennium milik Suncor—hak sewa perusahaan itu membentang sampai ke kota. Pada suatu hari yang berangin, kepulan debu dari roda dan muatan truk jungkit bergabung menjadi satu awan raksasa yang menghalangi sebagian besar lubang tambang dan menyebar melampaui bibir-bibir lubang tersebut. Di sebelah utara, di balik bentangan kecil hutan yang utuh, awan serupa membubung dari lubang berikutnya, yaitu tambang Steepbank milik Suncor, dan setelah itu ada dua lagi, dan dua lagi di seberang sungai. Suatu malam pada Juli lalu, awan-awan itu berpadu menjadi sabuk debu yang bertiup ke barat, melintasi lanskap yang rusak. Awan itu tersedot ke arus naik awan badai. Di kejauhan, uap, asap, dan gas tersuar bakar keluar dari cerobong peningkat mutu Syncrude dan Suncor—tak pelak lagi, “pabrik setan hitam” tebersit dalam pikiran, tetapi pemandangan itu harus diakui memukau. Bau ter masih tercium dari jarak berkilometer-kilometer. Bau itu menyengat paru-paru jika kita cukup dekat.Bagaimanapun, tambang itu cepat sekali menjauh dari udara. Setelah meluncur rendah di atas sungai dan mengejutkan seekor anak moose yang menyeberangi kanal sempit, saya dan seorang ahli biologi pemerintah Preston McEachern berbelok ke barat laut menuju Pegunungan Birch, melewati hutan luas yang hampir tak terganggu. Hutan utara Kanada luasnya lima juta kilometer persegi dan sekitar 75 persen di antaranya tetap tak dikembangkan. Tambang pasir minyak sejauh ini telah mengubah 420 kilometer persegi—seperseratus persen dari total wilayah itu—menjadi debu, kotoran, dan kolam limbah. Perluasan ekstraksi in situ dapat memengaruhi wilayah yang jauh lebih besar.

Di fasilitas Firebag milik Suncor, di sebelah timur laut tambang Millennium, hutan belum dijarah, tetapi telah dibelah-belah oleh jalan dan jalur pipa yang menuju ke petak-petak lahan terbuka yang besar, tempat Suncor mengekstraksi bitumen yang tersimpan di dalam tanah, melalui sekelompok sumur. Para ahli lingkungan dan ahli biologi hidupan liar merasa cemas bahwa fragmentasi hutan yang meluas, oleh perusahaan kayu maupun mineral, membahayakan karibu dan hewan lain di hutan itu. “Hutan utara yang kita kenal bisa lenyap dalam satu generasi, jika tak ada perubahan kebijakan yang besar,” kata Steve Kallick, direktur Pew Boreal Campaign yang bertujuan melindungi 50 persen kawasan hutan utara.!break!

McEachern yang bekerja di Alberta Environment, sebuah badan pemerintah provinsi, mengatakan bahwa kolam limbah merupakan kecemasan terbesarnya. Dia menjelaskan, tambang membuang air limbah ke dalam kolam karena tidak diperbolehkan membuang limbah ke Sungai Athabasca dan karena perlu menggunakan air itu kembali. Begitu cairan kental warna cokelat menyembur dari pipa pembuangan, pasir segera mengendap, membentuk tanggul yang membatasi kolam; bitumen residu mengapung ke permukaan. Namun, partikel pasir dan tanah liat halus perlu waktu beberapa tahun untuk mengendap dan begitu mengendap, keduanya membentuk cairan mirip yogurt—istilah teknisnya “limbah halus yang matang”—yang tercemari oleh zat kimia beracun seperti asam naftenat dan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) dan perlu waktu berabad-abad untuk mengering sendiri. Menurut ketentuan lisensi, tambang diwajibkan melakukan reklamasi, tetapi semua tambang sudah melewati tenggat dan belum ada satu kolam pun yang sepenuhnya direklamasi.

Dalam kolam tertua dan paling terkenal buruk, Kolam 1 Suncor, lumpur bertengger jauh di atas sungai, tertahan oleh tanggul pasir padat yang menjulang sekitar 100 meter dari dasar lembah dan dihiasi pohon pinus. Tanggul ini pernah bocor di masa lalu dan pada 2007, kajian model yang dilakukan ahli hidrogeologi di University of Waterloo memperkirakan bahwa dua liter air tercemar dapat mencapai sungai setiap detik. Suncor kini sedang dalam proses mereklamasi Kolam 1, mengalirkan limbah ke kolam lain melalui pipa, lalu menggantinya dengan gipsum untuk memadatkan limbah. Menurut perusahaan itu, pada 2010 permukaannya akan cukup padat untuk menanam pohon. Musim panas lalu, kolam itu masih berupa lumpur putih kuam yang tercoreng bitumen hitam dan ditebari orang-orangan plastik jingga yang bertujuan mencegah burung mendarat dan terbunuh.

Pemerintah Alberta menegaskan bahwa sungai tidaklah tercemar—bahwa apa pun yang ditemukan di dalam sungai atau di delta sungai, di Danau Athabasca, berasal dari rembesan bitumen alami. Sungai itu membelah pasir minyak di hilir tambang dan sementara helikopter kami melesat beberapa meter di atasnya, McEachern menunjuk beberapa tempat yang tepian sungainya berhitam dan airnya berminyak. “Ada peningkatan berbagai logam semakin ke hilir,” katanya. “Itu alami—itu pengikisan geologi. Ikan di Danau Athabasca mengandung air raksa—kami memasang peringatan di sana sejak 1990-an. Ada PAH dalam endapan di delta. Itu ada karena sungai mengikis pasir minyak.”

Para ilmuwan independen, apa lagi warga yang hidup di hilir tambang di komunitas First Nations di Fort Chipewyan, di Danau Athabasca, merasa skeptis. “Tidak masuk akal bahwa pemindahan ter sebanyak itu tidak memiliki dampak,” kata Peter Hodson, ahli toksikologi ikan di Queen’s University, Ontario. Sebuah kajian Environment Canada kenyataannya memperlihatkan adanya dampak pada ikan di Sungai Steepbank yang mengalir melewati sebuah tambang Suncor dan bermuara di Sungai Athabasca. Saat menangkap beberapa ekor ikan pada 1999 dan 2000, Gerald Tetreault dan rekan-rekannya menemukan bahwa aktivitas enzim hati yang mengurai racun—banyak digunakan untuk mengukur paparan pencemar—pada ikan di dekat tambang lima kali lipat lebih tinggi jika dibandingkan dengan ikan di dekat rembesan bitumen alami di Steepbank.!break!

“Yang membuat saya marah,” kata David Schindler, “adalah belum ada upaya bersama untuk mencari kebenaran.”

Schindler, ahli ekologi di University of Alberta di Edmonton, berbicara soal apakah warga di Fort Chipewyan pernah tewas akibat pencemaran dari pasir minyak. Pada 2006, John O’Connor, dokter keluarga yang terbang setiap minggu untuk merawat pasien di klinik kesehatan di Fort Chip, menyampaikan pada seorang pewawancara radio bahwa pada tahun-tahun terakhir dia telah melihat lima kasus cholangiocarcinoma—kanker saluran empedu yang biasanya menyerang satu di antara 100.000 orang. Fort Chip memiliki penduduk sekitar 1.000 jiwa, secara statistik kecil kemungkinan ada satu kasus pun di sana. O’Connor tidak berhasil membangkitkan kepedulian otoritas kesehatan terhadap kelompok kanker tersebut, tetapi wawancara radio menarik perhatian masyarakat luas pada berita tersebut. “Tiba-tiba kisah ini ada di mana-mana,” katanya. “Kisah ini meledak.”

Dua di antara lima kasus O’Connor, katanya, telah dikonfirmasi melalui biopsi jaringan; tiga pasien lainnya menunjukkan gejala yang sama, tetapi meninggal dunia sebelum sempat dibiopsi (Dalam pemindaian CT, cholangiocarcinoma dapat tertukar dengan kanker yang lebih umum, seperti kanker hati dan pankreas). “Tak ada bukti kenaikan tingkat kanker di komunitas ini,” tulis Howard May, juru bicara untuk Alberta Health, dalam email pada September lalu. Namun, katanya, badan itu tetap melakukan penyelidikan yang lebih lengkap—kali ini benar-benar memeriksa rekam medis dari Fort Chip—untuk berusaha meredam kontroversi yang kini sudah berlangsung dua tahun.

Pada suatu malam musim dingin ketika Jim Boucher masih kecil, di sekitar waktu industri pasir minyak datang ke hutannya, dia sedang pulang sendirian naik kereta anjing ke pondok kakeknya setelah melakukan sesuatu di Fort McKay. Itu perjalanan sekitar 30 kilometer dan suhu udara minus 20°C. Dalam cahaya bulan Boucher melihat sekawanan ptarmigan, burung putih di salju. Dia membunuh sekitar 50 ekor, menaruhnya di atas kereta anjing, dan membawanya pulang. Empat dekade kemudian, sambil duduk di kantor eksekutif-kepala, mengenakan celana chino dan kaus olahraga Adidas putih, dia mengenang rasa bangga yang menghiasai wajah neneknya malam itu. “Itu dunia spiritual yang lain,” kata Boucher. “Saya melihat dunia itu berlanjut selamanya.” Dia menyampaikan kisah itu sekarang jika ditanya tentang masa depan pasir minyak dan posisi sukunya.!break!

Berdasarkan jajak pendapat oleh Pembina Institute pada 2007,71 persen warga Alberta menyukai gagasan yang selalu langsung ditolak pemerintah: penghentian proyek pasir minyak baru sampai persoalan lingkungan diselesaikan. “Saya percaya bahwa ketika pemerintah berupaya memanipulasi pasar bebas, hal-hal buruk terjadi,” kata Premier Stelmach dalam acara kumpul-kumpul eksekutif industri minyak tahun itu. “Sistem pasar bebas akan menyelesaikan hal ini.”

Namun, pasar bebas tidak mempertimbangkan dampak tambang pada sungai, hutan, atau pada orang yang tinggal di sana, kecuali dipaksa. Jika dibiarkan, pasar bebas juga tak mempertimbangkan dampak pasir minyak terhadap iklim. Jim Boucher bekerja sama dengan industri pasir minyak demi membangun ekonomi baru bagi rakyatnya, menggantikan ekonomi mereka yang hilang, menyediakan masa depan baru bagi anak-anak yang tak lagi berburu ptarmigan dengan penerangan cahaya bulan. Namun, dia menyadari timbal-baliknya. “Sulit menyeimbangkan keperluan hari ini dan hari esok saat melihat lingkungan yang akan kita huni kelak,” katanya. Di Alberta utara, masalah tentang cara meraih keseimbangan itu telah diserahkan kepada pasar bebas dan jawaban pasar bebas adalah lupakan soal hari esok. Hari esok bukanlah tugasnya.