Arkeolog Selidiki Temuan Potongan Kain Era Raja Daud di Lembah Israel

By Mahandis Yoanata Thamrin, Minggu, 11 Juli 2021 | 18:00 WIB
Pada 2016 tim arkeolog Tel Aviv University menemukan koleksi kain kuno di Lembah Arava yang berasal dari era Raja Daud, yang menyoroti sejarah mode Tanah Suci. (Tel Aviv University)

Para arkeolog menemukan sebuah koleksi kain dari era Raja Daud an Salomon di sebuah tambang tembaga kuno yang terletak jauh di dalam lembah Arava Israel.

Sebuah tim penggalian Timna dari Universitas Tel Aviv yang dipimpin oleh Dr. Erez Ben-Yosef telah menemukan potongan-potongan kain beragam warna, desain dan asal. Ini adalah penemuan pertama tekstil yang berasal dari era Daud dan Sulaiman, dan memberikan pencerahan baru tentang sejarah mode Tanah Suci. Potongan-potongan kecil kain, ada yang hanya berukuran 5 x 5 sentimeter, bervariasi dalam warna, teknik menenun, dan ornamen.

Tekstil juga menawarkan wawasan tentang masyarakat Edom awal yang kompleks, orang-orang semi-nomaden yang diyakini telah mengoperasikan tambang di Timna. Tambang tembaga kuno itu terletak jauh di Lembah Arava, Israel, yang diyakini oleh beberapa orang sebagai lokasi tambang Raja Sulaiman. Kondisi tambang yang gersang telah mengawetkan secara luar biasa dari bahan organik berusia 3.000 tahun. Tidak hanya kain, para arkeolog juga menemukan biji-bijian, kulit dan kain, dan artefak yang sangat langka lainnya yang memberikan jendela unik ke dalam budaya dan praktik periode ini.

 

 

Penggalian bengkel metalurgi di Situs 34. (Central Timna Valley Project - TAU)

 

Pelestarian bahan organik yang langka membuka peluang penelitian baru, yang sampai sekarang kurang di situs-situs Alkitab. Sebagai satu-satunya kain dari periode itu yang ditemukan di seluruh Levant selatan, itu adalah contoh terdekat yang kita miliki tentang bagaimana orang berpakaian pada zaman Daud dan Sulaiman.

"Tidak ada bahan tekstil yang ditemukan dalam penggalian situs seperti di Yerusalem, Meggido dan Hazor, sehingga penemuan ini membuka sebuah jendela baru dari seluruh aspek kehidupan dari yang belum pernah kita buktika sebelumnya" kan Ben Yosef dari Tel Aviv University (TAU) yang memimpin kelompok penggalian situs tersebut. "Kami menemukan potongan-potongan tekstil yang berasal dari tas, pakaian, tenda, tali dan tali."

Berbagai macam kain juga memberikan informasi baru dan penting tentang orang Edom, yang menurut Alkitab, berperang dengan Kerajaan Israel. "Kami menemukan tenunan sederhana, kain yang dihias dengan rumit yang dikenakan oleh eselon atas masyarakat bertingkat mereka," ujar Ben Yosef dalam rilis Israel Antiquities Authority. "Kain kelas mewah menghiasi pengrajin yang sangat terampil dan sangat dihormati yang mengelola tungku tembaga. Mereka bertanggung jawab untuk melebur tembaga, yang merupakan proses yang sangat rumit."

Baca Juga: Kota Benteng Khirbet Qeiyafa: Inikah Reruntuhan Istana Nabi Daud?

Jendela kaca patri abad ke-12 M yang menggambarkan Raja Daud dari Israel dan putranya penerusnya Sulaiman. Katedral Strasbourg, Prancis. (WORLD HISTORY)
Tembaga digunakan untuk memproduksi alat dan senjata dan merupakan sumber daya paling berharga dalam masyarakat kuno. Produksinya membutuhkan banyak tingkat keahlian. Penambang di Timna kuno mungkin adalah budak atau tahanan. Tugas mereka adalah tugas sederhana yang dilakukan dalam kondisi yang sulit. Namun, kegiatan seperti peleburan, mengubah batu menjadi logam tentu membutuhkan keterampilan dan organisasi yang sangat besar."Kepemilikan tembaga adalah sumber kekuatan besar, seperti halnya minyak saat ini," kata Ben-Yosef. "Jika seseorang memiliki pengetahuan luar biasa untuk 'membuat tembaga', dia dianggap berpengalaman dalam teknologi yang sangat canggih. Dia akan dianggap magis atau supernatural, dan status sosialnya akan mencerminkan hal ini."

Baca Juga: Selain Kita, Bagaimana dengan Keberadaan Hobbit dan Raksasa?

Tekstil wol yang tidak diwarnai ditemukan di Situs 34, khas Timna Zaman Besi (Clara Amit, Israel Antiquities Authority)

 

Berkait temuan potongan-potongan kain, Ben mengungkapkan, "Berbagai jenis bahan juga membuka sebuah informasi yang baru dan penting mengenai Edomiters yang menurut Alkitab berperang dengan kerajaan Israel."

"Kami menemukan sebuah rajutan yang dihiasi dengan kain yang rumit dan hanya digunakan oleh para ekselon tertinggi dari klasifikasi kelompok mereka. Kain mewah ini dihiasi dengan sangat terampil, pengerajing sangat dihormati karena mereka bertanggung jawab dalam proses peleburan tembaga yang memerlukan proses sangat rumit," imbuh Ben.

Petambangan ini memproduksi tembanga, salah satu komponen penting dalam pembuatan senjata dan peralatan pada zaman kuno. Untuk mendukung kelompok pertambangan ini ditengah gurun, makanan , air dan kain harus dibawa melalui jarak yang sangat jauh. Tekstil ini membantu mengungkapkan praktik perdagangan dan perekenomian daerah pada saat itu, menurut para peneliti.

 

"Kami menemukan linen tersebut dan tidak diproduksi secara lokal. Kemungkinan ini berasal di Lembah Jordan atau Israel Selatan. Bahan ini sebagian besar terbuat dari wol domba, kain yang jarang ditemukan di masa kuno seperti ini," kata Vanessa Workman mahasiswa Master dari TAU.

"Benda ini mengatakan pada kita bagaimana kemajuan dan kecanggihan keduanya berasal dari jaringan kerajinan dan perdagangan tekstil yang pernah terjadi."

Kondisi keringnya lembah sudah membawa kita menemukan sebuah penemuan penting pada masa lalu, termasuk pelestarian luar biasa dari bahan organik yang berusia 3.000 tahun, seperti biji, kulit dan kain dan artefak langka lainnya.

 Baca Juga: Naskah Kuno Alkitab dan Mumi Anak Kecil Ditemukan di Gua Horor Israel

Tekstil wol halus yang diwarnai merah dan biru. Tekstil menggunakan berbagai warna bulu hewan alami untuk menciptakan warna hitam dan oranye-coklat untuk pita dekoratif. (Clara Amit, Israel Antiquities Authority)

 

Bersama dengan tekstil, para ilmuwan juga menemukan beberapa ratus bibit yang dikatakan dalam Alkitab sebagai "7 spesies" di situs tersebut dua buah bibit dan lima buah yang ditemukan dianggak sebagai produk yang unik dari tanah Israel. Beberapa dari bibit ini sudah menjadi sasaran radiocarbon dan memberikan kepastian dalam berapa usia situs tersebut.

"Ini adalah kali pertamanya penemuan bibit dalam periode ini dan dalam jumlah yang besar," kata Ben-Yosef. "Dengan manfaat dari ilmu pengetahuan modern, saat ini kita dapat meneliti apa saja yang belum pernah dipikirkan selama beberapa dekade yang lalu. Kita dapat merekonstruksi jenis anggur pada era Raja Daud, misalnya dengan memahami proses budidaya dan domestikasi yang sudah tersimpan di dalam DNA benih ini."

Baca Juga: Arkeolog Israel Tak Sengaja Memecahkan Temuan Telur Kuno 1.000 Tahun