Perang Serigala

By , Rabu, 24 Februari 2010 | 16:46 WIB

Pada dasarnya, serigala sangat mirip dengan kita. Kuat, agresif, teritorial, dan pemangsa. Cerdas, ingin tahu, kooperatif, setia, dan mudah beradaptasi. Serta memiliki pengaruh yang mendalam pada ekosistem yang ditempati. Namun, jelas manusia memiliki masalah dengan serigala. Mungkin kita sulit memahami bagaimana di dunia bisa ada sosok serigala jahat, sementara ada kerabat dekatnya yang selalu membuntuti kita di rumah dengan pandangan memuja, yaitu anjing rumahan. Atau mungkin karena serigala abu-abu merupakan mamalia darat besar yang paling tersebar setelah manusia dan ternaknya dan—di Belahan Bumi Utara—telah lama bersaing memperebutkan daging dengan manusia.!break!

Apa pun alasannya, manusia sedang berperang dengan serigala. Perang ini merupakan perebutan wilayah dan makanan yang sudah lama antara klan mereka dan  kita, dan medan pertempurannya membentang di sepanjang negara-negara bagian Pegunungan Rocky di utara sampai ke pintu kabin terpencilku di dekat Taman Nasional Gletser Montana. Seekor betina muda bernama Diane menandai tempat itu dengan mengencingi keset di teras depan.

Ada sarang serigala tidak terlalu jauh di atas bukit berhutan yang dinaungi dahan pepohonan. Sarang itu digali di antara akar pohon, menganga seperti mulut pemangsa dan memanjang ke bawah tanah hingga lebih dari lima meter—besar menurut standar serigala. Tanah di sekitarnya bersih dari rumput akibat dilalui oleh sekian generasi kaki bercakar. Dari sana, ada beberapa jalan menuju ke lereng terbuka yang menghadap padang luas yang dibatasi dedalu dan aspen yang menguning, sepi selain koak gagak sesekali. Puncak bersalju Continental Divide menjulang di kejauhan, dan sebatang sungai mengalir liar tak jauh dari situ. Jejak serigala tampak bersilangan dengan denai elk, kijang, moose, dan beruang grizzly. Meskipun kirik yang dibesarkan di sini kini ikut berburu bersama serigala dewasa, menurut sinyal radio yang dipancarkan sang betina alfa, kawanan ini tidak jauh.

Banyak yang mengira perang ini telah berakhir. Akibat ditembak, diperangkap, dan diracuni tanpa henti, bahkan di cagar alam, serigala abu-abu punah dari wilayah barat Amerika pada 1930-an. Pada 1974, saat Canis lupus dinyatakan terancam punah di 48 negara bagian AS (selain Hawaii dan Alaska), populasi serigala abu-abu hanya terbatas di sudut utara Minnesota dan di Taman Nasional Isle Royale Michigan di Lake Superior.Kemudian, pada pertengahan 1980-an, beberapa ekor berlari menuruni Continental Divide dari Kanada. Dua ekor menetap di padang rumput yang tersembunyi di Taman Nasional Glacier dan pada tahun 1986 membesarkan lima anak. Para biolog yang lelah melacak para pendatang baru ini menyebutnya kawanan Magic karena kawanan itu muncul dan menghilang begitu saja seperti halimun.

Kawanan itu berkembang dan segera terpecah menjadi dua, kemudian tiga, biasanya tetap berada di dalam taman tersebut. Beberapa serigala memisahkan diri dan menyebar ke hutan nasional di dekatnya. Lalu tiba-tiba, sepasang serigala sudah bersarang di lahan peternakan pribadi hampir 150 kilometer di barat daya Taman Nasional Glacier dan kurang dari 50 kilometer dari perbatasan Idaho. Orang-orang mulai melaporkan kemunculan serigala baik di Idaho maupun Wyoming bagian utara. Namun, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa serigala itu tidak sekadar melintas. Belum.!break!

Pada tahun 1995 dan 1996, US Fish and Wildlife Service menangkap serigala di Kanada dan melepaskannya dalam Taman Nasional Yellowstone seluas 890.308 hektare dan di kawasan belantara Idaho tengah. Tindakan federal yang belum pernah terjadi sebelumnya itu memicu ledakan harapan, ketakutan, kebencian, tuntutan hukum, dan berita utama, sehingga kebanyakan orang menganggap kembalinya serigala ke Barat sepenuhnya dimulai dengan cara seperti itu itu. Anggapan yang keliru, tetapi pengenalan kembali serigala itu memang menjadi pendorong utama. Jumlah serigala bertambah, dan perang kian sengit.

Selama 2008, petugas margasatwa mengonfirmasi 569 kematian sapi dan domba sebagai korban serigala di seluruh wilayah barat Amerika. Jumlah itu kurang dari satu persen kematian ternak di daerah tersebut, namun kerugiannya tidak pernah merata. Pada tahun yang sama, 264 serigala dibunuh karena memangsa ternak di Montana, Idaho, dan Wyoming. Itu jumlah yang besar, tetapi jumlah itu diambil dari populasi serigala telah berkembang hingga sekitar 1.600 ekor, menjelajahi wilayah itu dalam lebih dari 200 kawanan. Kini ada dua kawanan baru di Washington timur laut dan, desas-desusnya, juga ada di kantong kecil di Colorado. Seiring waktu, daerah Barat kian bertambah liar.

Pendukung lingkungan hidup dan wisatawan sangat senang. Di Yellowstone sendiri, setiap tahun puluhan ribu wisatawan datang untuk melihat serigala, menambah pemasukan sekitar 325 miliar rupiah bagi perekonomian daerah itu. Ilmuwan mendokumentasikan perubahan ekologi yang terkait dengan kembalinya pemangsa puncak ini, yang mungkin dapat memperbaiki alam liar yang tidak seimbang, membuatnya lebih stabil dan beragam secara biologis.

Di sisi lain, sebagian orang berkata bahwa mereka tidak lagi merasa aman membawa keluarga ke hutan. Para pemburu juga mengeluh—dengan nada pahit. Bagi banyak orang di wilayah Barat, yang cenderung memajang tanduk sebagai hiasan rumah dan saat musim gugur, sapaan "Apa kabar" diganti dengan "Dapat rusa, belum?" serigala digambarkan sebagai mesin pembunuh kaki empat—piranha darat—yang menghabisi hewan buruan. Kaum prianya diam-diam berbicara tentang menangani sendiri masalah itu dan persetan dengan pejabat federal. Banyak bumper dihiasi stiker serigala bersilang dan slogan "Sekawanan Sehari."!break!

Pada bulan Mei 2009, badan satwa liar AS menyatakan bahwa spesies itu telah pulih di Pegunungan Rocky bagian utara dan menyerahkan tanggung jawab dalam hal itu kepada Montana dan Idaho. Kedua negara bagian itu langsung menetapkan serigala sebagai hewan buruan dan menetapkan kuota untuk perburuan serigala legal pertama dalam sejarah di kedua negara bagian itu—75 di Montana, 220 di Idaho. "Sungguh menakjubkan—dari satu kawanan yang terancam punah, menjadi surplus yang dapat diburu di seantero wilayah," kata Jim Williams, manajer program satwa liar untuk Montana bagian barat laut di Department of Fish, Wildlife & Parks Montana. "Ini kisah keberhasilan Undang-Undang Spesies yang Terancam Punah paling hebat yang saya tahu." Mungkin. Pada November 2009, Idaho memperpanjang musim berburu sampai kuota terpenuhi, atau sampai 31 Maret, mana yang lebih cepat. Perubahan itu dapat berakibat pemburu menggunakan mobil salju dan membunuh betina yang hamil.

Setelah keputusan federal menghapus serigala di wilayah Barat dari daftar spesies terancam punah pada 2008, Wyoming pada dasarnya menganggap hewan itu sebagai pengganggu, atau hama, dan mengizinkannya ditembak dan diperangkap hampir secara tak terbatas sepanjang tahun. Akibatnya, muncul gugatan yang memaksa dinas margasatwa untuk memasukkan serigala kembali ke daftar species terancam punah untuk sementara. (Sejak saat itu, dinas itu menolak menghapusnya dari daftar di Wyoming sampai negara bagian itu membuat rencana baru.) Sementara itu, sebuah koalisi beranggotakan 14 organisasi perlindungan lingkungan dan hewan yang dipimpin Earthjustice menuntut pemerintah federal untuk memasukkan semua serigala ke dalam daftar sampai negara-negara bagian di wilayah Barat membuat strategi konservasi regional yang mencakup kawasan lindung inti dan zona penyangga, yang dapat dihuni serigala dalam kawanan normal tanpa diburu habis-habisan.

John and Rae Herman beternak 800 sapi Angus di kawasan Hot Springs di Montana barat. Mereka dibesarkan pada zaman keemasan peternak di Amerika, di lembah bergelombang yang penuh semak dan rumput serta lereng pegunungan berhutan—sementara hampir semua pemangsa besar yang asli telah hilang dari lanskap itu. "Kami biasanya kehilangan tiga hingga lima anak sapi saat ternak dikumpulkan," kata John. "Sekarang hampir 25. Musim semi ini tempat sapi beranak di dekat rumah diserang. Tujuh anak sapi sudah dipastikan dibunuh serigala, jadi kami diberi ganti rugi."

Masalahnya, jika peternak tidak langsung menemukan bangkainya, pemakan bangkai dapat menyeret atau mengoyak bukti. Banyak yang mengatakan bahwa di beberapa daerah korban serigala rata-rata bisa jadi mencapai angka tujuh untuk setiap orang yang bisa membuktikan, tetapi tanpa konfirmasi, tidak ada kompensasi. Dan hewan yang mati dan hilang hanya sebagian dari kerugian. Sapi yang diganggu serigala dapat turun beratnya 14-22 kilogram dalam satu musim. Ini ditambah pula efek hormon akibat stres. "Kami punya 85 sapi muda yang hamil musim semi ini, 60 di antaranya keguguran," kata John. "Yang terburuknya," kata Rae, "23 dari sapi yang keguguran itu merupakan bagian dari 25 sapi modal awal putra kami. Dia berutang 75 juta rupiah ke bank dan hanya tersisa dua anak sapi. Kami terpaksa menjual beberapa induk untuk menutupi kerugian, jadi ini merupakan kemunduran."!break!