Arus-arus Senyap

By , Kamis, 1 April 2010 | 15:41 WIB

Ini semacam bahtera Nabi Nuh yang ganjil: sebuah gudang batu bata di Knoxville, Tennessee. Dikatakan ganjil karena bahtera itu bukan saja tidak pernah mengapung, tetapi banjir sang penyelamat kehidupan justru berada di dalam bahtera, tempat air ditumpahkan siang dan malam dari labirin pipa ke dalam 600 akuarium kaca, sementara pipa plastik dipasang bertumpuk-tumpuk di langit-langit. Penumpang bahtera itu, yang kebanyakan hanya beberapa sentimeter panjangnya, adalah ikan: ikan madtom (semacam lele, genus Noturus) dan ikan darter (Percidae), ikan top minnow (Cyprinodontidae dan Poeciliidae), dan ikan chub (Cyprinidae). Bagi ikan-ikan ini, air yang disaring dengan hati-hati dan mengandung udara itu menawarkan napas kehidupan, sementara habitat alami mereka—sungai di tenggara Amerika Serikat—tersumbat oleh bendungan dan sarat pencemar. Kawanan ikan yang terdapat dalam bahtera itu adalah ikan yang masih bisa diselamatkan dari kepunahan. !break!

Nakhodanya, yang berperan sebagai Nabi Nuh, adalah JR Shute dan Pat Rakes, yang bertemu di sekolah pascasarjana pada pertengahan 1980-an. Mereka sering bermain air di sungai dan menjaga akuarium sejak masih kecil. Sekarang mereka berhasil mengubah kegemaran masa kanak-kanak menjadi profesi yang tidak lazim. Satwa air tawar berada dalam keadaan terancam di seluruh planet. Di perusahaan nirlaba mereka, Conservation Fisheries, Inc. (CFI) di Knoxville, Shute dan Rakes berusaha mempertahankan beberapa spesies ikan yang paling langka agar dapat tetap hidup.

Upaya ini tidak seperti memelihara ikan mas atau ikan guppy. Di antara para penumpang bahtera itu terdapat ikan darter berlian (Crystallaria cincotta), penghuni hamparan pasir yang berbahaya, tetapi terbukti sangat peka terhadap gangguan sehingga para ahli biologi terpaksa mengamatinya di dalam akuarium hanya dari kejauhan melalui monitor video. Ikan darter lainnya, Conasauga logperch atau Percina jenkinsi, berenang di dalam sebuah tangki di dekatnya. Habitat satu-satunya yang diketahui adalah Sungai Conasauga di Georgia dan Tennessee, yang airnya sudah lama tercemar dan tertimbun lumpur tanah pertanian dan cemaran pabrik. Di Sungai Conasauga mungkin masih terdapat 200 ekor ikan ini, atau mungkin juga sudah tidak ada, tetapi di tempat pembudidayaan ikan ini hanya terdapat tiga ekor, yang baru datang. Semua orang di CFI berharap ikan-ikan ini tidak berjenis kelamin sama sehingga mereka dapat berkembang biak.

Menangkap ikan itu saja sudah merupakan upaya yang sama sulitnya. Shute dan Rakes harus menyelam dengan memakai topeng dan pakaian kering yang berat, berbicara melalui snorkel, dan menggunakan jaring berbentuk topi untuk menangguk ikan karena kedua tangan mereka harus bebas agar bisa menarik badan menyusuri dasar sungai. Semua itu membuat keberadaan keduanya terlihat sangat jelas di sungai. Mereka sering melakukan snorkeling dengan lampu senter di malam hari, ketika beberapa ikan bergerak lebih aktif. Suatu kali, terdengar seseorang berteriak, "Astaga! Seperti gerombolan katak besar yang ada lampu di kepalanya."

Tujuannya adalah memiliki persediaan bibit ikan yang siap dikembalikan ke sungai, pada saat masyarakat mengembalikan sungai itu menjadi sungai yang bersih dan airnya bebas mengalir. Belakangan, Shute dan Rakes tidak hanya menangkap ikan untuk dibawa ke bahtera mereka, tetapi juga melacak kabar ikan yang telah mereka kembalikan ke alam liar. !break!

Danau, rawa-rawa, dan sungai hanya mencakup kurang dari 0,3 persen air tawar dan kurang dari 0,01 persen semua air di Bumi. Namun, perairan adalah habitat bagi 126.000 spesies satwa di dunia, termasuk siput, kerang, buaya, kura-kura, amfibi, dan ikan. Hampir separuh dari 30.000 spesies ikan yang sudah dikenal hidup di danau dan sungai, dan banyak di antaranya tidak dapat berkembang biak dengan baik; di Amerika Utara, misalnya, 39 persen ikan air tawar terancam punah, jumlah ini naik dari 20 persen yang merupakan angka beberapa dasawarsa yang lalu. Satwa air tawar pada umumnya punah dengan kecepatan empat sampai enam kali lipat kecepatan punah satwa darat atau satwa laut. Di Amerika Serikat, hampir separuh dari 573 satwa dalam daftar satwa terancam dan hampir punah adalah spesies air tawar.

Hal ini terjadi karena ekosistem air tawar sangat erat berkaitan dengan kegiatan manusia. Industri dan pertanian terkonsentrasi di sepanjang perairan yang mengalir, dan cepat atau lambat residu dari hampir segala sesuatu yang kita lakukan tumpah ke dalam sungai terdekat—itu pun dengan anggapan sungai tersebut  belum kering akibat ulah kita juga. Di barat daya Amerika Serikat, seperti di bagian kering lainnya di dunia, untuk mendapatkan air, satwa liar harus bersaing dengan populasi manusia yang terus berkembang pesat.

Tetapi, Amerika Tenggara-lah yang menonjol sebagai pusat keanekaragaman spesies air tawar di dunia, terutama bagian selatan Pegunungan Appalachia. Dalam keadaan terpahat ke atas hingga mencapai sejumlah bukit dan lembah yang tak terhitung banyaknya, yang tampak gemerlapan oleh mata air, sungai dangkal, jeram, kolam, dan sungai dangkal yang airnya mengalir dengan tenang, pegunungan yang sudah terkikis parah itu menyediakan ceruk terpencil tempat makhluk air tawar berkembang menjadi aneka bentuk. Hasilnya: Kawasan Tenggara memiliki koleksi kerang air tawar terbanyak di Bumi; koleksi terbaik siput air tawar, raja udang, dan kura-kura terdapat di Amerika Utara; dan hampir 700 dari sekitar 1.000 spesies dan subspesies ikan air tawar AS.

Seperti kebanyakan ikan air tawar, yang terdapat di kawasan Tenggara cenderung kecil dan warnanya kelam—pada sebagian besar waktu sepanjang tahun. Akan tetapi, jika kita membenamkan kepala ke dalam perairan itu pada musim semi atau musim panas, ketika satwa jantan sedang dalam masa kawin, kita mungkin mengira sedang berada di dekat terumbu karang. Ikan darter Natal (Etheostoma hopkinsi) tampak seperti berenang di sekitar pohon yang dihiasi spiral merah; tubuh ikan darter libur (Etheostoma brevirostrum) dan ikan darter lipstik (Etheostoma chuckwachatte) bergaris-garis dan penuh bercak berwarna hijau-biru dan jingga. Perilaku ikan pun bisa sama-sama menarik perhatian. Ikan madtom jantan—ikan lele sepanjang jari dengan antena panjang seperti kumis mencuat dari sekitar mulutnya—membawa telur ke dalam mulut untuk membersihkannya. Beberapa ikan darter jantan melakukannya dengan mengipas-ngipaskan air di atas telur, yang juga berarti memasok telur dengan oksigen.!break!

Dengan begitu banyak sungai tenggelam di bawah waduk atau menjadi pekat oleh sedimen hasil kegiatan manusia atau yang sarat dengan zat kimia berbahaya, hampir sepertiga dari ikan di kawasan Tenggara menghadapi risiko punah, banyak di antaranya dalam hitungan tahun. CFI bukanlah satu-satunya perusahaan yang berupaya melestarikan ikan-ikan itu. Akuarium Tennessee di Chattanooga, fasilitas swasta lainnya, dan sejumlah badan margasatwa di tingkat negara bagian dan federal juga sedang melakukan berbagai upaya. Pada umumnya pekerjaan mereka tidak mendapatkan penghargaan sebagaimana mestinya. Sekelompok ilmuwan independen, Southeastern Fishes Council, mengumpulkan daftar yang mereka namakan selusin yang rawan—"12 ikan yang paling mungkin segera punah," kata Anna George, ilmuwan kepala penelitian di Akuarium Tennessee. "Masyarakat belum pernah mendengar informasi tentang sebagian besar ikan-ikan itu."

Salah satu pengecualian adalah ikan sturgeon Alabama (Scaphirhynchus suttkusi), yang sekarang, atau dulu, panjangnya mencapai 80 cm. Populasinya musnah pada abad yang lalu akibat penangkapan ikan untuk keperluan komersial dan bendungan yang menutup rute pemijahannya yang berpindah-pindah tempat. Pencarian yang teliti hanya menghasilkan tiga ekor sejak ikan itu dilindungi secara resmi pada tahun 2000. Ikan terakhir yang berhasil ditangkap, pada tahun 2007, dipasangi alat pelacak dan diikuti setiap hari selama dua tahun dengan harapan ikan itu dapat mengarahkan para peneliti menemukan ikan lainnya. Harapan itu tidak pernah terpenuhi, dan saat ini tidak ada sturgeon Alabama yang dibudidayakan.

Meskipun demikian, secara umum, ikan kawasan Tenggara yang terancam punah tidak penting dari segi ekonomi. Di beberapa tempat, itulah sebabnya mengapa ikan-ikan itu punah. Abrams Creek (sungai kecil) di Tennessee, yang panjangnya hanya 40 kilometer, sebagian besar mengalir melalui Taman Nasional Great Smoky Mountains, pernah dihuni oleh hampir 70 spesies ikan asli. Tetapi, para pejabat taman memutuskan pada tahun 1957 untuk meracuni ikan asli dan mengisi sungai dengan ikan trout yang bukan ikan asli untuk olahraga memancing. Tak lama kemudian, Abrams Creek pun kehilangan hampir separuh dari spesies ikan aslinya.

Namun, sejak itu, sikap para pengelola satwa liar telah berubah. Sekarang, mereka ingin koleksi ikan kecil kelas dunia yang pernah mereka miliki itu dapat kembali lagi. !break!

Abrams Creek mengalir dengan air yang jernih dan sejuk, dinaungi deretan pohon tulip poplar (Liriodendron tulipifera), pawpaw (Asimina triloba), dan pinus, ketika aku menyelam bersama Shute dan Rakes di musim gugur yang lalu. Sejak 1986 sampai 2002, Shute dan Rakes membawa berember-ember ikan dari akuarium Knoxville untuk dimasukkan ke Abrams Creek; sekarang mereka kembali setiap tahun untuk memantau hasilnya. Sungai ini hanyalah salah satu dari lebih dari 30 sungai yang mereka tangani. Sejak 1950-an dan 1960-an, sikap—dan undang-undang—juga telah berubah di luar taman nasional. Sungai di kawasan Tenggara pun diganggu oleh banyak bendungan, tetapi setelah berlangsungnya pembalakan hutan, penambangan batu bara, dan pembuangan limbah pabrik dan pipa limbah dalam waktu yang sangat lama, undang-undang lingkungan berhasil membersihkan sejumlah sungai sehingga di beberapa tempat ikan yang dibudidayakan di dalam akuarium dapat dilepaskan untuk menguji perairan itu.

Kisah sukses mulai bermunculan. Sungai Powell, anak sungai Tennessee, rusak berat pada 1996 akibat tumpahan lumpur tambang batu bara, yang antara lain secara drastis menyusutkan populasi ikan madtom sirip kuning (Noturus flavipinnis) yang terancam punah. Tetapi, CFI berhasil mengembalikan ikan itu ke sungai sehingga populasinya bertambah lagi. "Belakangan ini kami berhasil menemukan ikan itu pada jarak 55 kilometer dari Sungai Powell," kata Rakes. "Pertumbuhannya sangat memuaskan." Dan pada suatu sore di musim gugur yang lalu, ketika aku dan tim CFI berenang di salah satu bagian badan sungai itu di Virginia, kami menemukan banyak sekali ikan lain: setidaknya selusin spesies, termasuk ikan chub, ikan darter, ikan minnow, dan ikan shiner, yang tampak gemerlapan mengejar serpihan makanan dalam pusaran air yang terbentuk di belakang kami.

Ikan madtom sirip kuning juga berkembang biak dengan memuaskan di Abrams Creek, sebagaimana juga ikan madtom berasap (Noturus baileyi), spesies terancam punah yang juga dikembalikan ke sungai oleh CFI. Pengembalian ikan chub sirip berbintik (Erimonax monachus) kurang berhasil, tetapi ikan darter Citico berkembang biak dengan baik setelah sembilan tahun dikembalikan; dalam satu jam pada musim gugur yang lalu, tim CFI menghitung ada 47 ekor. Belakangan, sambil berdiri di antara beberapa akuarium yang suaranya terdengar mendengung, di gudang Knoxville, Shute bercerita bahwa dia pernah melihat sungai  yang kondisinya jauh lebih buruk daripada Abrams Creek. Dia bercerita tentang Sungai Pigeon, yang mengalir dari North Carolina ke Tennessee.

"Sungai itu adalah sungai paling buruk dari semua sungai terburuk di daerah sini," katanya. "Tetapi, perusahaan yang membuang zat kimia beracun ke sungai telah membersihkan akibat buruk yang ditimbulkannya. Masyarakat memperbaiki aliran pembuangan air limbah rumah mereka, dan kami sudah mulai mengembalikan ikan darter tangerine (Percina aurantiaca) ke sungai.

"Kami menyimpan ikan terakhir dalam akuarium karena kita tidak pernah tahu kapan sebuah sungai dapat bersih lagi," kata Shute lagi. "Jika Sungai Pigeon bisa bersih, semestinya sungai lain pun bisa. Aku akan berjuang mati-matian dan tidak akan pernah menyerah."