"Junghuhn lebih dari seorang yang ingin menjaga lingkungan, alam, tetapi juga ingin keadilan untuk manusia,"kata Johann Angerler, antropolog Leiden University dalam sebuah wawancara jarak jauh. Dalam konteks itu, menurut Angerler--yang pernah mengulas biografi spiritual Junghuhn--"Junghuhn merasa terpanggil."
Sejumlah data menunjukkan Junghuhn adalah satu dari sedikit orang yang paling bersemangat dan segera memberi pertimbangan atas usaha pertama membawa kina ke Jawa oleh Blume sebagai direktur kebun raya negara pada 1829. Apalagi,sebelumnya Prancis dan Inggris yang mencoba menanam kina di Aljazair menemui kegagalan.Akan tetapi, Junghuhn maju terus. Bahkan, ketika pada 1837rekan-rekannya yang sebelumnya begitu bersemangat mulai patah arang. Mereka mundur karena pemerintah kolonial tampak kurang semangat:takut rugi besar, sedang untungnya belum bisa dipastikan.
Pada kenyataannya, memang tiada yang lebih tepat untuk melaksanakan tugas itu selain Junghuhn. Pada 1851, Menteri Urusan Koloni, Ch. F. Pahud yang diserahi otoritas untuk melaksanakan penanaman kina itu pun menyampaikan rencana-rencananya kepada Junghuhn.Kebetulan, saat itu Junghuhn tengah berada di Belanda. Sejak Agustus 1848, ia meninggalkan Jawa untuk memulihkan kesehatannya di Eropa yang dingin.
Di Eropa, nama Junghuhn sedang terkenal sebagai naturalis multibakat berkat bukunya Die Battalander auf Sumatra yang terbit pada 1847. Buku ini adalah buah ekspedisi Junghuhn atas perintah Komisaris Pemerintah Pieter Merkus ke Tanah Batak yang masih merdeka,antara 1840 sampai 1842. Instruksinya adalah membuat peta kawasan, meneliti iklim dan kesuburan tanah, menemukan kekayaan alam, menguji jenis-jenis kayu bahan perahu, dan setumpuk lagi tugas yang sifatnya etnografis yang saat itu disebut Völkerkunde.!break!
Penelitian yang dijalani Junghuhn selama delapan bulan itu hasilnya sangat mencengangkan. Ia dianggap sebagai perintis pengukur kawasan Sumatra, kawasan yang lebih rumit daripada Pulau Jawa. Peta Junghuhn jauh mengungguli peta terbaik sebelumnya yang telah dibuat peneliti Inggris, William Marsden,yang dimuat dalam bukunya History of Sumatra yang terbit pada 1811. "Meskipun memiliki keterbatasan dalam teori dan ia tidak berhasil mempelajari bahasa Batak, dengan karyanya di bidang Völkerkunde ia mewariskan suatu tulisan yang sangat bernilai untuk studi sejarah budaya Batak.Sampai sekarang," ujar Angerler.
Dalam tulisannya tersebut, Junghuhn muncul sebagai pengamat yang hebat, dan di beberapa kesempatan juga sebagai pemerhati budaya Batak yang penuh empati--meskipuntak terhindarkan muncul juga sebagai sosok seorang lelaki yang dipenuhi oleh prasangka yang berkembang pada zamannya, sebagai seorang yang bekerja untuk kepentingan pemerintah kolonial.
Meski dianggap sangat sukses, Junghuhn tak puas hanya pada satu puncak pencapaian. Die Battalander auf Sumatra tidaklah cukup baginya. Sebab itu, selama di Eropa banyak waktu dihabiskannya untuk menyunting catatan-catatannya tentang Jawa. Inilah yang kemudian pada awal 1850 terbit sebagai edisi pertama karya utamanya tentang Jawa dalam bahasa Belanda yaitu Java, Zijne Gedaante, Zijn Plantentooi en Inwendige Bouw yang membuat nama Junghuhn kian sohor.
JUNGHUHN MEMANG SANGAT KUAT bekerja selama itu menyangkut alam. Diadikabarkan rata-rata menulis setara empat halaman surat kabar setiap hari. Dan dengan kemampuannya itu, ditambah pembawaannya sebagai seorang yang ambisius,dirinya percaya mampu untuk segera mempelajari dengan seksama semua tulisan dan informasi yang ada, yang akan membantu persiapannya menjalankan mandat Pahud untuk berburu bibit kina ke Peru. !break!
Sebagaimana disebutkan, Junghuhn memang semula menerima tawaran Pahud untuk melaksanakan misi maha penting ini. Dia juga telah merancang sejumlah rencana yang cukup memadai dan mendalam.Tetapi proyek yang dinanti banyak ilmuwan ini tidak menghasilkan apapun. Malahan, yang berhasil adalah proyek lain yang dimandatkan Pahud kepadanya, yaitu sebuah dokumentasi berbentuk atlas besar bergambar pemandangan alam Jawa dalam tata warna yang juga diterbitkan dalam bahasa Jerman dengan titel Lanschafts-Ansichten von Java.
Beberapa tahun kemudian Junghuhn melaporkan, ia mengembalikan mandat Pahud untuk berburu dan memboyong bibit kina dari Amerika Selatan ke Jawa. Ia pun merekomendasikan Justus Karl Hasskarl sebagai penggantinya. Hasskarl adalah penerjemah karya-karya Junghuhn dalam bahasa Jerman dan teman dalam kepegawaian pemerintah kolonial yang pernah menjadi ahli botani di kebun raya negara di Buitenzorg sejak 1837 sampai 1843. Meskipun sudah berkecimpung dalam dunia bisnis di Dusseldorf, tetapi Karl masih menyimpan mimpi akan tiba saatnya memuaskan hasrat akan pengetahuan ilmiah dan kecintaannya terhadap alam.
Namun, panggilan sejarah untuk membaktikan ilmunya demi penyelamatan umat manusia yang tengah terancam bahaya epidemi malaria rupanya masih berkobar dalam diri Junghuhn. Ia bersiap dan sepertinya dapat meramalkan bahwa segera akan datang tantangan terbesar ketika pada akhir Agustus 1854, Hasskarl bersama bibit-bibit kina yang dikumpulkannya selamat menaiki Kapal Prins Frederik Hendrik yang sengaja dikirim dari Hindia ke kota pelabuhan Callao. Junghuhn memang tak segera pergi ke Jawa ketika ia mendengar Hasskarl tiba di Batavia pada 13 Desember 1854. Namun, dari laporan Teijsmann pada 30 Januari 1854, Junghuhn telah berhasil mengarahkan perhatian pemerintah bahwa deretan pegunungan Priangan memberikan situasi yang paling baik bagi pembudidayaan kina.
Sejarah akhirnya memang benar-benar menghampiri Junghuhn. Pada September 1855, ia memulai perjalanan ke Jawa dengan menumpang Kapal Minister Pahud yang dinakhodai W. Pfull. Junghuhn membawa serta tanaman-tanaman kina yang ditinggal di Taman Hortus Botanicus Leyden. Informasi telah dikirimkan sebelumnya kepada pemerintah Hindia Belanda, sehingga bisa dikeluarkan peraturan untuk mempercepat pengiriman tanaman-tanaman ini setelah tiba di Batavia ketempat yang telah dipilih Junghuhn di Pangalengan. Tempat itu berada di ketinggian 1.500 sampai 1.600 meter di atas permukaan laut. Membentang sembilan kilometer dari timur ke barat. Sepuluh kilometer dari utara ke selatan. Ditutupi hutan hingga ke puncak gunung yang mengelilinginya. Tidak ada rasanya dataran pegunungan lain di Jawa yang bisa mengalahkannya dalam hal luas wilayah, proporsi ketinggian dan situasinya yang menguntungkan.!break!