Dari Balik Cadar

By , Rabu, 1 Desember 2010 | 13:46 WIB

Setelah Taliban jatuh pada Desember 2001, Sharif mendirikan stasiun radio untuk mendidik wanita tentang higiene dan kesehatan dasar. Lebih radikal lagi, dia mengajukan diri untuk mengajar di universitas di Khost (dosen perempuan pertama di sana). Dia melepaskan burkak (juga pertama kali terjadi) dan berdiri di depan mahasiswa pria, mengajarkan psikologi. Mereka jengah. Demikianlah dia pun mulai mendidik mereka dalam cara baru ini.!break!

Sementara kami mengobrol, dapat kulihat betapa Sahera Sharif menjadi inspirasi bagi putrinya yang berusia 15 tahun, Shkola, yang menyela ibunya untuk menunjukkan foto seorang wanita dalam majalah kepada saya. Perempuan itu menggeletak dengan leher tergorok, dibunuh oleh keluarga suaminya. Ibu perempuan itu, yang menanggung duka, memohon majalah itu memuat fotonya. "Foto ini mengganggu pikiranku," kata Shkola. "Terus terbayang-bayang."Shkola sedang belajar sejarah dan hukum Islam. Dia bercita-cita menjadi pengacara, guna membantu kaum wanita membela diri terhadap kekerasan dan ketidakadilan. Sementara itu, dia mencari-cari buku dari Iran untuk mendapatkan cerita anak "seperti yang ada di?Barat," katanya. "Di sini hampir tidak ada. Jadi aku menerjemahkannya ke bahasa Pashto, dan aku juga sedang menulis novel."

Di berbagai pelosok negara itu—di Khost dan Kandahar, di Herat dan Kabul —saya bertemu banyak gadis seperti Shkola. Mereka tidak menulis landay kuno, tetapi puisi dan novel, dan membuat film dokumenter dan hiburan. Inilah kisah-kisah baru yang dituturkan kaum perempuan tentang kehidupan mereka di Afghanistan.