Astronom: Kemajuan Teknologi Membahayakan Masa Depan Astronomi

By National Geographic Indonesia, Minggu, 11 Juli 2021 | 20:30 WIB
Langit malam Selandia Baru, di atas Gereja Good Shepherd di Pulau Selatan. Astronom mengkhawatirkan kemajuan teknologi menyebabkan polusi. Sumber polusi tersebut bisa menghalangi astronom untuk mendapatkan pemandangan jernih di langit. Membatasi sensivitas dan keakuratan penelitian mereka. (LIVE SCIENCE)

 

Nationalgeographic.co.id—Tiga sumber polusi—puing-puing antariksa, gangguan radio, dan polusi cahaya —sangat mengkhawatirkan saat ini. Dan kondisinya pun memburuk. Dalam dua dekade ke depan, saat 20 ribu satelit diluncurkan ke orbit Bumi, LED menjadi sumber utama cahaya buatan. Selain itu, jaringan seluler akan mengisi frekuensi radio.

Sumber polusi tersebut bisa menghalangi astronom untuk mendapatkan pemandangan jernih di langit. Membatasi sensivitas dan keakuratan penelitian mereka.

Puing antariksa mungkin merupakan jenis polusi manusia terbaru. Berdasarkan data dari United States Strategic Command, enam dekade setelah peluncuran Sputnik, orbit di sekitar Bumi dipenuhi dengan 18 ribu obJek. Obyek-obyek ini berupa potongan material panjang hingga bus satelit.

Puing-puing antariksa membahayakan teleskop luar angkasa yang ada saat ini. Mereka bisa memantulkan cahaya yang berpotensi membingungkan teleskop terestrial.

“Yang terburuk belum terjadi. Kita akan memiliki ‘sampah’ antariksa dua kali lipat lebih banyak dalam 20 tahun mendatang,” kata Patrick Seitzer, ahli astronomi dari University of Michigan. Beberapa perusahaan sudah memiliki rencana untuk meluncurkan 3000 satelit. Tabrakan antara dua satelit bisa menciptakan ribuan puing.