Astronom: Kemajuan Teknologi Membahayakan Masa Depan Astronomi

By National Geographic Indonesia, Minggu, 11 Juli 2021 | 20:30 WIB
Langit malam Selandia Baru, di atas Gereja Good Shepherd di Pulau Selatan. Astronom mengkhawatirkan kemajuan teknologi menyebabkan polusi. Sumber polusi tersebut bisa menghalangi astronom untuk mendapatkan pemandangan jernih di langit. Membatasi sensivitas dan keakuratan penelitian mereka. (LIVE SCIENCE)

 

Kembali ke Bumi, polusi cahaya merupakan fenomena umum yang sedang terjadi. Cahaya buatan merupakan ancaman bagi penelitian astronomi, keselamatan pribadi, kesehatan manusia dan satwa liar. Masalah ini semakin memburuk dengan menjamurnya papan reklame LED dan LED cahaya biru sebagai pilihan untuk penerangan jalan.

Belakangan ini, teknologi LED mengambil alih sebagai jenis pencahayaan luar ruang yang dominan. Dengan pemikiran ini, para ilmuwan dan insinyur pencahayaan mengatakan saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menerapkan strategi untuk mengurangi masalah cahaya buatan. Dengan bekerja sama, mereka mengidentifikasi jenis LED terbaik yang digunakan sambil menyarankan tindakan untuk meminimalkan pencahayaan yang berlebihan.

Dalam rilis International Dark Sky Association bertajuk Protecting Dark Skies for Astronomy and Life pada 2017, American Astronomical Society (AAS) menggelar lokakarya yang dihadiri perwakilan dari beberapa observatorium dan pendukung langit gelap lainnya, termasuk seorang insinyur pencahayaan.

Baca Juga: Akibat Polusi Cahaya dan Kerusakan Habitat, Kunang-kunang Terancam Punah

Aktivitas sejumlah pengunjung di salah satu rumah makan yang terletak di Objek Wisata Bukit Bintang, Bantul, Yogyakarta dengan latar belakang gemerlap lampu Kota Yogyakarta. Polusi cahaya berlebihan dapat menyebabkan kesalahan navigasi pada hewan. (Bagaskara Lazuardi/National Geographic Indonesia)

Mengatasi peningkatan yang tak terhindarkan dalam penggunaan pencahayaan LED, peserta mengidentifikasi tiga faktor yang penting untuk meminimalkan cahaya langit: pelindung, kecerahan, dan warna cahaya. Mereka berharap, pada masa depan tempat-tempat di masa depan dapat mencapai tujuan akhir ini.

Perlengkapan yang ideal memungkinkan cahaya mengarah ke bawah—ke trotoar, misalnya—tetapi menghalangi cahaya agar tidak mengarah ke langit. Lampu redup—menghasilkan penyebaran cahaya periferal yang lebih sedikit—lebih disukai. Warna cahaya juga penting sehingga para ilmuwan menunjukkan bahwa cahaya biru meningkatkan silau. Akibatnya, menghambat penglihatan, bahkan berdampak buruk pada perilaku satwa liar.

Baca Juga: Polusi Cahaya Berbahaya Bagi Satwa Liar, Apa yang Harus Dilakukan?

Green Bank Telescope di Virginia Barat merupakan teleskop radio terbesar yang dapat dikendalikan sepenuhnya di dunia. Dengan piringan yang lebih besar dari lapangan sepak bola, teleskop ini dapat menangkap sinyal sangat kecil dari luar angkasa dan membantu memetakan objek di alam semesta. (Green Bank Observatory)

Menggantinya dengan LED semakin memperburuk masalah. LED memang memiliki manfaat ekonomi dan lingkungan: yakni, tahan lama dan lebih efisien. Namun, mereka memancarkan spektrum cahaya yang luas – termasuk cahaya biru yang buruk bagi astronomi. Memperburuk cahaya di langit dan membuat kita sulit melihat bintang.

Meskipun tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, frekuensi radio juga merugikan dunia astronomi, tidak kalah dengan polusi cahaya. Bagi para astronom yang mengobservasi alam semesta melalui gelombang radio yang dihasilkan oleh bintang dan galaksi, gangguan frekuensi radio di Bumi bisa ‘menenggelamkan’ sinyal mereka.

Dihadapkan dengan gangguan-gangguan di Bumi, pada 1998 astronom Jean Heidmann pernah mengusulkan untuk merancang observatorium di area yang jauh dari bulan agar aman dari puing-puing antariksa, polusi cahaya dan frekuensi radio. Menurut Harvey Liszt, dari National Radio Astronomy Observatory, para astronom mungkin perlu memperluas dan ‘mengamankan’ zona tenang radio seperti Green Bank Observatory di Virginia Barat.

Apakah Anda pendukung langit gelap?

Baca Juga: Hati-hati, Paparan Cahaya di Malam Hari Picu Obesitas dan Kanker