Di Bawah Paris

By , Rabu, 26 Januari 2011 | 17:19 WIB

Pada mulanya semua tambang itu terletak jauh di luar perbatasan kota. Tetapi, seiring pertumbuhan kota itu, beberapa bagian meluas persis di atas terowongan lama itu. Perkembangan ini terjadi selama beberapa generasi dan tanpa disadari. Penambang bekerja dalam dunia tanpa peraturan—dunia cahaya obor, debu yang mencekik, dan kecelakaan akibat terowongan runtuh. Setelah menguras isi suatu tambang, mereka mengisinya dengan berangkal atau menelantarkannya begitu saja. Di permukaan, tak ada yang memerhatikan. Tak ada yang menyadari bahwa fondasi Paris menjadi berongga-rongga.!break!

Keruntuhan besar pertama terjadi pada Desember 1774, ketika sebuah terowongan yang tidak stabil terban, menelan rumah dan manusia di sepanjang jalan yang kini menjadi Avenue Denfert-Rochereau. Selama beberapa tahun berikutnya, lubang-lubang lain yang menganga membuat rumah ambruk ke dalam bumi. Raja Louis XVI menugasi arsitek Charles Axel Guillaumot untuk menjelajahi, memetakan, dan menstabilkan tambang batu itu. Perlahan-lahan regu-regu inspektur bekerja di tambang itu, memasang penopang. Untuk memudahkan pekerjaan, mereka menggali terowongan lagi untuk menghubungkan jaringan-jaringan yang terpencil. Pada waktu yang hampir bersamaan, ketika raja memutuskan untuk menutup dan mengosongkan salah satu pemakaman kota yang sesak dan membusuk, Guillaumot diminta menyimpan tulang-belulangnya di suatu tempat—maka sebagian tambang batu Paris dijadikan makam.

Di zaman sekarang Leparmentier dan regunya melanjutkan pekerjaan para inspektur pertama Guillaumot. Sekitar tiga puluh meter di bawah jalan, kami berhenti di depan sebuah tiang, tumpukan lima atau enam batu besar dari awal 1800-an. “Jangan sentuh,” kata Leparmentier. “Agak rapuh.” Ada retakan besar warna hitam yang membelah-dua langit-langit yang masih ditopang tiang itu.

Dia memberi tahu saya bahwa longsor kecil masih terjadi beberapa kali setahun. Baru saja tahun 1961, bumi menelan satu lingkungan di pinggiran selatan kota, menewaskan 21 orang. Di bawah kami melintas sebuah terowongan lain. Suatu hari tiang ini bisa rusak, dan terowongan tempat  kami berdiri kini bisa saja runtuh ke terowongan di bawahnya.

Kami masuk semakin dalam. Di ujung koridor, kami duduk dan mencermati lubang gelap kecil yang diperingatkan kepada saya beberapa jam sebelumnya. Lebarnya tidak sampai sebahu. Tak ada yang tahu ke mana arahnya. Seorang anggota muda regu menjejalkan diri ke dalam lubang itu, kakinya menendang-nendang di udara. Saya melirik Leparmentier, dan dia menggeleng, seolah berkata, Saya tak sudi masuk ke sana. Tetap dia juga melambaikan tangan: Silakan saja kalau mau.!break!

KatafilSebagian katafil hanya turun ke bawah tanah sesekali dan menapaki jalur yang sudah dikenal baik. Katafil militan turun lebih sering dan lebih jauh. Saat bertemu pemandu berikutnya, dua pemuda berambut hitam dan berbaju monyet biru, mereka sedang bersantai sambil berjemur di bangku taman di lingkungan sepi, di sebelah tangki scuba dan peralatan selam lain. Para ibu yang mendorong kereta bayi melirik mereka dengan gelisah.Dominique adalah tukang servis; Yopie—dia hanya mau menyebutkan julukan katafil-nya—adalah perancang grafik, ayah dua anak, dan penyelam gua ulung. Kami mengangkut peralatan dan berjalan ke bawah jembatan. Di sana, udara sejuk berembus naik dari jalan masuk rahasia mereka. Saat kami mendekat, ada lelaki berlumur lumpur memanjat keluar seperti laba-laba. Dia baru selesai menyiapkan pesta bujang, katanya.

Sebagian besar terowongan bawah tanah telah dipetakan. Peta awal Guillaumot yang rumit telah diperbarui berulang kali, sementara kaum katafil membuat peta sendiri. Sebagian, seperti Yopie, bekerja keras untuk melengkapi bagian yang belum terpetakan. Kami mengarungi banyak terowongan sebelum menemukan tujuannya hari ini: sebuah lubang hitam.

Lubang dan sumur lama bertebaran di banyak terowongan. Sebagian dalam dan berisi air, sebagian menuju ruangan tersembunyi. Yopie telah menyelami berpuluh lubang, tetapi katanya belum ada orang yang masuk ke lubang satu ini. Airnya setenang es, tetapi cahaya senter kami tidak menembus jauh, buyar membaur dengan warna zamrud. Yopie memeriksa regulator, masker, dan tali-temali. Lalu dia mengikat tali helm, menyalakan dua lampu kepala, dan melompat masuk.Beberapa menit kemudian dia muncul ke permukaan bersama gelembung-gelembung udara. Lubang itu dalamnya hanya 5 meter, tak ada apa-apa di dasarnya. Tetapi, setidaknya petanya kini bertambah.

Kami berkeluyuran beberapa jam lagi di makam-makam penuh tulang berkecai dan galeri mural-mural besar dan cerah. Yopie membawa kami ke sebuah ruangan yang tidak ada di peta. Selama bertahun-tahun dia dan teman-temannya mengangkut semen dan mengatur balok batu gamping untuk membuat bangku, meja, dan balai-balai untuk tidur. Ruangan itu nyaman dan bersih. Relung untuk lilin terpahat di tembok. Batu putih kuam itu berpendar hangat. Aku bertanya kepada Yopie, apa yang membuatnya tertarik pada dunia bawah tanah.

“Tak ada atasan, tak ada majikan,” katanya. “Banyak orang turun ke sini untuk berpesta, ada yang datang untuk melukis. Ada yang bertujuan menghancurkan atau mencipta atau menjelajah. Kami bisa melakukan apa saja yang kami inginkan di sini. Kami tidak memiliki peraturan. Di permukaan…”

Dia mengibaskan tangan dan tersenyum. Menyulut rokok. “Pepatah kami, ‘Kalau mau senang, bersembunyilah.’”!break!

SelokanDalam novel Les Misérables, Victor Hugo menyebut selokan Paris sebagai “nurani kota”, karena dari selokan, semua manusia tampak setara. Dalam van kecil berisi pekerja selokan yang hendak mulai bekerja di 14th arrondissement, Pascal Quignon, seorang veteran yang berpengalaman 20 tahun, berbicara tentang hal-hal yang lebih konkret—kumpulan gas yang mudah meledak, penyakit, tikus raksasa yang konon tinggal di kolong Pecinan.Di samping toko buku di sebuah jalan sempit, kami mengenakan pakaian pelindung Tyvek putih dan sepatu bot sepinggang, sarung tangan karet putih, dan helm putih. Udara pengap dan hangat menyembur dari lubang got yang terbuka. Kata Quignon dan rekan-rekannya, mereka hanya menyadari baunya saat baru pulang dari berlibur.Dalam terowongan yang bentuknya agak mirip telur, arus air buangan yang tiada habis mengalir di sepanjang kanal di lantai. Di kedua sisi ada pipa air besar. Satu membawa air minum ke rumah dan apartemen, satu lagi membawa air yang tak bisa diminum untuk membersihkan jalan dan menyiram taman.