Laut Nan Asam

By , Kamis, 31 Maret 2011 | 15:50 WIB

Pulau One Tree adalah bagian Great Barrier Reef, kawasan karang terbesar di dunia, yang membentang sepanjang lebih dari 2.250 kilometer. Seluruh pulau itu terdiri atas pecahan karang yang mulai menumpuk setelah badai hebat sekitar 4.000 tahun yang lalu. Bahkan hingga saat ini, di pulau ini tidak ada yang benar-benar bisa disebut tanah. Pepohonannya tampak mencuat langsung dari puing-puing itu seperti tiang bendera.

Saat para ilmuwan pertama kali mengunjungi pulau itu pada tahun 1960, mereka mengajukan pertanyaan semacam, Bagaimana terumbu tumbuh? Saat ini pertanyaan yang dihadapi lebih mendesak. "Sekitar 25 persen dari seluruh spesies di laut melewatkan setidaknya sebagian hidupnya di lingkungan terumbu karang," ujar Ken Caldeira, pakar pengasaman laut di Carnegie Institution, suatu malam sebelum keluar untuk mengumpulkan sampel air di terumbu itu. "Karang membangun prasarana ekosistem, dan jelas bahwa jika karang menghilang, seluruh ekosistem pun lenyap."!break!

Ada banyak hal yang mengancam terumbu karang. Peningkatan suhu air menyebabkan lebih sering terjadi peristiwa "pemutihan", yaitu karang berubah putih metah dan biasanya lalu mati. Penangkapan ikan berlebihan memunahkan ikan penggerogot yang menjaga agar terumbu tidak ditutupi ganggang. Limpasan pertanian menyuburkan ganggang, semakin mengganggu ekologi terumbu. Di Karibia, beberapa spesies karang yang dulu melimpah kini hancur akibat infeksi yang menyisakan kumpulan putih jaringan yang mati. Mungkin karena faktor-faktor inilah, tutupan karang di Karibia menurun sekitar 80 persen antara 1977 dan 2001.

Pengasaman lautan menambahkan ancaman lain, yang mungkin tidak langsung terlihat dampaknya, tetapi dalam jangka panjang, lebih merusak karang keras pembentuk terumbu. Pengasaman merusak struktur dasar purbanya—kerangka batu hasil sekresi berjuta-juta polip karang selama ribuan tahun.

Polip karang adalah hewan kecil yang membentuk lapisan tipis jaringan hidup di permukaan terumbu. Bentuk hewan ini agak mirip bunga, dengan enam tentakel atau lebih yang menangkap makanan dan memasukkannya ke mulut di tengah tubuhnya. (Banyak karang sebenarnya mendapatkan sebagian besar makanannya dari ganggang yang hidup dan berfotosintesis di dalamnya; saat pemutihan karang, stres menyebabkan polip melepaskan ganggang simbionnya yang berwarna gelap.) Setiap polip menyelimuti dirinya dengan rangka luar pelindung berbentuk mangkuk dari kalsium karbonat, yang turut membentuk kerangka gabungan seluruh koloni.

Untuk membuat kalsium karbonat, karang perlu dua bahan: ion kalsium dan ion karbonat. Asam bereaksi dengan ion karbonat, mengubahnya menjadi ion bikarbonat. Jadi, dengan bertambahnya karbon dioksida di atmosfer, ion karbonat dalam air berkurang, dan karang harus mengeluarkan lebih banyak energi untuk mengumpulkan ion tersebut. Dalam kondisi laboratorium, pertumbuhan kerangka karang terlihat menurun sebanding dengan pengurangan konsentrasi karbonat.!break!

Pertumbuhan lambat mungkin bukan masalah besar di laboratorium. Namun, di laut terumbu karang terus-menerus dihancurkan dan dimakan oleh organisme lain, baik besar maupun kecil. "Terumbu karang mirip kota," kata Ove Hoegh-Guldberg, mantan pemimpin One Tree Island Research Station yang sekarang mengepalai Global Change Institute di University of Queensland Australia. "Ada perusahaan konstruksi dan ada perusahaan pembongkaran. Dengan membatasi pasokan bahan bangunan ke perusahaan konstruksi, keseimbangan menjadi lebih condong ke penghancuran, yang terjadi secara alami sepanjang waktu, bahkan pada karang yang sehat. Pada akhirnya yang terjadi adalah kota itu menghancurkan dirinya sendiri."

Dengan membandingkan hasil pengukuran yang dilakukan pada tahun 1970 dengan yang diambil baru-baru ini, tim Caldeira menemukan bahwa di satu lokasi di ujung utara pulau itu, kalsifikasi mengalami penurunan sebesar 40 persen. (Tim ini berada di One Tree untuk mengulang penelitian tersebut di ujung selatan pulau.) Tim lain yang menggunakan metode berbeda menemukan bahwa pertumbuhan karang Porites, yang membentuk bonggol besar mirip bongkah batu, turun 14 persen di Great Barrier Reef antara 1990 dan 2005.

Pengasaman laut tampaknya memengaruhi kemampuan karang untuk menghasilkan koloni baru. Pada dasarnya, karang dapat mengklon dirinya sendiri, dan seluruh koloni mungkin terdiri atas polip yang genetiknya identik. Namun, setahun sekali di musim panas, banyak spesies karang yang juga melakukan "pemijahan missal." Setiap polip membentuk kantong jambon seperti manik-manik yang berisi sel telur dan sperma. Pada malam pemijahan, semua polip melepaskan kantongnya ke air. Demikian banyaknya kantong yang ada di dalam air sehingga lautan tampak tertutup tabir keunguan.

Selina Ward, peneliti di University of Queensland, meneliti reproduksi karang di Pulau Heron, sekitar enam belas kilometer di barat One Tree, selama 16 tahun terakhir. Saya menemuinya hanya beberapa jam sebelum peristiwa pemijahan tahunan. Dia dengan saksama mengamati selusin tangki karang yang sedang melakukan pembuahan. Begitu karang melepaskan kantong jambonnya, dia berencana mengambilnya dan mengujinya dengan berbagai tingkat keasaman. Hasilnya sejauh ini menunjukkan bahwa pH rendah menyebabkan penurunan pada kesuburan, perkembangan larva, dan proses menetap—tahap saat larva karang mengendap, melekatkan diri pada sesuatu yang padat, dan mulai memproduksi koloni baru. "Dan jika ada tahapan tersebut yang tidak berjalan, tidak akan muncul karang pengganti dalam sistem ini," ujar Ward.!break!

Terumbu yang dihidupi karang sangat penting untuk menjaga keragaman organisme yang luar biasa. Sekitar satu sampai sembilan juta spesies laut hidup di atau di sekitar terumbu karang.

Begitu kecepatan tumbuh terumbu tidak bisa lagi mengimbangi erosi, komunitas ini akan hancur. "Terumbu karang akan kehilangan fungsi ekologinya," ujar Jack Silverman, seorang anggota tim Caldeira di Pulau One Tree, kepada saya. "Terumbu karang tidak akan dapat mempertahankan strukturnya. Dan tanpa bangunan, penghuninya mau hidup di mana?" Saat itu akan tiba pada tahun 2050. Berdasarkan skenario emisi konstan seperti saat ini, konsentrasi CO2 di atmosfer saat itu akan dua kali lipat konsentrasinya pada zaman praindustri. Banyak percobaan menunjukkan bahwa terumbu karang akan mulai hancur saat itu.