Panas juga berperan dalam penurunan fitoplankton laut yang berlangsung selama 60 tahun—yakni organisme mikro yang bukan saja melahap gas rumah kaca, namun juga merupakan makanan, secara langsung ataupun tidak langsung, bagi hampir semua makhluk hidup lainnya di laut. Ikan penghuni karang pun bereaksi terhadap air hangat—kadang dengan perilaku yang lebih ganas dan garang terhadap pemangsa maupun mangsa. Perubahan paras laut, baik yang semakin tinggi ataupun semakin rendah, juga berdampak besar, menyebabkan karang dangkal terlalu banyak mendapatkan cahaya matahari atau tenggelam lebih dalam sehingga tidak mendapatkan cahaya.
Keprihatinan yang lebih nyata adalah banjir besar yang melanda Australia yang di awal tahun ini menyebabkan aliran air yang sarat-endapan atau sarat-racun melanda terumbu karang di lepas pantai Queensland. Bahayanya terhadap biota laut belum akan jelas selama bertahun-tahun, tetapi rentangan panjang Great Barrier Reef bisa jadi mengalami kematian yang luar biasa.!break!
Belum lagi masalah keasaman.
Ekosistem terumbu karang di seluruh dunia mengalami hantaman berat pada setiap kepunahan massal di Bumi yang sudah terjadi lima kali, yang pertama sekitar 440 juta tahun yang lalu. Gas rumah kaca meningkat tajam secara alami selama beberapa milenium, dan ahli biologi Australia, Veron mengatakan bahwa melimpahnya karbon dioksida secara besar-besaran selama beberapa periode yang diisi dengan kegiatan gunung api yang gencar mungkin sekali sangat berperan dalam pemusnahan terumbu karang, terutama pemusnahan massal terkini yang terjadi sekitar 65 juta tahun yang lalu. Pada waktu itu, lautan menyerap gas rumah kaca terus-menerus dari atmosfer, menyebabkan keasaman laut meningkat . Semakin rendah pH—tanda semakin tingginya keasaman—pada akhirnya menghalangi kemampuan biota laut untuk membangun cangkang dan rangka mereka yang terbuat dari batu kapur.
Di beberapa lautan, proses pengasaman ini terjadi lagi. Yang paling rentan terhadap serangan korosif asam adalah karang yang bercabang dengan cepat serta ganggang penghasil kalsium yang amat penting yang berperan dalam mempersatukan terumbu karang. Semakin ringkih tulang karang, semakin mudah pula karang itu pecah oleh gelombang laut, badai, penyakit, polutan, dan gangguan lainnya.
Pada masa purba, banyak karang beradaptasi terhadap keasaman laut yang terus berubah-ubah, ujar Veron, yang mencemaskan masa depan Great Barrier Reef yang sangat memprihatinkan. “Perbedaannya, terdapat bentangan panjang di antaranya; terumbu karang memiliki waktu jutaan tahun untuk beradaptasi.” Dia khawatir bahwa emisi CO2, belerang, dan nitrogen yang belum pernah terjadi akibat industri ciptaan manusia, di samping semakin meningkatnya metana akibat es kutub yang meleleh, sebagian besar terumbu karang tidak akan lagi memiliki kehidupan dalam waktu 50 tahun lagi. Apa yang tersisa? “Kerangka karang yang diselimuti lendir ganggang,” jawabnya.!break!
Melangkah MajuTentu saja, bagi dua juta wisatawan yang mengunjungi Great Barrier Reef setiap tahun, iming-iming tentang taman firdaus bawah laut yang sarat kehidupan masih tetap berlaku. Namun, noda kerusakan ada di situ, kalau saja kita tahu letaknya. Terumbu karang itu memiliki parut sepanjang tiga kilometer akibat benturan dengan kapal pembawa karang Cina pada bulan April tahun lalu. Gerusan kapal dan dan tumpahan minyak yang sesekali terjadi telah merusak habitat. Tumpukan endapan akibat banjir dan nutrien dari ladang pertanian dan pembangunan juga benar-benar merusak ekosistem. Akan tetapi, warga Australia tidak membiarkan terumbu karang itu rusak tanpa melancarkan protes secara nasional. Nakhoda kapal yang membawa saya menyelam berkata begini: “Tanpa terumbu karang ini, tidak ada apa-apa di sini, selain air asin.” Bagi banyak penduduk setempat, katanya, “terumbu karang ini sangat dicintai sehingga jika hilang pastilah sangat menyedihkan.” Selain itu juga sangat penting dari segi ekonomi: Para pengunjung yang diantarkannya dengan kapal bermotor ke tepian karang mengalirkan lebih dari satu miliar dolar ke pundi-pundi Australia.
Tantangan yang dihadapi para ilmuwan adalah menjaga agar terumbu karang itu tetap sehat, meskipun terjadi perubahan pesat. “Untuk membetulkan mesin mobil, kita perlu tahu mekanisme kerjanya,” kata ahli biologi laut Terry Hughes dari James Cook University. “Begitu pula dengan terumbu karang.” Dia bersama ilmuwan lainnya sedang menyelidiki bagaimana ekosistem ini berfungsi agar upaya pencegahan kerusakan dapat dua kali lebih efektif.
Prioritas utama: Menentukan dampak penangkapan ikan secara berlebihan. Secara tradisional, nelayan komersial dapat menangkap ikan di sepanjang terumbu karang, meskipun 344.400 kilometer persegi habitat laut diperuntukkan sebagai taman laut pada 1975. Namun, dengan semakin dirisaukannya penangkapan ikan secara besar-besaran, pemerintah Australia pada 2004 menetapkan sepertiga kawasan itu, di zona yang ditetapkan secara strategis, terlarang untuk semua jenis penangkapan ikan—termasuk untuk olahraga. Pemulihan hayati ternyata lebih besar dan lebih cepat daripada yang diperkirakan; dalam waktu dua tahun saja setelah diberlakukannya larangan itu, misalnya, jumlah ikan trout karang berlipat dua di terumbu yang ikannya pernah ditangkap secara gencar. Sejumlah ilmuwan menduga bahwa zona yang dilindungi itu mungkin juga menyebabkan menurunnya wabah bintang laut pemakan-karang yang sangat merusak.!break!
Para ilmuwan juga ingin tahu apa yang menyebabkan karang tertentu lebih tahan banting selama masa perubahan. “Kami tahu beberapa terumbu karang mengalami lebih banyak gangguan daripada terumbu yang lain,” kata ahli ekologi terumbu karang Peter Mumby dari University of Queensland. “Dengan mengkaji data suhu laut dalam rentang masa beberapa dasawarsa, sekarang kami dapat memetakan di kawasan mana terumbu karang paling berhasil menyesuaikan diri dengan kondisi laut hangat dan menargetkan upaya pelestarian di situ.” Katanya, memahami cara pemulihan terumbu karang dari pengelantangan—dan memperkirakan tempat tumbuhnya polip baru—dapat membantu perancangan suaka. Bahkan Veron yang sering berterus terang pun mengakui bahwa kelangsungan hidup terumbu karang bisa berlangsung dalam jangka panjang jika serangan gencar terhadapnya dihentikan—segera.
Alam memiliki kiat penjagaan diri sendiri, termasuk sandi genetik untuk karang yang mungkin telah membantu mereka mampu bertahan saat terjadi kerusakan lingkungan. Banyak pembangun karang yang ber-evolusi melalui hibridisasi—tatkala spesies yang berbeda mencampurkan gen masing-masing. Menurut Veron, “semuanya selalu bergerak maju dalam proses menjadi sosok lain.” Pada terumbu karang, sekitar sepertiga karang berkembang biak dalam proses pemijahan massal tahunan. Saat pemijahan terjadi, sebanyak 35 spesies pada satu bagian terumbu karang melepaskan semburan telur dan sperma secara serempak, yang berarti jutaan gamet dari induk yang berbeda secara genetik bercampur-baur dalam suatu hamparan licin di permukaan laut. “Kondisi ini membuka peluang besar untuk menghasilkan hibrida,” begitu dijelaskan oleh ahli biologi laut, Bette Willis dari James Cook University. Terutama karena iklim dan susunan kimia lautan yang terus berubah, katanya, hibridisasi ibarat jalur cepat untuk penyesuaian diri dan menciptakan ketahanan melawan penyakit .
Sesungguhnyalah, salah satu pelajaran yang bisa dipetik adalah bahwa meskipun dewasa ini menghadapi ancaman berat, Great Barrier Reef tidak mudah menyerah. Bukankah selama ini pun sang terumbu karang dengan gagah perkasa sanggup melawan perubahan yang sangat ganas. Dan semua jenis biota laut siap membantu agar terumbu ini tetap tegar. Dalam sejumlah penelitian pada 2007, ilmuwan mendapati bahwa apabila ikan sanggup bertahan di suatu tempat, demikian pula karang, terutama dalam air yang tercemar oleh nutrien yang berlebihan. “Seandainya kita menghilangkan herbivora, misalnya dengan menangkap ikan secara berlebihan, ganggang lautlah yang akan menggantikan karang,” ujar Hughes. Jika makhluk vegetarian yang rakus terlindungi, karang pun sanggup bertahan.
Para pengunjung terumbu karang itu dapat menyaksikan ikan melakukan tugas mereka yang sangat penting. Dalam cahaya matahari siang yang tampak belang-belang menuju ujung utara terumbu karang, dinding karang yang megah tampak menjulang menaungi spesies ikan kelelawar (Ogcocephalidae) yang langka, bersirip panjang dan diselimuti warna hitam, yang menggigiti duri punggung ikan sargassum. Dan sekawanan ikan kakatua—yang menampilkan gigi gabungan yang mirip pemotong kawat—dengan ribut mengikis karang, tempat yang dengan tenangnya ditempeli ganggang dalam hamparan warna hijau dan merah.