Menembus 100

By , Selasa, 23 April 2013 | 15:49 WIB

Mutasi ini menyebabkan ganggu­an pertumbuhan yang disebut sindrom Laron. Namun, hal ini juga dapat melindungi Burung Cilik dari penyakit serius yang biasanya menyerang manusia seiring bertambahnya usia. Bahkan di daerah miskin yang terisolasi secara geografis ini, berita itu pun sudah tersebar.!break!

Suatu sore, Burung Cilik dan tiga pria peng­idap sindrom Laron lainnya di wilayah itu ber­kumpul untuk wawancara di belakang sebuah toko kelontong. Kaki mereka yang terbungkus sepatu ukuran anak-anak berjuntai di kursi. Freddy Salazar, 39 tahun dan 116 sentimeter, baru-baru ini memasang pedal tinggi pada Chevy Forsa 1997-nya dan menaikkan kursinya agar dia bisa melihat ke depan saat melintasi perbukitan curam di desanya.

Victor Rivera, 23 tahun dan sedikit lebih tinggi daripada Salazar, adalah subjek foto terkenal yang sering di­perlihatkan di pertemuan ilmiah. Foto tersebut diambil ketika dia berusia empat tahun—saat itu, dia sangat kecil sehingga jagung yang di­­pegangnya sedikit lebih besar daripada lengannya. Luis Sanchez, 43, tertawa terbahak-bahak, yang diikuti tawa nyaring yang lainnya, ketika ada yang menanyakan apakah mereka mengetahui hasil penelitian ilmiah terbaru tentang kondisi mereka.

“Kami tertawa,” jelasnya, “karena kami di­nyatakan kebal terhadap kanker dan diabetes.” Itu agak melebih-lebihkan hasil penelitian saat ini, tetapi memang mencerminkan pe­ningkatan minat kalangan peneliti untuk mempelajari genom kelompok orang yang ber­umur panjang, atau memiliki tingkat kesehatan yang tidak biasa.

Kelompok ini, baik yang ter­isolasi secara geografis maupun budaya, mem­permudah para ilmuwan untuk mencari penanda genetis untuk umur panjang, tahan penyakit, dan sehat pada usia lanjut. Salah satu ilmuwan tersebut adalah Jaime Guevara, dokter yang menangani si Burung Cilik. Karena tertarik oleh “orang kecil”—sebutan bagi mereka sebelum muncul istilah sindrom Laron—di wilayah itu, dia mulai meneliti mereka sekitar tahun 1987.

Dan, dalam seperempat abad penyelidikan epidemiologi, dia menemukan sekitar seratus orang pengidap mutasi Laron di perbukitan di selatan Ekuador. Meche Romero Robles, ibu tunggal usia 40 tahun, juga merupakan salah satu pasien Guevara. Robles yang tingginya sekitar 1,25 meter tinggal bersama putri remajanya, Samantha, di sebuah rumah batako beratap seng di lereng bukit Desa Piñas.

“Coba perhatikan ibu ini!” teriak Guevara sambil memeluk Robles dengan hangat. “Kalau melihat indeks massa tubuhnya, harusnya dia mengidap diabetes. Tetapi, nyatanya tidak.” Bahkan, di mata orang awam, Meche tampak sangat gemuk. Namun, sebagaimana banyak orang kecil lainnya, dia bebas dari diabetes. “Saya menyadari hal ini tahun 1994,” kata Guevara, “tetapi tidak ada yang mau percaya.”

Hal itu mulai berubah tahun 2005, ketika Valter Longo, ahli biologi sel di University of Southern California (USC) yang meneliti penuaan, mengundang Guevara ke USC untuk men­jelaskan penelitiannya. Satu dasawarsa se­belum­­nya Longo mulai melakukan mani­pulasi gen organisme sederhana seperti ragi bersel tunggal, menciptakan mutasi yang memungkinkannya hidup lebih lama.!break!

Be­berapa mutan dapat mem­perbaiki DNA-nya lebih efektif daripada sel normal; ada pula yang menunjukkan ke­mampuan tinggi dalam meminimalkan ke­rusakan akibat oksidan. Yang lain menjadi lebih mampu menghentikan jenis kerusakan DNA yang dapat menyebabkan kanker pada manusia.

Ada pula ilmuwan lain yang meneliti proses yang sama. Pada 1996, Andrzej Bartke, seorang ilmuwan di Southern Illinois University, mengutak-atik gen tikus yang terkait dengan proses per­tumbuhan. Pemblokiran jalur hormon per­tumbuhan mengakibatkan tikus menjadi kerdil. Yang mengejutkan adalah bahwa tikus kerdil itu berumur lebih panjang—sekitar 40 persen lebih panjang—daripada tikus normal.

Mungkinkah proses yang sama terjadi pada manusia? Mungkinkah anomali genetis me­lindungi pemiliknya dari penyakit usia lanjut? Zvi Laron, ahli endokrinologi Israel yang tahun 1966 untuk pertama kalinya mendeskripsikan kekerdilan ini yang kemudian dinamai dengan namanya, menemukan puluhan orang yang ter­sebar di Eropa yang mengidap sindrom langka ini.

Longo beranggapan bahwa pasien Guevara mungkin merupakan eksperimen alam—populasi terisolasi dengan kondisi yang meng­hubungkan sifat genetis dengan umur panjang.