Tugas penjelajah ini adalah membantu kami mengetahui tempat yang perlu didatangi misi mendatang yang mencari makhluk hidup. Suatu lingkungan dapat dihuni jika memiliki tiga unsur penting: air, sumber energi, dan unsur kimiawi pembentuk makhluk hidup, seperti karbon.
Misi sebelumnya membuktikan bahwa Mars pernah memiliki air. Pengorbit memotret lembah-lembah sungai kuno; penjelajah menemukan mineral yang mengandung air dalam struktur kristalnya. Sekarang Curiosity menguji dua unsur lain keterhunian itu.
Karena permukaan Mars kini tidak dapat dihuni, kami berburu batu-batuan kuno yang merekam catatan tentang lingkungan yang lebih basah, lebih mirip Bumi. Kami berharap akan menemukan batu seperti itu di dalam lapisan sedimen bertumpuk di Gunung Sharp, di tengah kawah Gale. Tetapi, kami menemukan batu itu tidak jauh dari tempat mendarat, jadi kami mengebor dulu di situ.!break!
Kami harus mengebor untuk menemukan bahan yang dicari. Pengeboran dapat menjangkau bahan di dalam batu, bahan yang tidak terlalu terdegradasi dan lebih mungkin menyimpan rekaman yang mencerminkan lingkungan masa lalu.
Dari kajian tentang lingkungan kuno di Bumi, yaitu fokus utama penelitian saya selama dua dasawarsa lebih, saya mengetahui betapa sulitnya menemukan rekaman seperti itu—dan khususnya menemukan molekul organik yang mungkin dibuat oleh organisme kuno.
Di Bumi pun, yang kita tahu berlimpah kehidupan hidup mikrob miliaran tahun lalu, kita hanya menemukan jejaknya di beberapa lokasi. Paradoksnya adalah bahwa air, unsur penting untuk kehidupan, juga dapat merusak molekul karbon organik.
Justru di tempat-tempat yang mungkin kita jelajahi untuk mencari makhluk hidup, tempat-tempat air mengalir melalui pasir atau tanah dan mengendapkan mineral yang mengikat partikel menjadi batu, air juga biasanya menghapus jejak organik kehidupan—tetapi kadang-kadang terjadi pengecualian. Di Bumi, kita sudah tahu cara memburu pengecualian itu.
Meski peluangnya kecil, kami berharap Curiosity akan menemukan molekul organik di Mars. Molekul organik juga dapat terbentuk melalui proses yang tidak melibatkan makhluk hidup, jadi penemuan molekul tidak serta-merta membuktikan bahwa pernah ada kehidupan di Mars. Tetapi, kita akan mengetahui ke mana harus mencari.
Kami sudah membuktikan, dengan batu pertama yang dibor, bahwa dulu Mars dapat dihuni. Batu itu, sebuah batu lumpur datar yang memiliki urat mineral yang terbentuk di dalam air, mirip batu dari kawasan tambang. Analisis Curiosity menunjukkan bahwa airnya tidak terlalu asam bagi makhluk hidup—bisa diminum.
Air itu mengandung senyawa belerang yang di Bumi merupakan sumber energi bagi sebagian mikrob. Air itu juga mengandung sumber karbon. Kami masih belum bisa menyatakan bahwa kolam tempat batu itu terbentuk, sekitar tiga miliar tahun yang lalu, pernah dihuni makhluk hidup—hanya bahwa kemungkinan itu ada.
Namun, kami tidak memerlukan kromatograf gas untuk menyadari bahwa kawah Gale sangat menjanjikan. Tinggal lihat foto-fotonya. Dalam waktu sebulan setelah mendarat, kami menyadari bahwa Curiosity berada di dasar sebuah sungai kuno. Bebatuannya mirip dengan batu yang saya lempar menyeberangi kali sewaktu saya kecil.
Sejak dulu, foto tempat yang jauh dan tak dikenal menginspirasi penjelajah dan khalayak. Foto Curiosity pun seperti itu—menginspirasi tetapi juga akrab. Sejak kami mendarat, tempat ini tampak berbeda dengan semua tempat lain yang pernah kami kunjungi pada misi-misi sebelumnya ke Mars. Foto-foto ini mengingatkan kita akan Bumi.
Sebagai musafir di Mars, saya merasakan kebenaran kata-kata Stevenson: Negeri ini tidak terlalu asing.