Si Hebat Pengarung Lautan

By , Kamis, 20 Februari 2014 | 15:04 WIB

Wilson dan tim pemasangan pelacaknya bekerja cepat dan efisien, seperti kru pit-stop menangani mobil balap dalam air. Kain hitam basah disampirkan di atas kepalanya untuk menutupi mata. Selang hijau dimasukkan ke mulutnya, memompakan air laut melewati insang. Gulungan meteran melayang di atas ikan, dilemparkan oleh satu pengukur kepada rekannya. Meteran itu diletakkan mendatar di atas ikan dari ujung hidung sampai titik percabangan sirip ekor. Ukuran ikan ini, panjang hingga lengkung ekor (curved fork length, CFL), adalah 300 sentimeter. CFL adalah pedoman akurat berat tuna: 556 kilogram dalam hal ini, hampir dua kali lipat perkiraan Gillis.

Sambil menekan ekor tuna dengan lutut, Wilson menusukkan pencucuk titanium sebagai penahan pelacak satelit yang dipasang sedikit di depan sirip punggung kedua. Empat anggota tim menempatkan diri di tiap sudut matras biru itu, dan mengangkatnya. Matras itu kini menjadi tempat tidur gantung. Sambil mengangkat ikan gergasi itu, keempat orang memutar 180 derajat perlahan sehingga kepala ikan menghadap ke pintu tuna. Schallert mengambil sepotong sirip belakang yang melengkung untuk analisis DNA. Kemudian dua orang di bagian ekor mengangkat matras mereka. Tuna meluncur melalui pintu kembali ke dalam teluk, menimbulkan cipratan seperti ada kuda yang terjun ke air. Tuna itu menghilang dalam dua kibasan ekor.

Pada malam sebelumnya, Wilson me­merogram di laptopnya agar pelacak satelit ikan itu lepas pada satu Juni tahun depan. Sembilan bulan dua minggu lagi dari hari ini, di zona waktu mana pun tuna sirip biru itu berada, pelacak akan mengalirkan arus listrik ke pen logam yang menghubungkannya dengan kabel dan pencucuk yang terpasang. Pen yang dialiri listrik akan terkorosi. Dalam beberapa jam, pen akan putus. Bola busa di bagian atas pelacak ini bersifat pejal, dan karena itu memiliki daya apung di kedalaman mana pun. Pelacak ini lalu naik. Begitu sampai ke permukaan, alat ini akan mulai mengunggah rahasia tersandi sang tuna—perjalanan, musim, dan pola selamnya—ke satelit yang mengorbit di angkasa.!break!

Block mengelola TRCC dari Hopkins Marine Station di Jalan Cannery Row, bekerja sama dengan Monterey Bay Aquarium yang berdekatan. Setelah pelacak lepas pada waktu yang ditentukan, data satelit diunggah dari Samudra Atlantik, melintas benua Amerika hingga ke California, dan menuju Hopkins Station untuk ditafsirkan. Tiga puluh tahun yang lalu, dunia ilmu pengetahuan masih buta soal pergerakan tuna. Kemudian, satu demi satu, misteri migrasi hewan ini terkuak berkat teknologi pelacakan yang dipelopori oleh Block dan beberapa pihak lainnya.

Laboratorium Block mirip galeri seni. Dinding dan pintu lemari yang ditempeli grafik, peta, dan ilustrasi dari jurnal ilmiah, tidak ubahnya barang pameran. Kalau diberi judul, mungkin yang pas adalah "Status Sirip Biru".

Sayangnya, tuna sirip biru tidak dalam keadaan baik. Salah satu poster, "Perkiraan Populasi Pemijahan Tuna Sirip Biru Atlantik (1950-2008)", menunjukkan grafik biomassa tuna yang bertelur di Teluk Meksiko, di atas grafik yang sama untuk kawanan yang berkembang biak di Mediterania. Kedua populasi dilambangkan dengan garis, dan keduanya tengah menyelam menuju dasar grafik. Keduanya telah menembus garis putus-putus yang melambangkan penangkapan berkelanjutan dan menuju titik NOL kiloton biomassa pemijahan.

Tampilan petanya mirip lukisan pointilisme yang terbuat dari kumpulan titik. Lokasi tuna sirip biru, sebagaimana yang dilaporkan pelacak elektronik yang dipasang laboratorium ini selama bertahun-tahun, dilambangkan sebagai sebaran lingkaran kecil dalam berbagai warna. Peta yang paling menarik bagi Block memperlihatkan distribusi tuna sirip biru terhadap garis ICCAT.

Penangkapan tuna sirip biru atlantik diatur oleh International Commission for the Conservation of Atlantic Tunas. Model penilaian populasi ICCAT menggunakan garis putus-putus yang membagi Atlantik Utara secara vertikal. Garis demarkasi yang ditetapkan pada 1981 ini mengikuti garis 45° bujur barat dan membagi populasi tuna sirip biru atlantik menjadi populasi barat dan timur. Peta sebaran titik di lab itu menunjukkan sesuatu yang aneh. Posisi tuna barat yang ditandai secara elektronik, dilambangkan dengan lingkaran jingga-kemerahan, memenuhi Teluk Meksiko, tempat bertelur populasi ini. Kemudian dari sana menyebar ke timur, ke arah Atlantik. Kawanan ini melintasi garis ICCAT secara bebas dan menyebar sampai ke Portugal dan Spanyol. Posisi tuna sirip biru yang bertelur di timur yang dipasangi pelacak, dilambangkan dengan lingkaran putih, memenuhi Mediterania, tempat bertelur populasi ini. Dari sana menyebar ke barat, melintasi garis ICCAT, lalu memenuhi perairan pantai Amerika Serikat dan Kanada.

Garis ICCAT, menurut peta itu, sebenarnya tidak ada. Para ilmuwan dulu mengira bahwa setiap populasi tetap ada di tempatnya. Tetapi, sekarang tak ada lagi yang meyakini hal itu. Di seluruh Atlantik, di semua tempat makan spesies ini, populasi timur dan barat berbaur. Tampaknya hanya tempat bertelur yang berbeda.

Fakta pembauran ini telah dinyatakan oleh Block, pihak pelacak lain, dan peneliti DNA lebih dari satu dasawarsa yang lalu. Namun, hal ini belum disertakan dalam model ICCAT. Saat ini diperkirakan bahwa sekitar setengah tuna sirip biru yang ditangkap di sebelah timur Amerika Utara berasal dari Mediterania, tetapi tuna tersebut, jika tertangkap di barat, masih dihitung sebagai ikan yang berasal dari Atlantik Barat. Garis ICCAT bukan hanya memiliki kelemahan—garis ini sama sekali tidak ada gunanya dalam pengelolaan. Model ICCAT juga tidak memperhitungkan penangkapan ikan ilegal, meskipun penelitian menunjukkan bahwa tangkapan ilegal berjumlah sangat besar.

Hampir sepanjang sejarahnya, ICCAT meng­abaikan masukan dari panel ilmiahnya, Standing Committee on Research and Sta­tistics (SCRS). Untuk populasi timur yang ber­telur di Mediterania, yang jumlahnya jauh lebih besar, ICCAT secara rutin menetapkan kuota jauh lebih tinggi daripada yang di­rekomendasikan ilmu pengetahuan. Pada 2008, SCRS mengeluarkan penilaian yang paling mengkhawatirkan mengenai status populasi timur. Hasil tangkapan yang sebenarnya, tulis para ilmuwan, mungkin lebih dari dua kali lipat 28.500 metrik ton tangkapan yang diizinkan, dan lebih dari empat kali lipat jumlah tangkapan yang berkelanjutan. Mereka merekomendasikan untuk menghentikan penangkapan ikan se­lama masa puncak bertelur, dan mengurangi tangkapan yang diizinkan menjadi maksimum 15.000 metrik ton. Seperti biasa, ICCAT meng­abaikan imbauan ini.

Pada tahun yang sama, ICCAT menugaskan pihak independen untuk menilai kebijakannya. Panel penilai, yang beranggotakan pakar per­ikanan dan manajer perikanan terkemuka dari seluruh dunia, memberi penilaian yang sangat pedas. Menurut panel tersebut, pe­natagunaan ICCAT terhadap populasi tuna timur merupakan "aib internasional" dan "parodi manajemen perikanan". National Oceanic and Atmospheric Administration AS dan International Union for Conservation for Nature memberikan pendapat yang senada.