Sebelum Stonehenge

By , Jumat, 25 Juli 2014 | 14:55 WIB

“Ada asumsi bahwa lahan hutan itu dibersih­kan oleh petani Neolitikum,” ungkap Michelle Farrell, ahli paleoekologi yang meneliti penggunaan lahan dan perubahan lingkungan masa lalu. “Meskipun petani pertama bertanggung jawab atas hilangnya lahan hutan dalam kadar tertentu, di beberapa tempat sebagian besar hutan sudah lenyap pada 5500 SM. Tampaknya itu merupakan peristiwa berkepanjangan dan sebagian besar disebabkan oleh proses alami.”

Menurut Farrell: “Sifat terbuka dari lanskap tersebut akan membuat hidup lebih mudah bagi petani awal itu. Bisa jadi itu salah satu alasan mengapa mereka bisa membaktikan begitu banyak waktu untuk membangun monumen.”

Terlebih lagi jelas juga bahwa pada saat itu banyak tenaga manusia yang tersedia. Perkiraan populasi Orkney pada masa Neolitikum bisa mencapai 10.000 jiwa—sekitar separuh dari jumlah penduduk yang tinggal di sana pada hari ini—yang tentunya menjelaskan soal padatnya situs arkeologis di kepulauan tersebut. Tidak seperti di bagian lain Britania, tempat rumah-rumah dibangun dengan kayu-kayu, jerami, serta material lain yang membusuk, orang-orang Orcadia memiliki sumber batu-pasir halus yang berlimpah dan lebih mudah digarap untuk digunakan dalam membangun rumah dan candi yang dapat bertahan sampai berabad-abad lamanya.

Pemukim dan pionir Neolitikum yang menghuni Orkney merupakan petani kawakan. “Para petani Orkney merupakan salah satu kelompok pertama di Eropa yang secara sengaja memupuki ladang mereka untuk meningkatkan hasil panen,” ungkap Jane Downes, direktur Archaeology Institute di University of the High­lands and Islands. “Ribuan tahun kemu­dian, petani-petani abad pertengahan masih me­nuai manfaat dari apa yang dikerjakan pe­tani-petani Neolitikum pada tanah mereka.”

Mereka juga mengimpor lembu, domba, kambing, dan kemungkinan besar rusa merah, mengangkutnya dari dataran Skotlandia dalam perahu kulit, menantang berkilo-kilometer per­airan terbuka dan arus yang berbahaya. Ternak yang mereka besarkan tumbuh gemuk karena re­rumputan yang subur di pulau. Bahkan, hingga kini, daging lembu Orkney dianggap ber­kualitas premium di pasaran.

Singkatnya, saat proyek pembangunan Ness of Brodgar yang ambisius dimulai, petani Orkney adalah kelompok yang kaya dan mapan, dengan keberlimpahan yang harus disyukuri dan ikatan spiritual yang kuat pada daratan tersebut.!break!

Selama seribu tahun, kompleks candi di Ness of Brodgar merupakan struktur bangunan paling mengesankan di wilayah tersebut—simbol kekayaan, kekuasaan, dan energi budaya.

Tetapi, pada suatu waktu sekitar tahun 2300 SM, untuk alasan-alasan yang masih  belum di­ketahui, semua itu berakhir. Bukti me­nunjukkan bahwa Eropa bagian utara menjadi lebih dingin dan basah menjelang akhir zaman Neolitikum, dan kondisi ini mungkin mendatangkan efek negatif pada pertanian.

Atau barangkali penyebabnya adalah pe­ngaruh merusak dari material perkakas baru: perunggu. Campuran logam itu tak hanya mem­perkenalkan alat dan senjata lebih baik. Itu juga membawa gagasan segar, nilai baru, dan mungkin mengguncang tatanan sosial.

“Sejauh ini kami belum menemukan artefak perunggu apa pun di Ness,” ungkap Card. “Tetapi, masyarakat yang kuat dan memiliki koneksi luas seperti mereka pasti sudah me­ngetahui bahwa perubahan besar sedang terjadi. Mungkin mereka termasuk golongan yang menolak datangnya teknologi baru.”

Apa pun alasannya, candi kuno itu di­tinggalkan dan sebagian dihancurkan, secara sengaja dan secara simbolis. Sebelum pindah, mereka meninggalkan satu kejutan besar terakhir untuk ditemukan para arkeolog: Sisa-sisa pesta perpisahan yang sangat besar. Lebih dari 400 ternak dipotong, ada cukup banyak daging untuk memberi makan ribuan orang.

“Tulang belulang itu tampaknya berasal dari satu peristiwa tunggal,” ungkap Ingrid Main­land, seorang ahli arkeozoologi yang memiliki spesialisasi dalam hewan ternak kuno. Anehnya, orang-orang yang menyantap jamuan terakhir itu hanya menyisakan tulang kering dari binatang yang mereka jagal. “Apa arti penting tulang tibia itu bagi mereka, masih menjadi misteri,” ungkap Mainland.

Setelah merekahkan tulang belulang untuk me­ngeluarkan sumsum di dalamnya, orang-orang ini menyusunnya dalam tumpukan rumit di sekitar dasar candi. Selanjutnya, mereka me­naruh bangkai rusa yang masih utuh di atas tumpukan, kemungkinan besar sebagai persembahan. Di tengah-tengah ruangan, mereka meletakkan satu tengkorak ternak dan satu batu besar yang diukir semacam motif cangkir. Kemudian dimulailah tindakan penyelesaian terakhir.

“Secara sengaja mereka menghancurkan bangunan dan menguburkannya di bawah ribuan ton puing dan sampah,” ungkap Card. “Tampaknya mereka berupaya menghapus situs itu dan arti pentingnya dari ingatan, barangkali untuk menandai pendahuluan sistem kepercayaan baru.”

Selama berabad-abad setelah Ness di­tinggalkan, waktu dan unsur cuaca mulai meng­gerogoti. Batu apa pun yang tetap terlihat dari dinding yang telah lama terlupakan itu, dibawa oleh para pemukim untuk digunakan dalam pondok dan pertanian mereka sendiri. Sekarang, giliran mereka untuk memainkan sejarah mereka sendiri, di panggung Orkney yang berangin ini.

—Roff Smith secara rutin mengeksplorasi pedalaman Inggris dengan sepeda. Jim Richardson memotret lebih dari 25 artikel untuk National Geographic.