Menyelam Bersama Sang Macan Lautan

By , Rabu, 25 Mei 2016 | 00:00 WIB

Saya menonton Jaws pada musim panas saat film itu keluar pada 1975. Saat itu saya baru berusia sembilan tahun, dan saya masih ingat betapa ramainya sorakan penonton bioskop saat Brody akhirnya membunuh hiu raksasa tersebut. Saya benar-benar menyukai film tersebut, dan malam itu saya bermimpi hiu berenang melalui saluran toilet dan mengejar-ngejar saya di rumah.

Pengalaman itu serupa dengan banyak orang Amerika lainnya. Kami menyukai Jaws, dan kami takut terhadap hiu. Sewaktu kecil saya sering main di laut di rumah kakek saya di pesisir Connecticut, dan meskipun saya tetap berenang setelah menonton Jaws, selalu ada ketakutan samar bahwa hiu dapat menggigit kaki saya setiap saat. Adik perempuan saya, dua tahun lebih muda, begitu traumanya dengan film itu sampai-sampai dia hanya masuk ke air saat surut. Padahal hanya ada dua serangan hiu di pantai Connecticut sejak tahun 1900. Fakta tidak pernah mampu mengalahkan perasaan.

Jadi ketika saya mendapat tugas ini, saya memutuskan untuk melakukan hal yang tidak pernah ingin saya lakukan: berenang bersama hiu. Saya mengikuti les menyelam scuba lalu pergi ke suatu tempat di Bahama yang bernama Tiger Beach, tempat saya menyelam bersama hiu macan, spesies yang paling sering menyerang manusia di samping hiu putih. Itu merupakan penyelaman perdana saya setelah mendapatkan sertifikat—yang berarti penyelaman pertama saya selain di kolam renang atau bekas lubang tambang—dan tanpa kandang pengaman. Kebanyakan orang menganggap saya sangat berani atau sangat bodoh.

Padahal saya hanya ingin menghancurkan sebuah ilusi. Orang yang paling mengenal hiu biasanya menjadi yang paling tidak takut terhadap ikan ini, dan tidak ada yang lebih dekat dengan hiu melebihi penyelam. Para pemandu penyelaman di Tiger Beach membicarakan hiu macan di sana dengan rasa sayang. Mereka memberi nama hiu-hiu tersebut dan bersemangat saat membahas ciri khasnya. Dalam pandangan mereka, hiu tidak lebih berbahaya daripada anjing. (Bahkan, mereka terbukti kalah buas: Pada 2015 ada 34 orang yang tewas akibat serangan anjing di Amerika Serikat, tetapi hanya ada enam korban jiwa akibat serangan hiu di seluruh dunia.)

Kendati demikian, tidak mudah menghancurkan ilusi, karena kenyataan biasanya tidak sederhana. Sehari sebelum penyelaman pertama saya di Tiger Beach, datang berita dari Hawaii bahwa ada orang yang diserang hiu macan yang begitu ngototnya sehingga orang itu baru dapat menyelamatkan diri setelah mengorek mata hiu tersebut. Kedua kakinya tercabik, dan salah satunya harus diamputasi. Serangan itu merupakan salah satu dari tiga serangan di lepas pantai Oahu untuk bulan itu saja dan bagian dari lonjakan serangan yang meresahkan dalam beberapa tahun terakhir, yang menyebabkan Hawaii mengadakan penelitian mengenai pola pergerakan hiu macan.

Hiu macan penting bukan hanya karena jumlah orang yang menjadi korbannya. Sebagai predator puncak, hewan ini bertindak sebagai kekuatan penyeimbang penting dalam ekosistem laut, membatasi perilaku hewan seperti penyu. Dengan demikian, hiu sangat penting untuk kesehatan ekosistem rumput laut, yang merupakan habitat bagi beragam fauna laut.

Selain itu, peran hiu macan di ekosistem laut kemungkinan semakin penting seiring perubahan iklim. Jika planet ini beserta lautannya terus menghangat. Hiu macan kemungkinan besar akan diuntungkan. Spesies ini menyukai air hangat, dia makan hampir apa saja, dan memiliki anak yang berukuran besar. (Ukuran anak yang kecil pada banyak spesies hiu lainnya membuat jenis tersebut rentan terhadap penangkapan berlebih.) Gabungan karakteristik tersebut membuat hiu macan menjadi salah satu spesies hiu yang paling tangguh. Hewan ini juga merupakan salah satu yang terbesar: Panjang betina dewasa bisa melampaui 5,5 meter dan beratnya lebih dari 570 kilogram.

Tiger Beach sebenarnya bukan pantai. Tempat ini adalah laut dangkal sekitar 40 kilometer di utara Pulau Grand Bahama, dengan dasar pasir, rumput laut, dan terumbu karang yang mulai dilirik para penyelam sekitar satu dekade lalu. Ini habitat utama hiu macan dan memiliki kondisi ideal untuk melihat ikan tersebut. Kedalaman air enam sampai 14 meter dan biasanya sangat jernih.

Sekalipun penyelaman itu cukup mudah secara teknis, penyelam pada umumnya perlu melalui tahapan panjang untuk sampai ke titik ini. Rekan-rekan menyelam saya sudah ratusan kali melakukan penyelaman, dan dalam perjalanan perahu selama dua jam ke lokasi pagi itu, mereka berulang kali melontarkan ucapan yang mengingatkan saya tentang hal ini.

Kami sampai ke lokasi dan operator selam kami, Vincent dan Debra Canabal, mulai melemparkan potongan ikan berdarah ke laut. Laut segera penuh dengan hiu karang karibia—puluhan jumlahnya, kebanyakan panjangnya 1,5 sampai 2 meter, berkerumun dan berebut potongan ikan. Kemudian hiu lemon—sedikit lebih panjang dan lebih ramping daripada hiu karang—mulai bermunculan, dan akhirnya Vin melihat sosok gelap yang besar. “Macan!” teriaknya sambil menunjuk. Dia bergegas memakai perlengkapan selam lalu terjun membawa peti ikan kembung untuk memberi makan hiu di dasar laut—untuk mengalihkan perhatian hiu saat kami turun ke laut, dan sekaligus untuk memastikan bahwa kawanan hiu tersebut tidak terlalu lapar. Sejauh ini tidak ada yang berat bagi saya, sampai saya mencapai dasar laut dan langsung harus menghalau hiu macan yang pertama saya lihat. Beratnya sekitar 360 kilogram.

Dari penuturan Debbie belakangan, “Sophie”—demikian nama hiu tersebut—hanya penasaran dan bersikap ramah. “Dia suka bangeeet sama kamu,” kata Debbie berulang-ulang, karena perhatian yang ditunjukkan Sophie kepada saya selama penyelaman itu (betulan, dia menempel terus). Ketika itu saya belum tahu Sophie menyukai saya sebagai teman atau sebagai makanan, dan saya memainkan tongkat plastik semeter seperti pendekar slebor agar hiu itu tidak terlalu dekat. Namun, setelah melihat cara Vin dan Debbie menangani hiu dalam penyelaman seminggu selanjutnya—mengelusnya setelah memberinya makan ikan, mengusirnya dengan lembut ketika ingin hiu itu pergi—lebih mudah rasanya memandang hiu sebagai hewan jinak. Tidak sekali pun hiu-hiu itu melakukan gerakan mendadak atau agresif terhadap siapa pun; semua bergerak perlahan dan tenang, berenang melingkar, lalu meluncur ke kotak makan, dan ternyata saya merasa aman bersama hiu.

Sebagian besar hiu macan di Tiger Beach terbiasa dengan penyelam, terbiasa diberi makan dan tidak menggigit tangan yang memberinya. Bahkan, hiu yang tidak mengenal rutinitas itu pun umumnya tidak berbahaya bagi penyelam.

Di Tiger Beach kami tidak mengayuh atau berenang di permukaan air tanpa menyadari keberadaan hiu, seperti kebanyakan korban serangan. Kami menyelam hingga sejajar dengan hewan itu, menyatakan bahwa kami bukanlah mangsa—dan karena itulah, menyelam bersama mereka cukup aman.