Menyelam Bersama Sang Macan Lautan

By , Rabu, 25 Mei 2016 | 00:00 WIB

Akan tetapi, hanya sebatas itulah keamanan­nya. Ada beberapa video orang yang nyaris ce­laka di Tiger Beach—ada hiu macan yang mencoba mengerkah kepala seorang penyelam dan ada hiu macan lain yang mencoba menggigit kaki penyelam—serta ada pula kasus kematian di sini pada 2014, ketika seorang penyelam menghilang begitu saja. Kelompok kami pun sempat me­ngalami situasi menyeramkan ketika seekor ikan injel berenang di antara kami, lalu hiu karang dan hiu lemon pun mengganas, mengejar ikan itu yang bersembunyi di antara kaki penyelam. (Saya sempat berada di tengah pusaran hiu itu, berusaha menghalau hiu yang melesat di sekeliling dan menabrak kaki saya, dan peristiwa­nya menakutkan seperti yang Anda bayangkan.) Semua orang, termasuk Debbie, mengira akan ada yang digigit dalam kericuhan itu, sementara ada tiga hiu macan seberat 450 kilogram yang berkeliaran dan mungkin tiba-tiba tertarik pada penyelam yang terluka dan kelabakan.

Insiden itu merupakan kejadian langka, dan kami menyelam lagi keesokan harinya. Akan tetapi, kejadian langka seperti itu mengingatkan kita bahwa hiu adalah hewan liar, dan Tiger Beach adalah tempat liar, dan hewan liar serta tempat liar pada hakikatnya tidak dapat diduga. Dan menurut para ilmuwan yang menelitinya, hiu macan sangat tidak terduga.

Dari Tiger Beach saya terbang ke Oahu untuk menemui Carl Meyer di University of Hawaii guna membahas penelitiannya mengenai lonjakan terbaru serangan hiu macan. Meyer dan timnya telah memasang label satelit dan perangkat pelacakan akustik pada ratusan hiu macan. Pergerakan sebagian besar spesies hiu cukup dapat diduga, katanya. “Hiu berada di suatu tempat pada siang hari, dan tempat lain pada malam hari. Namun, secara umum hal itu tidak berlaku pada hiu macan. Spesies ini bisa muncul setiap saat, siang atau malam, dan bisa saja berada di suatu tempat pada suatu hari dan kembali besoknya, atau sehari di sana dan kemudian pergi selama tiga tahun.”

Sebagian ketidakpastian ini mungkin disebabkan oleh kebiasaan berburu hiu macan, tuturnya. Sebagai pemangsa penyergap, hiu macan mengandalkan unsur kejutan untuk menangkap mangsa, dan “jika mudah ditebak, mangsanya akan beradaptasi dengan pola tersebut. Jadi, wajar kalau hiu macan muncul di suatu daerah secara tiba-tiba dan tidak lama menetap di sana.”

Meyer mengaku tidak tahu mengapa serangan di Hawaii melonjak dalam beberapa tahun terakhir, melompat dari rata-rata kurang dari empat per tahun pada 2000-2011 menjadi hampir sepuluh per tahun pada 2012-2015. Namun, menurutnya dia memang memperkirakan ada kenaikan jangka panjang dalam jumlah serangan karena semakin banyak orang yang berada di laut Hawaii.

Soal mengapa serangan terjadi terutama pada musim gugur, dia mengingatkan bahwa pada masa itulah hiu macan datang ke pulau-pulau utama untuk melahirkan. Hiu macan betina menghabiskan banyak energi ketika berovulasi. Telurnya “raksasa”—sebesar bola kasti—dan hiu dapat menghasilkan sampai 80 anak setiap kalinya. Ini mungkin berarti bahwa—meskipun “hipotesis ini belum benar teruji sama sekali” dia memperingatkan—hiu hamil datang ke kepulauan itu dalam keadaan lapar, dan ini menyebabkan hewan itu semakin tidak pilih-pilih mangsa. Namun, kenaikan serangan pada musim gugur ini, mungkin juga karena meningkatnya jumlah hiu di sekitar kepulauan itu pada bulan-bulan tersebut.

Selain populasi penduduk Hawaii yang bertambah, satu kemungkinan faktor lain adalah peningkatan jumlah penyu. Penyu hijau mendapat perlindungan federal pada 1978, setelah beberapa dasawarsa dieksploitasi besar-besaran. Jumlahnya terus bertambah sejak itu. Penyu kini banyak terdapat di lepas pantai Hawaii dan merupakan mangsa hiu macan.

Hiu macan dan penyu memiliki sejarah bersama yang panjang. Keduanya mengingatkan kita pada zaman dinosaurus, dan catatan fosil menyiratkan bahwa keduanya mungkin berevolusi bersamaan. Dengan rahang lebar serta gigi besar dan miring, hiu macan dapat meremukkan dan memotong cangkang penyu dewasa dengan cara yang tidak dapat dilakukan sebagian besar hiu lain.

Morfologi yang kuat ini mungkin membantu menjelaskan kebiasaan makan hiu macan yang terkenal tidak pilih-pilih. Ban, plat nomor, kaleng cat, hewan ternak, amunisi yang gagal meledak, baju zirah—semuanya pernah ditemukan dalam perut hiu macan.

Jadi, jika semakin banyak penyu dan manusia yang berenang di laut, mungkin akibatnya semakin banyak pula serangan hiu.

Hubungan antara hiu macan dan penyu dapat menimbulkan dampak luas bagi kesehatan ekosistem laut di seluruh dunia. Di bagian terpencil pantai barat Australia yang disebut Shark Bay, tim peneliti yang dipimpin Mike Heithaus dari Florida International University telah mendokumentasikan bagaimana hiu macan mencegah penyu dan duyung makan berlebihan di padang lamun yang menjadi landasan ekosistem itu. Pencegahan ini tidak hanya dengan memakan kedua hewan itu, demikian temuan para peneliti. Dengan keberadaannya, hiu mengubah kebiasaan penyu dan duyung, menciptakan “lanskap ketakutan” yang memaksa kedua hewan itu merumput dengan lebih hati-hati.

Ini berarti bahwa melindungi hewan seperti penyu tanpa sekaligus melindungi pemangsa yang membatasi pertumbuhan populasinya dapat menyebabkan kerusakan ekosistem laut. “Jika kita melihat tempat-tempat yang populasi hiunya menurun dan populasi penyunya dilindungi—tempat seperti Bermuda—tampak­nya daerah tersebut mengalami pengurangan jumlah rumput laut,” kata Heithaus.