Wisata Nuklir

By , Jumat, 15 Mei 2015 | 15:14 WIB

Pada keesokan paginya, boleh dikatakan kami agak mengabaikan risiko terpapar. Saat kami berdiri di bawah reruntuhan sebuah menara pendingin, pemandu kami bergegas menyuruh kami segera berlalu sambil berseru, "Oh, ini tempat yang tingkat radiasinya tinggi! Ayo, mari kita ukur!" Dia menarik sebuah papan yang menutupi titik panas itu, dan kami membungkuk sambil memegang alat pengukur radiasi masing-masing—semua alat itu berbunyi demikian kencang—dalam suasana bersahabat, kami berlomba-lomba melihat alat siapa yang mendeteksi jumlah radiasi tertinggi. Alat saya menujukkan angka 112 mikrosievert per jam—30 kali lipat angka yang saya ukur dalam penerbangan. Kami berada di situ hanya satu menit.

Tempat yang tertinggi tingkat radiasinya yang kami ukur hari itu berada pada lempeng penyekop tanah yang sudah berkarat yang dulu digunakan untuk membajak tanah di bawah lapisan tanah radioaktif: 186 mikrosievert per jam—terlalu tinggi untuk berlama-lama di situ, tetapi tidak seberapa jika dibandingkan dengan tingkat radiasi yang mengenai para petugas pemadam kebakaran dan petugas lainnya yang malang, yang dulu bertugas membersihkan reaktor itu.

Dalam perjalanan kembali ke Kiev, pemandu kami menghitung akumulasi radiasi yang mengenai kami—sepuluh mikrosievert selama kunjungan akhir pekan itu.

Mungkin radiasi yang akan mengenai saya dalam penerbangan pulang masih lebih besar daripada angka itu.

---

Buku terbaru George Johnson, The Cancer Chronicles: Unlocking Medicine’s Deepest Mystery. Buku terbaru Gerd Ludwig, The Long Shadow of Chernobyl, menampilkan koleksi foto karyanya selama 20 tahun.